Issues
–“Iya, perjamuan nya sudah berakhir. Wensterla langsung dilamar oleh Charles, dia bilang dia akan memikirkan nya” suara Hedith jelas. Jo yang masih berada di pusat kota Wina sekarang sedang sedikit cemas, bagaimana jika Wensterla menerima tuan Inggris itu? Apa yang dia pikirkan? Itulah misi nya membuat keduanya menikah.
“Terimakasih gosip nya, aku akan belikan kau dan Wensterla kue dari toko kue di dekat teatet kota, baru buka kelihatan nya lezat semua aku dapat voucher nya” balas Jo.
“Aku tidak sabar untuk itu, aku tutup telfon nya ya! Karena masih ada pekerjaan”
“Iya”
Telfon terputus, besok pagi pagi Jo baru akan berangkat ke Alle Garden, menemui nona nya.
“Kenapa cemas kak?” tanya sang adik.
“Pekerjaan ku, seperti nya obat yang kuberikan kurang kuat” bohongnya. Adiknya mengangguk.
“Cepat selesaikan pekerjaan mu! Kau akan mendapat posisi tetap di rumah sakit Ivan Karl setelah ini dan bisa tinggal dengan aku dan bibi lagi!” Jo tersenyum.
“Iya aku akan menyelesaikan tugas ku dan tinggal dengan kalian”Jo melihat kearah sekeliling rumah, tangan nya merogoh saku mengambil tiga voucher kue di toko Issabella's cake itu, besok dia akan membelikan Hedith biskuit jahe berbentuk manusia dan untuk Wensterla kue strawberry dengan biskuit susu dan cream keju, dan untuknya tiramisu. Anggaplah hadiah pertemanan.
“little bit miss you, miss Wensterl” guman nya.
––
“Ini terlihat lebih baik!” senyum cerah Anne menatap sekeliling rumah yang kembali dengan suasana saat paman bibinya masih hidup, foto foto Marnie dan kedua orangtuanya.
Sergio mengambil kamera nya memotret istrinya di ruangan itu tersenyum bahagia. “Akhirnya, tapi ini baru langkah pertama”
“Tidak sabar untuk bertemu Wensterla, kita akan ke Wina lusa ini. Hills dan Marie akan tinggal di Bristol. Rumah ini dipastikan tidak boleh dimasuki mereka hingga kami kembali” ujarnya pada seorang pelayan tua. Si pelayan tua mengangguk.
Sementara Marie didalam kamarnya masam wajah menatap luar jendela. Hidupnya selama ini hancur karena Anne datang ke London.
“Aneh! Sampah semua! Menjijikan! Bagaimana kau bisa takluk pada Anne bodoh itu!” teriaknya pada Hills.
Hills hanya menunduk kesal. Mereka pindah ke Bristol besok pagi karena malam ini Rosie akan tampil di teater kota London.
“Ini tidak akan lama,percaya padaku Marie”
“Sebaiknya kau buktikan itu”
Rosie mendengar semuanya, Wensterla? Marnie? Siapapun itu dia membenci nya. “Jika semua ini bukan milik ku maka tidak milik orang lain” gumam nya menatap cermin besar di kamarnya.
–––
“Aku rindu sekali pada Jo” ujar Wensterl pada Hedith yang sedang menjahit disampingnya.
“Hah? Itu bagus” sedetik kemudian ekspresi bingung Hedith berubah menjadi biasa saja. Ini bukan hal spesial karena kadang Wensterla juga bilang dia kangen tuan Cas.Guzel menatap dua sahabat itu dari kejauhan berjalan mendekat sembari membawakan beberapa cemilan dari kentang dan jagung.
“Sedang apa nona?” tanya nya meletakan cemilan itu di meja dan duduk.
“Siapa yang menyuruh kamu duduk?” tatap Wensterla tidak suka.
Dug!
Seperti tertembak, Guzel spontan berdiri dengan wajahnya yang merah.
“Maafkan saya!” Hedith menahan tawanya.Wensterla tersenyum “Bercanda” ujarnya.
Tidak lucu sebenarnya bagi Guzel yang sangat malu.
“Kalau begitu sebaik nya aku keluar ” Mereka tidak begitu memikirkan Guzel kelihatan nya, tapi di hati paling dalam Wensterla.
“Guzel....” langkah gadis itu terhenti, air matanya yang menetes buru buru dia singkirkan.
“Maaf untuk itu”
“Iya tidak apa-apa” terdengar suaranya sedikit bergetar.
“Tolong malam ini sempatkan antar cemilan ke kamarku” pinta nya.
“Baik nona”— 1984, Warsawa.
Marnie tidak kuat lagi untuk tinggal di Berlin bersama suaminya. Dia membawa putri dan putranya yang berusia tiga bulan itu di dekapan nya. Dia diasingkan di rumah mewah Warsawa.
“Casper!” dia langsung berlari ke arah tuan Cas saat itu. Wensterla sudah tidur dia letakan digendong oleh supir mereka.
“William panas” ucapnya pelan.
“Bawa dia ke rumah sakit, aku akan membantu mu ” ujar Cas.
Wensterla tinggal malam itu dengan istri dan anak tuan Cas, yaitu bibi Allie dan Guzel.
“Apa ini nona? Nona cantik sekali tapi kenapa tidurnya di sofa” tanya nya pada sang ibu. Allie menggendong tubuh anak yang lebih tua dua tahun dari putrinya.
“Iya, nyonya besar buru buru makanya nona tidak sempat dibawa ke kamar” jelas sang ibu.
“Tolong buka pintu nya,Guzel” Guzel menurut.
Paginya Wensterla menangis karena tidak menemukan ibunya.
Sampai Guzel datang, dia menjelaskan semuanya kalau Wiliam sakit dan harus dibawa ke dokter dan dirawat
Tiga hari tanpa ibunya, Wensterla ingin diantar ke rumah sakit. Terlambat sebelum itu.
Ambulance terparkir di rumah mereka. Ibunya menangis histeris ditenangkan oleh tuan Cas dan bibi Allie, dimana William?
Dokter tidak bisa menyelamatkan nya, William telah berpulang ke pemilik nya.
“Bayiku... Bayiku...” Wensterla memeluk sang ibu. Dia masih belum paham, dimana Wiliam.
“Ibu dimana Wiliam?” tanya nya
cklek.
“MARNIE! Kau membunuh putra ku! Dasar kau! Tidak ada alasan ku lagi, detik ini aku bercerai dari mu! Kau menjijikan! Sampah!” teriak ayahnya. Wensterla hatinya mencelos saat itu juga, adiknya tiada?
“Pemakaman belum selesai, bahkan jenazahnya baru tiba benar benar hatimu itu tidak ada!” teriak Marnie.
“Wiliam ...”
–
KAMU SEDANG MEMBACA
Issues [ Wendy ]
FanfictionDari kecil awalnya Wensterla tidak pernah mengira jika dirinya memiliki penyakit mental sampai di ulangtahun nya yang ke 13, sang paman membawa Wensterl ke rumah sakit jiwa dan mereka mendiagnosis Wensterl memiliki bipolar dan masalah mental akut la...