Orld POV
Aku sedang berjalan jalan mengitari duniaku ini bersama temanku yang sudah sama sama tua ini. Inilah duniaku. Dunia di dimensi lain. Aku sudah berabad abad memimpin dunia ini. Bukan!!. Aku tidak memimpin. Dan dunia ini juga tidak perlu aku pimpin. Aku hanya penerus keluargaku yang memang bertugas menjaga dunia ini dengan kebijakan kebijakan. Dunia disini memang putih. Ini dunia awan? Atau dunia kapas?. Ini dimensi lain!. Tapi masih berhubungan dengan dunia lain. Kami memang sering menyebut ini awan ataupun kapas. Itu terserah individunya saja. Karena teori setiap orang berbeda. Sebut sesuka kalian karena itu teori kalian.
"Orld, Jangan melamunkan dunia ini sendirian saja, aku berada disampingmu kakek tua." Suara yang sudah familiar kudengar setiap hari. Temanku yang sudah seperti saudara saja walau usia kami terpaut 10 tahun. Walaupun begitu dia tidak pernah memanggilku senior ataupun kakak, dan aku juga memang tidak ingin dipanggil seperti itu. Terlalu tua menurutku.
"Apakah wajahku ini sudah berkerut sehingga kau panggil aku begitu."aku menelusuri muka tuaku yang sudah berabad abad ini .
"HahaHaha. Aku tidak sejahat itu. Kau yang mengatakannya sendiri Orld. Aku hanya sopan saja kepada kau." Dia duduk disampingku yang memang sudah duduk dari tadi dibawah pohon ini.
"Hahaha kau menjebakku kan agar aku mengakui bahwa aku sudah tidak muda. Begitukah?"
"Bwahaha . Kau mengatakannya lagi Orld. Aku tidak bermaksud begitu padamu." Dia semakin membuatku kesal dengan tawanya yang terlalu senang itu. Padahal aku ingin menyudahi ataupun mengganti obrolan yang salah topik ini.
"sudahlah. Kenapa kau membuat obrolan ini semakin mendalam."
"Hey, itu kan kau yang memulainya." Aku langsung mengubah posisiku menghadapnya. Dan mengarahkan telunjukku kepadanya.
"Sudahlah aku hanya bercanda. Kau masih saja seperti dulu ya. Masih tetap buruk dalam hal canda." Dia menyengir kepadaku dan aku hanya garuk garuk kepala walau tak gatal.
"Aku memang seperti itu. Kau tau kan." Jawabku sekenanya.
"Ya walaupun kau sudah tua jangan menunjukkan kelemahanmu itu. Kau itu bukan orang yang lemah Orld... " Dia terus berbicara tetapi aku tidak mendengarkannya aku merasa aneh, aura yang aneh menurutku. Kenapa ini...? Aneh sekali rasanya. Rasanya seperti kebencian yang memang sengaja dikeluarkan. Jangan sampai ini terjadi lagi.
"Suda..ah la..h ta...k u..sah la..gi di...bahas. aw...." jawabku dengan nada kesakitan yang aku tahan. Ini memang sakit. Aura kebencian yang tiba tiba muncul itu membuat badan ku aneh seperti ini.
"Hey Orld kau kenapa? Apakah ... ini karena ada sesuatu yang salah? " temanku menahan .badanku yang hampir jatuh ini. Tapi untungnya aku masih ada kekuatan untuk sekedar menegakkan tulang punggungku sendiri walau awalnya tak bisa.
"Sepertinya begitu..." jawabku sebisa nya.
"Pantas aku merasa ada yang aneh dengan aura di sekitar sini. Tapi aku hanya sedikit terkena akibatnya ini. " jelasnya. Dia memang 10 tahun dibawahku. Terkadang seorang yang kuat dan muda akan bertahan akan serangan aura jahat disini. Ya seharusnya aku juga bisa menahannya tapi kali ini auranya lebih buruk dan kuat. Seperti di sengaja saja. Memang dunia ini sangat rentan akan hal itu. Siapa yang mengakibatkan ini. Aku harus mencari tahunya.
★★★
Kujatuhkan tubuhku ke belakang, ke tumpukan awan lembut menurutku. Kuamati langit putih dan bersih. Aku berpijak di sekumpulan awan yang pastinya lembut dan aku di naungi oleh langit yang pastinya tempat awan berada. Aku baru menyadarinya. Apakah aku di dunia awan?
I'ts over?
No! Ini cuma awal. Ya menurutku awal. Aku cuma beruntung telah memenangkan pertarungan ini walau harus menguras tenagaku. Iya!. Aku menang. Si peri pemilik suara jahat itu kalah denganku. Pelajaran yang aku pelajari bersama Grant berhasil. Tapi menurutku itu bukan pelajaran yang baik. Kebencian seharusnya tidak ada. Akan bertambah buruk jika tadi terjadi di kota Tenebris.
"Hey, kau?." Suara kecil terselip di telingaku. Suara apa itu? Aku mencari cari sumber suara yang tadi terdengar olehku.
"Here...here." suaranya lagi. Aku mengikuti arah suara yang ternyata tidak jauh dari tempat ku. Dia bersembunyi di sekumpulan awan, seperti tempat berlindung kurasa.
"Siapa kau?"tanyaku heran padanya. Si kecil. Ya tubuhnya kecil sepertinya begitulah yang kulihat.
"Hai? Apa sudah aman. " tanyanya dia tanpa mau menjawab pertanyaan ku. Dia keluar dari tempat persembunyiannya yang kecil itu. Em, dia juga punya sayap yang bertengger tegak di punggungnya. Terbang menuju ke arahku dengan sedikit celingak celunguk memastikan keadaan nya sudah aman.
"Hei! Apa kau temannya? Atau malah kau tuannya?"tubuhku langsung menjauh ketika dia mendekat kearah ku . Ya ampun masa sih dia tuan si peri jahat itu atau dia teman sekongkolannya? Tidak mungkin kurasa. Karena dia tidak jelek melainkan imut imut, dia tidak mempunyai tanduk merah yang mengerikan melainkan mempunyai cahaya cahaya yang berterbangan di sekitarnya. Tapi bisa saja dia menjadi jahat sama seperti si peri jahat yang telah kubunuh tadi. Tapi aku tidak merasakan aura jahat di sekelilingku. Aku hanya merasakan aura yang begitu hangat, melindungi dan baik disini.
"Aku bukan temannya. Tidak mungkin kan aku se-imut ini berteman dengan seorang peniru seperti dia. Hu,uh dia memang peri peniru." dia melipat tangannya kedada dan mengerucutkan bibirnya. Aku sedikit tersenyum dengan sikapnya yang lucu imut itu. Tapi aku tetap waspada terhadapnya. Kalau kalau dia berubah jahat dan menyerangku. Aku belum terlalu percaya dengannya. Soalnya ada kesamaan dari mereka berdua. Ouh atau semua peri disini sama. Masa sih? Kalau begitu susah ngebedainnya lah..
"Hey, apakah kau mengalahkan peri peniru itu?"tanyanya yang sudah selesai melakukan protesnya tadi.
," entahlah? Apakah seperti itu?."
Dia menganggukkan kepala mungilnya itu dengan muka nya yang imut. Aaaa... dia sangat imut, kuharap dia tidak sejahat peri yang tadi. Jangan lagi. Itu akan membuat bencana.
"Mung..kinn... Bagiku iya tapi bagi yang lain mungkin bencana." Dia berbicara dengan raut wajah menahan sakit sepertinya. Aih.. kenapa dia ini.
"Hey kau kenapa? Apakah kau baik? Apa maksud perkataan mu itu juga? 'Yang lain' ?" Aku merasa khawatir dan bingung tentang yang dia katakan itu. 'Yang lain'? Yang benar saja. Sepertinya ini memang bukan duniaku. Aih, aku ini ada ada saja. Masa menganggap ini duniaku sih. Eh tapi kan ini mimpi! Tapi aku tidak bisa mengendalikan dunia ini. Benar ini memang bukan mimpi ku ataupun duniaku. Aarrghhhh.... seseorang tolong jelaskan padaku!!! Aku tambah bingung kan.
"Oh aku mungkin akan segera sembuh ini hanya efek dari perbuatanmu tadi. " dia memberi jawaban yang sangat membingungkanku. Apa apaan masa aku yang bersalah. Dia menuduhku. Aku tidak merasa bersalah, ya karena aku tidak melakukan hal apapun padanya. Bertemu saja baru pertama kali.
" heyy apa maksud perkataan mu itu!! Kau menuduhku? Dasar ya kau sama saja jahatnya dengan peri yang tadi.! Huft... dunia ini aneh sekali.. hey mimpi bangunkan aku sekarang.!?" Aku berteriak padanya. Aku memang sudah bingung ditambah bingung atas tuduhannya itu. Emosiku sedikit memuncak. Tapi aku memang perlu penjelasan.
Sambil tangannya memegangi pinggangnya dia berteriak padaku "Heyy... ini bukan mimpi ataupun dunia imajinasi mu! ini adalah dunia kamii!.. dan aku bukan monster. KAU yang Monster.!?
?
.
.
.★★★
HANYA FIKTIF!
KAMU SEDANG MEMBACA
FarAway
FantasySaat alam semesta berhenti, semua tak lagi sama. Bumi tak seperti biasa. Bumi hanya diam, begitu juga semesta. Bulan tak bergerak, begitu pula matahari yang tak bergeming dari tempatnya. Itu terjadi di dunia lain... Kekuatan, pengorbanan, pengkhia...