ohoyy---- betah betah yaaa? nikmati, hayati, bacanya pakai hati. Maaf sekali lagi kalau misal ada typo yaaa!!! enjoy guyss.
dubrakkk
Suara tubuh pria ringkih mengenai tempat sampah didepan kelasnya, siapa lagi kalau bukan Reza. Kekhawatirannya kini terpenuhi, ia yang baru saja keluar kelas mendapat hantaman cukup keras hingga mengenai tempat sampah beerbentuk persegi panjang.
"sok jagoan, lo?" suara berat David dengan tatapan nyalang pada seorang Reza yang menundukkan pandangannya enggan menatap sorang yang tengah berbicara dengannya.
"heh, lo tuh masih baru disini, belum juga ada sebulan, udah mau jadi jagoan? ngimpi lo ketinggian, ngerti gak?" sambung yogi dengan menjambak rambut Reza membuatnya sedikit mendongak kearah 3 manusia bertumbuh tinggi dengan wajah yang dibuat menyeramkan.
Axel maju disusul David dibelakangnya, menarik lengan Reza lalu mengunci pergerakannya. Reza sempaat memberontak namun semakin dia memberontak semakin erat cengkeraman yogi dikepalanya, membuat kulit kepala ingin lepas saat itu juga dari kepala seorang reza adiwijaya.
bugh!!!
bugh!!!
Dua pukulan cukup keras mengenai dada Reza membuat sang empunya kesakitan bukan main. Tak berani membalas, Reza hanya diam sambil menahan betapa sakit dan nyeri dadanya saat itu. Setelah David melayangkan pukulan kepada seorang Reza yaang sudah jelas tidak ada sangkut pautnya dengan masalah dirinya dengan kakaknya teesebut, ia pergi disertai gelak tawa yang sudah jelas sedang menertawainya.
Reza berjalan pelan menuju halte yaang terletak didepan sekolahnya sambil sesekali meringis nyeri dibagian dadanya tak kunjung berhenti. Ia tak habis fikir mengapa Andrian, kakak kandungnya, bisa bertengkar hebat dengan David. Reza yangs saat itu hendak menuju toilet tak sengaja melihat Andrian tengah dihajar oleh Axel dengan brutal. Bukannya berhenti memukuli Andrian, David malah gantian memukuli Reza yang berniat membantu Andrian yang tengah kesakitan.
Jangan tanya dimana Andrian, selepas David dan Yogi melepaskan lengan tangannya, ia langsung kabur menuju kelasnya. Kini mainan mereka berganti pada seorang yang malang, Reza Adiiwijaya.
Bis terakhir telah berlalu sekitar 30 menit yang lalu, mau tak mau ia harus berjalan untuk pulang. jarak rumahnya yang cukup jauh membuatnya berhenti dan duduk dikursi pinggir jalan dengan sesekali memegangi dadanya yang tiba - tiba nyeri.
¬¬
Sekitar pukul 12.05 ia sampai didepan pagar rumah megah yang terlihat begitu memukau, tapi siapa sangka jika itu adalah neraka dunia bagi seorang reza. sangat sulit menemukan setitik kebahagiaan drumah tersebut setelah kematian kakak pertamanya, kavin.
tak butuh waktu lama, ia masuk kedalam rumah megah tersebut, dilihatnya hanya sebuah kesepian disana. reza memutuskan masuk kedalam kamarnya yang berada dilantai dua bersebelahan dengan kamar andrian. namun, matanya melirik satu kamar yang tertutup rapat, kamar milik kavin. sudah 6 tahun lamanya, kamar tersebut tidak ditempati. reza rindu dengan kehangatan kakaknya, kehangatan keluarganya.
ceklek....
pintu terbuka, menampilkan pria paruh baya yang sedang terduduk dimeja belajar dan menghadap kearah jendela. perasaan reza campur aduk meski dirasanya ia tak melakukan kesalahan hari ini.pandanganya menunduk ketika bertemu dangan mata sang ayah, tak berani menatap.
"kamu gak liat kakakmu laagi kesakitan? kemana kamu saat kakakmu dipukuli oleh teman bajingannya itu? kamu lupa kejadian itu? HAH???" nada bicara Revan semakin meninggi saat melihat Reza hanya menunduk disana.
"dasar anak gak guna, kenapa bukan kamu yang meninggal saat itu, kenapa harus kavin, hah?!" Hati Reza seperti tertimpa gunung saat itu juga, bagaimana bisa ia merasa biasa saja saat diharap mati oleh orang tuanya saat sendiri. Selanjutnya Revan malah pergi dengan sejuta luka dihati seorang Reza.
¬¬
Tepat 3 bulan amara bersekolah disini, tak ada yang berubah kecuali sikap Reza yang sedikit berubah meski tetap menjadi seseorang dengan kepribadian yang introvet bagi teman yang lain. Berawal dari Reza yang mengajaknya pulang bersama karena dirasa sudah sore dan bus tidak ada yang lewat saat itu.
Jangan tanya bagaimana david dan temannya, mereka teteap suka mengganggu Reza, membuat reza menjadi bahan mainan anak anak yang memang suka mengganggu ketentraman anak lainnya.
Hari ini Yolan tidak masuk membuat Amara harus duduk dibangku sendiri. Namun, kesendirian itu tak berlansung lama, seseorang datang dengan senyuman manis dengan lesung pipi yang indah.
"Yolan gak masuk ya? boleh duduk sini?" suara pria itu membuyarkan fokusnnya pada layar ponsel miliknya. Dilihatlah Ervin yang sudah siap menenteng tas disalah satu pundaknya.
"eh iya Yolan lagi sakit, tapi maaf aku lagi pingin sendiri." sebisa mungkin Amara membalas ervin dengan raut wajah sebiasa mungkin. Karena ia tahu mengenai rumor Ervin yang suka pada dirinya sejak hari pertama sekolah. Bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki rasa pada orang asing yang tak dikenal, Pikirnya.
Diliriknya jam yang melingkar ditangannya, pukul 06.55 tapi sosok yang ditunggunya belum juga muncul didepan penglihatannya. Khawatir seorang tersebut terlambat, ia memutuskan untuk menelponnya.
"ejaa..? kok tunben belum sampai!" suara Amara mengawali saat disebarang sana sudah memencet tombol hijau diayar ponselnya. Eja adalah nama panggilan dekat mereka berdua sejak seminggu lalu dibawah pohon dengan novel tere liye saksinya.
Bukan menjawab sipenerima suara, Reza malah membalasnya dengan hembusan nafas tak beraturan membuat Amara bertambah khawatir dibuatnya. Amara yang masih berusaha untuk berpositif thingking, tiba-tiba dibuat bingung untuk kedua kalinya, suara anak-anak dan gesekan sepatu mengalihkan pandangannya keluar kelas.
"ada apa?" tanya Amara pada satu siswi yang rupanya sedang ikut berlari seperti lainnya.
"gak tau, katanya kak David bikin ulah lagi, katanya sih anak kelas 10 korbannya." tutur gadis itu lalu pergi dengan Amara yang bertambah takut. Kejadian 3 bulan yang lalu masih membekas dipikirannya, melihat Reza yang dirundung sedangkan dia hanya berani melihat tanpa berniat melerai atau membantu Reza karna ia yang baru saja bersekolah disana dan enggan memiliki masalah dengan siapapun.
Tanpa menunggu aba-aba dari siapapun, Amara berlari mengikuti arah para siswa siswi yang kepo dengan siapa korban David dgenk saat itu. Tak hentinya ia mengucap kalimat dalam hati agar semoga bukan Reza 'lagi' korbannya.
Setelah sampai dittik dimana perundungan itu terjadi, tepatnya dilapangan bawah dekat kelas kosong yang sudah jelas jarang terlihat adanya guru yang melintas, bahkan kabarnya cctv pun dibiarkan rusak. Amara menerobos kerumunan tak jarang beberapa siswa maupun siswi mengumpat merasa terdorong oleh Amara.
Kini terjawab sudah kekhawatiran dan rasa penasaran seorang Amara, terlihatnya Reza yang sudah tak berdaya dengan beberapa lebam dimuka dan beberapa luka juga disana. Tak berpikir panjang dan tak ingin menyesal, amara langsung berlari menuju tempat Reza tak berdaya.
"EJAAA....." teriaknya disertai tangisan yang bisa diilihat buliran air mata yang jatuh dipipi gadis cantik itu. Ia terduduk dengan kepala Reza yang ditidurkan dipahanya. Tatapannya tertuju pada David yang juga tengah mernatapnya dengan tatapan nyalang.
Sedangkan Reza hanya tersenyum dengan artian ia baik baik saja. Amara yang tak mau melihat Reza semakin kesakitan ia lansung membawanya pergi ke uks dengan satu tangan Reza yang disandarkan dipundaknya. Tatapan murid lainnya bermacam-macam ada yang terlihat kagum, ada juga yang menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
"mari kubantu." ucap seseorang, dia abi, ketua kelas amara dan reza saat itu. Tak ada penolakan dari amara maupun Reza, yang ada dipikiran amara hanya reza cepat ditangani dan beristirahat di UKS.
GIMANA? DAPET GA FEEL NYA??