Little Things | 03

310 55 1
                                    

03 - Doa Bersama

--------------------




Bunyi detakan jantung di ruangan serba putih itu, terdengar menyesakkan dada sang pendamping pasien yang sedang terbaring tak sadarkan diri.

Diiringi suara tangisan pedih menyayat hati, wanita paruh baya yang berperan sebagai nyonya besar keluarga Natawiria itu, tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri.

"Harusnya mama nikahkan kamu, Jen, bukan malah nurutin kemauan kamu yang milih pacaran sampai bertahun-tahun gini."

Sang tuan besar keluarga Natawiria hanya bisa menunduk melihat semua situasi ini. Rasa terkejut membanjiri dirinya akan semua peristiwa yang terjadi menimpa keluarganya dalam sekejap mata.

Sangat tidak bisa dipercaya. Sangat diluar kendali sang tuan besar keluarga Natawiria. Tentu saja.

"Sudah...," akhirnya tuan besar keluarga Natawiria, Adam Natawiria, bersuara, "Penyesalan tak akan mengubah apapun."

Amira, sang nyonya besar Natawiria, menatapnya dengan tak suka, "Aku nggak peduli. Aku mau anakku sadar dan seperti dulu."

"Berdoa!" sentak Adam, "Bukan malah menangis seperti kesetanan. Minta sama Tuhan, sedikit saja belas kasihnya untuk membangunkan kembali anak kita."

Amira diam, termenung. Membenarkan perkataan suaminya.

"Tapi... gimana kalo Jendra tak kunjung sadar?" kata nyonya Natawiria dengan lirih.

Tuan besar Natawiria menghela napasnya, sangat dalam dan berat, "Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain berdoa dan pasrah pada takdir Tuhan."

Mau tak mau, tangisan nyonya Natawiria kembali pecah mendengar kalimat yang penuh dengan kepasrahan dan putus asaan.

"Kamu jaga Jendra ya, biar Papa liat korban lainnya," laki-laki kepala keluarga Natawiria itu telah berjanji untuk menanggung seluruh biaya para korban kecelakaan yang dialami anaknya.

"Apa mereka semua sudah sadar?" tanya Amira pada sang suami.

Adam menggeleng, "Driver ojolnya sih sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, masih harus dalam pengawasan dokter untuk beberapa minggu ke depan,"

"Tapi, untuk satu korbannya lagi, masih belum siuman," tambah Adam sembari menatap istrinya penuh dengan rasa khawatir.

Amira berdiri, menepuk pundak sang suami, "Aku dengar, hari ini keluarga Sekar datang kemari."

"Sekar itu nama korban Jendra yang sampai saat ini belum sadar juga," jelas Amira saat melihat Adam tak paham dengan ucapan sebelumnya.

"Sekar itu korban perempuan penumpang ojol," senyum Amira mengembang saat melihat wajah cantik namun pucat milik gadis yang menjadi korban Jendra, "Aku harap mereka berdua sama-sama berjuang agar lekas sadar dan kembali ke keluarga masing-masing."

"Aamiin," Adam mengaminkan dengan tulus.

--------------------

Saat ini ruangan rawat Sekar ramai oleh keluarga gadis itu, kebetulan keluarganya baru tiba dari kampung halaman. Ibu beserta kedua adik Sekar datang ke kota dengan wajah yang sendu.

Ya, bagaimana tidak sendu? kalau anak sulung yang sudah beberapa tahun silam telah menjadi tumpuan keluarga kecil mereka itu sedang terbaring lemah tak berdaya dengan beberapa selang kesehatan di tubuhnya.

Sakit dan nyeri sekali melihat kondisi Sekar saat ini.

"Teteh bakalan bangun kan, Ma?" tanya Sani, adik pertama Sekar, yang sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota kembang.

Little Things | Lee Jeno X Yoo KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang