Susan menyadari bahwa dirinya adalah tokoh utama dalam pertemuan ini. Josephine tidak pernah ditanya mengenai aktivitasnya selama libur musim panas. Pun dengan Ariana yang seperti sibuk dengan dunianya sendirian.Di samping Susan ada Athalia, yang hampir tidak sedikitpun melepas perhatiannya kepada Susan. Pun juga Belinda yang ada di hadapannya. Susan seperti sedang diawasi habis-habisan. Dan dia merasa sangat sesak untuk berada di tempat seluas itu.
"Kamu kelihatan nggak nyaman," kali ini Athalia berbisik ke arah Susan lalu menyerahkan secangkir teh chamomile yang ibunya bilang. "Memang sulit menjadi pusat perhatian," katanya lagi.
Susan menarik ujung bibirnya, "Tidak-tidak, aku pikir perhatian saat ini sedang tertuju padamu," kata Susan mengalihkan situasi percakapan itu.
Athalia tertawa kecil, "Tidak mungkin, seisi Istana hampir tidak pernah menganggapku ada. Semuanya seolah hanya berpusat pada Kakakku, Gio. Dia laki-laki dan pewaris tahta. Semua orang pasti ingin menjilat ujung sepatunya. Sementara aku, tidak."
Susan menolehkan wajahnya agar bisa menatap Athalia, "Itu menjijikan, bagaimana bisa mereka mau menjilat ujung sepatu Pangeran?"
Belinda yang menyaksikan percakapan itu tertawa kecil, "Susan maksud Athalia adalah, mereka mau melakukan apapun agar bisa mendapatkan perhatian Gio," katanya lalu mengelap ujung bibir.
Susan membeo, "Ah, maaf, aku tidak mengerti," katanya menatap malu ke arah Belinda.
"Well, itu yang harus kau ingat. Tanpa melakukan apapun kau sudah mendapatkan perhatian dari Pangeran," Belinda menambahkan.
Susan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia hanya tersenyum lalu meneguk teh di dalam cangkirnya. Kemudian, "Aku rasa Pangeran akan menjadi raja yang baik karena memberikan perhatian kepada semua rakyatnya," kata Susan pelan.
Belinda ingin menyanggah kalimat itu, sebelum seseorang masuk dan mengatakan bahwa Pangeran Gio sedang berjalan menuju ke tempat perjamuan. Informasi itu mendadak membuat Susan menegang dan mengeluarkan keringat dingin.
Athalia menyadari hal itu, sehingga dirinya menggenggam jemari Susan agar gadis itu menjadi tenang. "Tidak lama, aku akan membuat acara ini berlangsung dengan cepat," bisik Athalia.
Susan mengulum senyum lalu mengangguk. Kemudian langkah berisik dan tegas itu kembali menguasai seluruh isi ruangan. Di meja yang berbeda, Tiffany melihat Susan. Dia berharap bahwa anak gadisnya itu bisa bersikap sebagaimana bangsawan seharusnya bersikap.
Hingga akhirnya, Gio bersama dengan beberapa pengawalnya tiba dan segera menyapa beberapa orang di sana. "Seharusnya aku bisa datang lebih awal, tapi sungguh ada beberapa urusan harus aku selesaikan," katanya.
Josephine yang berada di sisi lain Susan tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pangeran.Sementara Ariana yang berdiri di samping Belinda tidak bisa memahami, kenapa gen kerajaan ini memiliki kelas yang sangat berbeda dari kalangan seperti dirinya?
"Kenapa semuanya tampan dan cantik? Kalian sarapan emas setiap hari ya?" bisik Ariana kepada Belinda yang tidak bisa menahan tawanya.
Tawa itu membuat Gio memberikan perhatiannya. Sayang pada saat dia akan menatap sepupunya itu, matanya justru melihat sosok Susan yang menunduk dengan gugup. Akhirnya, pikir Gio, saat mengetahui bahwa mungkin pertemuan ini adalah takdirnya.
"Susan, senang bisa bertemu denganmu," kata Gio yang kini berdiri tepat satu meter di hadapan Susan yang masih berpegangan pada jemari Athalia.
Susan berusaha sekuat tenaga untuk menarik ujung bibirnya, "Eum, ya, senang bertemu denganmu juga Pangeran. Tentang kemarin.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Distance
FanfictionAnak perempuan tertua The Watson sudah menapaki usia pernikahan. Debut di sebuah pesta dansa yang diadakan oleh Ratu Bradford. Seketika dirinya menjadi seseorang yang dinantikan dan diinginkan. Alih-alih mendapatkan lelaki yang pantas, Dia bertemu...