Bagian 1

1.2K 57 27
                                    

Putih...Putih...
Sangat Putih...
Semua yang didepanku sangat putih, lembut dan berair.
Seperti salju.
Pohon itu... Dibawahnya...
Ah, apakah ini mimpi?
Bukan.
Ini kelihatan nyata. Sangat nyata.
Tapi kenapa aku menyadarinya?
Sebaiknya aku kesana...

Pohon ini sangat sejuk, udara disini damai, aku seperti ingin tidur dan menetap disini. Ini jauh lebih baik menurutku.

Aku menjatuhkan badanku ke tumpukan tanah (salju menurutku, tapi ini tidak menjadi cair, atau ini awan). Oh, lihat ada buku.

'FarAway'.

Ah, cantik sekali judulnya. Aku membukanya. Tapi hanya lembaran kertas putih tanpa titik hitam sekalipun didalamnya. Aku tetap membukanya.

Ada kalimat di belakang bukunya. 'Hati yang paling berani akan menemukan jawabannya, Kau tidak perlu takut mengapa kau berada disini. Kau akan dituntun. Dunia memang putih. Tapi akan hitam. Dunia juga hitam. Tapi akan lebih hitam. Cinta tak berarti disini, buanglah rasa itu. Hanya keberanian yang ternilai disini. Pertaruhkan nyawamu untuk mendapatkan matahari agar hidup tak lagi sama.' Terlalu rumit kalimatnya menurutku. Tapi aku akan mengerti.

"Oh... tidak! apa ini?" cairan hitam terus menerus datang ke arahku dia menutupi warna putih, semuanya menjadi gelap, tak berwarna, hanya hitam yang ada. Aku khawatir dunianya menghilang dengan suara mengerikan di telingaku.

★★★

"Hey, Kay?'' sapa temanku yang berjalan berlawanan dariku.
"Hey, Kay?" sapanya lagi, dia melewatiku lagi.
"Hey, Kay?" Ish, dia sangat menggangguku di pagi ini. Memakai kekuatannya. Itu kan dilarangkan di daerah sekolah! Kecuali jika pelajaran dimulai.

'Memang aku tidak bisa!' pikirku. Aku langsung mengeluarkan penghalang seperti kayu di lantai, tentunya yang tidak terlihat. Dan berharap bayangan dia yang selanjutnya jatuh. Tahu rasa dia.

Oh, gagal. Aku tidak melihat dirinya lagi dibelakang. Bayangannya hanya tiga .

"Awww...," rintih seseorang di belakangku.

Upps... aku bisa tebak, pasti dia terjatuh karena penghalang yang kubuat.

Aku menolehdengan hati-hati ke belakang, sosok dia, sedang tersungkur di lantai. Dia, yang waktu itu.

Ah, itukan dia. Seorang pria -tentunya- sedang merintih kesakitan di lantai. Dengan kemeja dan celana panjangnya dan tentunya ketampanan itu membuat semua perempuan di sekolah ini terkesima tak lain diriku ikut hanyut dalam pesonanya. Aura baik dan tampannya itu sangat kuat saat didekatnya.

'Gimana ya? Aduh.' gumamku agak takut. Takut dia marah, dan malah membuat kesan pertamaku jelek. Bukannya menolong aku malah lari. Laripun agak ragu-ragu. Antara mau menolong atau tidak. Ah dasar! bodohnya diriku ini!. Aku langsung menghilangkan diri saja.

"aww." Aku terjatuh di lantai tidak jauh dari dia karena menabrak profesor saat aku tengah tak melihat. Diriku terlihat lagi.

'Aduh, kenapa ada profesor sih!' Aku sedikit-sedikit menengok ke belakang untuk melihatnya, tidak ada. Kini aku berhadapan dengan profesor yang berkacak pinggang di depanku.

★★★

"Hester Kayley, mengapa kau memakai kekuatanmu saat kau belum masuk kelas, jam pelajaranpun masih lama dimulainya. Beraninya kau memakainya."

Mothpre (Kami menyebut guru perempuan disini degan sebutan Mothpre) memarahiku, memberi nasehat ini dan itu, sama seperti ibu jika aku sedang berbuat salah. Tapi bedanya, aku tidak bisa lari saat ini, hanya mendengarkan saja.

.
.
.

"Lain kali tidak ada lagi kekuatan selain di kelas, mengerti?" sambungnya lagi, entah untuk kata yang mana. Aku hanya mengiyakan semua perkataannya.

FarAway Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang