MENCARI PARTNER PESTA untuk sang presdir bukanlah pekerjaan mudah. Naruto perlu memastikan arti 'tidak merepotkan dan membebani' yang diucapkan sang atasan. Untuk mengetahui arti ambigu itu, dia perlu bertanya pada orang yang mungkin lebih mengenal Sasuke, sosok yang tak lain adalah Asuma Sarutobi—orang terpenting kedua di perusahaan mereka setelah Sasuke sendiri.
Ketika menjelang malam, Naruto tidak langsung pulang ke apartemen. Dia menemui Asuma yang sedang beristirahat di ruangan khusus merokok. Mereka berdua cukup akrab setelah sering bertemu di tempat ini. Asuma tidak lagi heran ketika melihatnya datang berkunjung.
"Uzumaki," sapanya akrab. "Sudah lama kau tidak mampir ke sini. Kukira kau sudah berhenti merokok."
Naruto berjalan menghampiri. Dia mengambil batang tembakau dari wadah, lalu mulai menyalakannya.
"Aku mencoba berhenti," jawab Naruto. Dia tersenyum masam. "Tapi, sepertinya aku belum bisa. Ada terlalu banyak masalah yang menyulitkanku untuk tidak mencari alat pelega."
Asuma menaikkan sebelah alis.
"Apakah artinya hari ini pun kau menghadapi masalah itu?"
Naruto mengangguk.
Asuma menyeringai.
"Kutebak," awalnya. "Karena Sasuke Uchiha?"
Naruto mengerling. Dia mendenguskan tawa.
"Kurang lebih, Sir." Dia berbalik untuk melihat pemandangan malam di bawah sana. "Beberapa hari kemarin, pertengkaran Tuan Shin dengan Ketua Komisaris membuatku sedikit stres. Aku mencoba menghilangkan penat di taman belakang kantor. Tapi, kau tahu sendiri, aku bukan peminum yang kuat." Mengulang kejadian sial itu sedikit menyakiti egonya. Naruto menghela napas pelan. "Aku bertemu dengan Tuan Uchiha di sana dan tidak sengaja bertindak ... sedikit kurang ajar. Pertemuan pertama kami tidak terlalu baik."
Asuma bergumam, "Kesalahan kecil takkan membuatmu dipecat."
Ya, aku tidak dipecat, tetapi diperbudak.
Naruto tersenyum singkat.
"Benar, aku masih cukup beruntung." Dia menoleh pada Asuma. "Ngomong-ngomong, apakah kau mengerti preferensi pasangan Tuan Uchiha?"
Asuma terdiam sesaat. Dia menjauhkan rokok dari mulutnya.
"Kau ingin menarik perhatiannya?"
Naruto mengerjap. Dia lalu tertawa dan mengibaskan tangan.
"Bukan, kau salah paham, Sir. Dia ingin aku mencarikan partner pesta yang tidak membebani dan merepotkan. Aku tak begitu mengerti dengan maksud kriteria itu."
Setelah mendengar penjelasan Naruto, Asuma tertawa rendah.
"Oh, mengenai itu. Sebenarnya, Sasuke bukan orang yang terlalu pemilih. Hm, mungkin lebih tepatnya tidak peduli?" Asuma kembali mengisap rokok di sela jemarinya. "Dia tidak punya preferensi khusus, entah itu alpha, beta, ataupun omega. Asalkan orang itu dapat membawa diri dengan baik dan tidak mempermalukannya, dia sudah merasa cukup. Meskipun begitu, kau juga tak bisa memilih sembarang orang. Siapa pun partner yang ingin kau kenalkan padanya, dia harus selevel dengan Sasuke sendiri."
Naruto mengerutkan kening.
"Harus populer?"
Asuma mendengkuskan tawa.
"Populer adalah selera Tuan Shin, Sasuke tidak sepicik itu." Dia melipat tangan di depan dada. "Selevel yang kumaksud adalah ... bermartabat. Dia dikenal sebagai orang yang terhormat. Akan sedikit aneh kalau tiba-tiba dia terlihat bersama dengan seorang idol atau semacamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated String (Fanfiction)
Fanfiction[ R-18 ] Menjadi perempuan sudah cukup sulit, apalagi menjadi perempuan yang juga merupakan omega. Tatanan dunia baru telah menghilangkan klasifikasi jenis kelamin. Kini gender seseorang dikelompokkan menjadi alpha, beta, dan omega. Naruto Uzumaki...