Jika ada hari dimana dunia ini dimulai pasti akan ada akhir dari segalanya. Win tahu, masih banyak hal yang tidak pernah dia pikirkan tapi tentu saja itu tidak pernah disadarinya. Sejak awal, Win tahu betul betapa sulitnya perjalanan hidup, tidak dapat diprediksi, dan tidak pernah terlintas dalam pikirannya apa yang akan terjadi selanjutnya sampai saat semuanya terungkap sebagai sebuah kejutan. Kejutan yang dapat mematahkan senyum atau bahkan menyebabkan kesengsaraan. Dengan demikian, hidup dikelilingi oleh banyak hal gelap, seolah-olah ia merupakan seorang penjahat yang sedang dikejar polisi.
Siapa yang harus disalahkan di sini? Win kah? Tidak! Win tidak pernah merasa dirinya bersalah dalam situasi ini.
Win hanya... tidak mengerti mengapa dia masih saja terus terusan menjadi korban.
Serpihan yang menjadikan luka itu belum juga mengering, lingkungan sekitar yang buruk semakin membawanya ke dalam dunia mereka, menyeruakan betapa malangnya seorang Win. Ia menyesal mau saja mencicipi hidup seperti ini, Win bahkan tidak habis pikir bagaimana ia bisa bertahan dalam kegelapan yang selalu menyelimuti dirinya
yang lebih memilih tinggal seorang diri di rumah itu daripada harus memilih tinggal dengan salah satu dari orang tua nya. Papa Win sudah memiliki keluarga baru dan tinggal di luar negeri, sang Mama juga, namun masih di negara yang sama dengan nya. Win rapuh! Win lemah! Win bukanlah batu karang yang dapat berdiri kokoh meskipun diterjang ombak setiap saat, Win hanya manusia biasa yang masih punya perasaan, perasaan yang tidak akan pernah bisa dimengerti oleh orang lain.
Hanya Win. Yaa, hanya dia saja yang dapat memahami jalan hidup nya sendiri. Bukan orang lain.
----
Satu tahun lalu Win resmi menyandang gelar sebagai anak broken home. Iya, mereka yang menghancurkannya, membuat Win harus merasakan pahitnya perjalanan hidup. Ah, ia baru enam belas tahun! Apakah harus Win yang mengalami semua ini? Menderita di tengah kebahagiaan yang seakan membatasi dirinya. Salahkah bila dia ingin memanjat dinding kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri? Win ingin bahagia. Itu saja.
"Hia, mau sampai kapan kamu jadi pendiam seperti ini? kita semua merindukanmu Hia.." Win hanya terdiam, pandangan nya kosong ke arah depan.
"Hia, tolong jawab aku.." Win masih diam.
"Kamu masih memikirkan tentang kejadian itu? Itu cuma masa lalu Hia, semua cuma kenangan." Sontak Win beralih menatap tajam ke arah pemuda ini.
"Apa kamu bilang? CUMA? Cuma yang sudah bikin aku jatuh seperti ini? Cuma yang sudah buat aku lupa bagaimana rasanya bahagia? Cuma yang sudah buat aku terpuruk seolah aku tidak berguna? Cuma kamu bilang?? CUMAA???" sentak Win yang tanpa sadar mengejutkanya.
"Hia Win!! Maksud aku bukan seperti itu Hia.. Hiaa !!"
Win berdiri dan berlari menjauh meninggalkan pemuda itu. Ia benar-benar kalut. Terus menerus merutuki dirinya sendiri bahwa ia hanyalah anak umur enam belas tahun yang hanya bisa mengandalkan emosi.
'Semuanya telah berubah, haruskah aku menanggungnya seperti ini sendirian?' batin nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Win Team AU
RandomSetiap bab yang ada disini beda - beda ceritanya yaa Jadi ga nyambung antara satu dengan yang lain nya jadi ini cuma selingan aja !! HAPPY READING !!