7. Perempuan Yang Diperebutkan

204 54 17
                                    

Oh My God, I Love This Story So Muuuuuuch. Tinggalkan jejak teman-teman ^^*

Susan dapat memastikan kalau tidak ada yang melihatnya memasukkan Lovely ke dalam kandang. Pun dengan dirinya kini masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Meskipun kesulitan, Susan berusaha untuk bisa berjalan di dalam gelap. Tujuannya agar dia tidak perlu menarik perhatian.

Napasnya terhembus lega karena kini dirinya sudah bisa masuk ke dalam kamar. Setidaknya dia bisa menghindari omelan Tiffany yang mendapatinya baru kembali dari pelarian yang membuat nama Kerajaan Tercoreng. Dia butuh istirahat, karena mungkin besok dia selamat.

"Apa kau bisa istirahat setelah membuat kami semua kebingungan mencarimu, Susan?" tepat saat lampu tempel Susan nyalakan, dia bisa melihat bayangan Tiffany mengenakan gaun tidurnya berwarna hitam, menatapnya dengan tajam.

Susan berdecak, kemudian menatap takut ke arah Ibunya, "Ibu," katanya pelan, benar-benar meminta ampun.

"Kau tahu kau sedang berurusan dengan siapa Susan? Pewaris Tahta Kerajaan. Dan kau membuat Ibu digunjingkan di seluruh Kota. Sementara kau entah sedang kemana, bersenang-senang!" Tiffany sudah tidak bisa menutupi rasa kesalnya kepada Susan malam ini.

Seharian, Tiffany menghadapi berbagai pertanyaan. Entah itu dari tamu laki-laki yang akan segera mengutarakan niat baik terhadap putrinya. Atau para iparnya yang berkunjung bergantian untuk memastikan bahwa Tiffany baik-baik saja. Sejujurnya mungkin mereka memastikan bahwa Tiffany harus bersikap tegas saat ini.

Dan benar saja, Tiffany sudah tidak bisa mentolerir semua sikah Susan yang semaunya. Dia sudah sering sekali memberikan kebebasan. Dan ini saatnya untuk menahan Susan agar tidak menjadi semakin liar. "Kali ini Ibu tidak akan memaafkanmu," kata Tiffany dingin.

Susan tahu, bahwa kali ini Ibunya sungguh-sungguh. Dari sana Susan tahu kalau dirinya sudah menyebabkan masalah besar. Dan mungkin inilah akhir dari kebebasannya. Ditandai dengan sulitnya Susan untuk menyampaikan pendapat kepada sang Ibu. Padahal biasanya tidak seperti ini.

"Mulai hari ini, Kau tidak boleh pergi kemanapun," ancam Tiffany tanpa sedikitpun memberikan iba kepada Susan yang kini menatapnya penuh harap agar Ibunya itu tidak benar-benar serius dengan keputusannya.

Awalnya Tiffany merasa bahwa keputusannya ini akan membuat Susan merasa kesepian. Tapi tidak, Susan harus diberi pelajaran agar tidak berlebihan dalam menyalahi peraturan.

"Ibu," Susan memanggil lirih ke arah Ibunya yang kini akan segera pergi dari sana.

Tiffany menghentikan langkahnya, kemudian memutar tubuhnya sambil melipat tangannya di atas dada.

Susan menelan salivanya sendiri, sungguh dia merasa gugup untuk berhadapan dengan Ibunya dalam versi seperti ini. "Aku, hanya, besok adalah waktuku bertemu dengan Miss Katarina. Aku, harus pergi," Susan hanya berusaha mengingatkan kelas tata krama yang harus dia hadiri besok, sebagaimana pesan Ibunya entah kapan tahu, bahwa kelas ini sangat penting bagi wanita seusianya.

Tiffany memicingkan mata, "Kau pikir, Ibu akan mengizinkan kamu bertemu dengannya? Setelah melihatmu hari ini, aku tahu bahwa dia tidak becus mengajarimu. Dan perlu kau ketahui, bahwa besok kita harus pergi ke Istana," kali itu Tiffany benar-benar berbalik dan benar-benar pergi dari kamar putri semata wayangnya.

Sementara Susan, dia tahu bahwa kini dirinya tidak punya pilihan untuk masuk ke dalam penjara dengan ukiran emas. Mungkin orang melihatnya akan sangat senang, tapi merasakannya. Susan tahu dia akan menikmati hidup yang lebih buruk dibandingkan bermain bersama Callan seharian. Setidaknya, bersama Callan dia masih bisa berkuda.

Ah, seharusnya dia tidak lahir sebagai The Watson. Agar dia tidak perlu merasakan hal ini.

.

"Kau terlihat cantik, bukan begitu Ariana?" Josephine baru saja selesai menyapukan sesuatu yang berkilauan di atas pelupuk matanya.

The Lady DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang