04 - Tanggung Jawab
--------------------
Amira, sang nyonya besar Natawiria, sering kali lupa akan hakikat dasar manusia. Sering beberapa kali abai dengan perintah-perintah Tuhan dan tak jarang juga melanggar perintah tersebut. Tapi hari ini, Amira sangat bersyukur kepada Tuhan atas Mukjizat yang diberikan-Nya.
"Pa, Jendra udah sadar!"
Tubuh renta Adam tergopoh-gopoh memeriksa kondisi anaknya, "Panggil dokter!"
Amira mengangguk dan berlalu keluar ruangan dengan linangan air mata.
Setelah beberapa saat dokter dan kedua perawat datang untuk memeriksa keadaan Jendra, sang pasien tabrak lari yang sudah hampir seminggu di rumah sakit ini.
"Detak nadinya normal," kata dokter selesai memeriksa denyut nadi Jendra, kini beralih meminta Jendra untuk mengikuti gerak cahaya senter, "Lihat ke arah cahaya ya,"
"Merasa pusing?" tanya Dokter tersebut kemudian.
Jendra menggeleng lemah.
"Coba gerakan tangan kamu ya."
Jendra mengangkat kedua tangannya dengan pelan, menggerakkan kesepuluh jemarinya.
Dokter tersenyum, "Sekarang, coba gerakan kaki kamu."
Selimut yang tadinya membungkus setengah tubuh Jendra disingkap oleh perawat.
Butuh beberapa menit bagi Jendra agar kedua kakinya bergerak bebas dan seperti sedia kala. Jemari kakinya pun ikut digerakkan.
"Baik. Terima kasih, Tuan Jendra karena sudah kembali pulih dengan baik," kata Dokter dengan senyuman yang lebih lebar, "Selanjutnya Tuan Jendra bisa beristirahat dan makan sebelum memulai pemeriksaan lanjutan."
Jendra hanya mengangguk dan hendak meraih air mineral yang sudah lebih dulu disodorkan oleh Mama-nya.
"Bagaimana kondisi anak saya sejauh ini? Apa ada memar atau luka tak kasat mata?" tanya Adam, Papa Jendra dengan serius kepada dokter.
Dokter menggeleng lemah, "Kondisi fisiknya memang baik. Sangat baik," lalu dokter tersebut menghela napas pelan, "Tapi, untuk kondisi keseluruhan saya belum bisa mengambil keputusan. Karena Tuan Jendra harus melewati serangkaian pemeriksaan lanjutan sebelum dinyatakan benar-benar pulih."
Adam mengangguk, "Lakukan saja dokter, saya tunggu hasil akhirnya. Semoga saja tidak ada apa-apa pada anak saya."
"Aamiin," dokter tersebut ikut mengamini.
"Lakukan juga hal serupa pada kedua korban anak saya ya, dok," pinta Adam.
Dahi dokter tersebut berkerut, "Maksud Tuan, Nyonya Sekar dan Tuan Samsul?"
Adam mengangguk dengan tegas.
"Baik, saya akan berusaha sebaik mungkin. Kalau begitu, saya pamit undur diri dan bersiap untuk tes pemeriksaan Tuan Jendra," kata dokter dan berlalu dari ruangan Jendra beserta kedua perawat dibelakangnya.
"Kamu mau makan apa, nak?" tanya Amira antusias, "Mau makan nasi padang?"
"Mama!" bentak Adam pada istrinya, "Anaknya baru sadar udah ditawarin nasi padang."
Mau tidak mau Jendra tertawa melihat tingkah kedua orang tuanya.
Amira meringis, "Ya kan siapa tau Jendra nafsu makan kalo makan nasi padang."
Adam hanya mampu menggelengkan kepalanya saja mendengar alasan Amira itu. Ada-ada aja memang istrinya.
--------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things | Lee Jeno X Yoo Karina
FanfictionSekar sering mengeluh dikala pekerjaan hampir membunuhnya. Wanita yang mengabdikan dirinya sebagai budak korporat sejati hingga menjadi milyader itu sering protes pada Tuhan karena ketidakadilan yang dihadapinya. "Kalo kayak gini terus, lebih baik a...