jangan lagi, tuhan.

2 0 2
                                    

HAYYYY, GIMANA, MASIH MAU LANJUT KANN???
VOTE KOMENNYA DONG KAKAK!!😗

∆ ∆
<

Amara memutuskan untuk ijin tidak mengikuti pelajaran pertama, dengan alasan tak enak badan karena rasa khwatirnya pada reza melebihi apapun, bahkan jika dipikir melebih rasa wajar seorang teman. Sejak kedatangan di UKS, reza pingsan dan belum sadar sampai saat ini. Amara memegang tangan reza yang dingin, memcoba menyalurkan kehangatan dari tangan mungilnya. Merasa bosan dengan situasi ini, amara memutuskan untuk tidur dengan telapak tangan reza  diatas kepalanya.

¬¬

"raa...?" suara berat milik Reza membuyarkan dari tidur ternyaman dengan usapan tangan reza yang amara letakkan diatas kepalanya.

"hah? udah bangun ja?"

"gimana? masih ada yang sakit?"

"mau aku kompres lagi?"

Pertanyaan bertubi yang belum terjawab satu pun membuat Reza sedikit tertawa dengan wajah manis dan pahatan indah yang tuhan pahat diwajah Aamara.

"kok malah ketawa, Kenapa?Ada yang lucu?"

"kamu, Kamu lucu ra, Aku suka" merasa dirinya salah tingkahAmara buru-buru memalingkan wajahnya lalu mengatur ekspresinya sebiasa mungkin.

"apaa sih Jaa, aku khawatir tau, kamu kenapa? mereka kenapa gangguin kamu?"

"tidak apa, Aku baik-baik saja, Maaf membuatmu khawatir." jawaban Reza sedikit membuat hati amara merasa tenang walau sebenarnya masih tersibat rasa khawatirnya pada lebam dan luka ditubuh Reza.

"kamu kenapa bolos?" tanya Reza pada Amara yang nampak bingung untuk menjawab apa pertanyaan Reza itu.

"emmm, tadi aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa, waktu kamu baru aja mau dibaringin di ranjang, kamu pingsan duluan." tutur Amara mencoba jujur saat menjawab pertanyaan Reza.

"lain kali jangan bolos ya, ra? apalagi itu buat aku, sayang kalau kamu ketinggalan pelajaran, ya?" Amara hanya mengangguk pasrah karena tak berguna juga kalau ia harus membalas nasihat Reza, toh nasihat itu memang benar.

"yaudah, kamu istirahat aja, aku beliin makan, abis itu aku janji balik klas, ya?" mohon Amara pada Reza yang dibalas anggukan dan bonus sebuah senyum manis disana.

"tunggu ya, ja?"

¬¬

Pelajaran berlangsung, Amara tetap saja kehilangan fokusnya  walau mencobanya beberapa kali, yang ada hanya Reza yang memenuhi pikirannya saat ini, tak ada yang lain. Rasa ingin kembali ke UKS dan menemani Reza sangat tinggi, namun lagi-lagi pasti kalah dengan keras kepala pria itu. Sedangkan bu Sofi, guru fisika yang mengajar saat itu menyadari ketidakfokusan Amara pada pelajaranannya saat ini. 

"Amaraa!! pelajaran saya ada didepan, bukan diluar jendela, fokus dong!!" buyar sudah lamunan Amara, malu tetnu saja.

"maaf bu" hanya dua kata pasaran yang diucap Amara saat itu. Kini ia kembali memfokuskan diri walau tetap saja, fokusnya selalu hilang.

¬¬ 

Bel istirahat berbunyin nyaring dipenjuru kelas, semua siswa siswi berhamburan keluar, ke kantin, ke perpustakaan  atau hanya sekedar menongkrong dibawah pohon rindang yang berumur belasan taun lebih tua dari siswa siswi disana.

Berbeda dengan lainnya, Amara kini buru-buru pergi menuju UKS, siapa lagi kalau bukan karena seorang Reza adiwijaya. Namun, langkahnya terhenti saat tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh tinggi darinya. 

PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang