Tenang sekali disini, nyaman rasanya. Apakah ini surga? Ah, tapi masa sih. Aku masih berpakaian sama, eet... tapi, warna bajuku berubah. Putih, tidak hitam lagi. Ini seperti mimpi saja. Tapi beberapa kali kucoba menampar wajahku agar segera sadar dari mimpi ini, tapi gagal. Dan berarti ini benar. Aku seperti ingin pingsan lagi. Aku melihat cahaya. Tapi aku tak tau cahaya ini darimana.
Cahaya menyinari tubuhku, seluruhnya. Ku rasakan sinar masuk ke pori poriku. Kelembutan terasa dikakiku, seperti salju, atau bahkan sepeti kapuk. Ku lemparkan diriku ke bawah langsung. Tak ada rasa sakit tapi kelembutan yang kurasa. Memejamkan mata sebentar saja tak masalah sepertinya. Aku ingin melupakan kesakitan yang kurasa tadi. Ingin melupakan masalah yang terjadi. Hanya ingin menikmati yang hanya di depan mataku saja. Masa bodoh aku ada di mana. Sekalipun ini kematian aku tidak peduli. Yang penting disini nyaman. Sekarang cuma itu yang kurasakan.
" Hallo...?" Sapa seseorang dari arah belakangku, ah siapa dia. Masa ada orang sih. Inikan duniaku. Kurasa. Oow... atau dia bidadara ku. Ah, senangnya.
"Aih, kok bidadaranya cewek. Kecil lagi." Tengokku ke arah suara. Bukan bidadara ternyata. Sayang sekali. Seorang peri sepertinya. Dia kecil. Sayap dipunggungnya pun begitu. Lucu sekali, gemas rasanya. eh, kalo ada peri berarti ini bukan surga dong.
"Hey... kau tersesat?" Dia memiringkan wajahnya, semakin gemas saja. Agak bengong aku melihatnya. Cantik juga peri ini. Mungkin kadar cantiknya sama denganku. hehe.
"Ya mungkin. Aku tidak tau aku dimana. Tadi aku sedang melihat kembang api di bawah pohon. Tapi karena kalung ini-. " aku menjelaskan semua yang terjadi, sesaat aku melihat kalungku dan kalung itu berubah bentuk. Bentuknya yang cantik, lebih bagus dari yang tadi. Aih, kenapa. Bingung. Kembali aku berfikir mengapa ini bisa terjadi.
"Kalungmu cantik sekali. Sepertinya aku pernah melihatnya deh."ucapnya sedikit berfikir. "Ouh."dia menutup mulutnya yang hampir ternganga dan matanya terbelalak. Dirinya hampir terjatuh karena terhempas angin. Lemahnya. Kenapa dia ini.
Aku berusaha menangkapnya. Hap....Dapat. " kau kenapa? Apakah kau baik saja?." Tanyaku heran.
"Ini benarkah.. ouh... sepertinya aku mau pingsan."dia mondar mandir dengan sayap kecilnya, sedangkan aku hanya bengong dan memasang wajah heran padanya.
Dia memutariku seperti menyelidikiku, "Ayo, kau harus cepat. Bersembunyi. Entah berapa bnyak yang menginginkan nya. Disini kurang aman."dia menarikku dan aku hanya mengikuti dia pergi.
Dia membawaku ke tempatnya (semacam pohon yang tertutup salju) yang tidak jauh dari yang tadi.
"Disana tidak aman, disini kau aman." Ucapnya sambil membuatkanku tempat duduk dari kapas...?.
"Ceritakan mengapa kau disini?" Tanyanya dengan baby facenya itu dia seperti merajuk. Aku menceritakan apa yang ada di pemikiranku.
"Apakah itu victoriam?" Tanyanya lagi dan hanya kujawab dengan anggukan pelan. "Apa aku boleh melihtanya? Tanyanya lgi, sambil mengeluarkan senyumnya ? Aura disini semakin panas saja menurutku. Kenapa wajah peri itu berubah, dan kalau tidak salah dikepalanya terlihat seperti tanduk merah kecil sangat kecil. Ah, masasih. Tapi aku menyingkirkan khayalanku itu. Saat aku ingin melepas kalung victoriam dari leherku, tiba tiba dirinya berubah menjadi iblis menurutku. Tidak imut lagi. Untung saja saat tangannya menyentuh kalungku langsung aku tarik dan menyimpannya dengan sangat cepat.
"Beriikann ituu, cepatt lah. Tuan pasti senang aku menemukannya. Whaahaahaa."dia berbicara kepada ku. Rupanya berubah 180 derajat dari yang tadi. Mengerikan. Dia semakin mendekat kearahku. Aku langsung mengambil langsung mengambil langkah seribu. Ouh, tidak aku kalah cepat dengannya yang mempunyai sayap dipunggungnya. Dia sedikit lagi menggapaiku. Ibuuuu.... help me!!. Aaaaaa... sedikitt lagi. Aku mencoba mengeluarkan kekuatan ku, berharap dia pergi atau mati. Sial! Tidak keluar. Kenapa ini. Kenapa gak bisa. Semakin dekat.
'Ahaa. Kan ada pedang kesayanganku.' Pkirku dalam hati. Aku langsung mengeluarkannya dari dalam saku.
Seeettt...
Aku mengarahkan pedangku kearahnya. Sedikit mengenainya. Tapi dia masih bangkit. Aku tetap berlari, cukup jauh jarak kami. Dia tergores dibagian tangannya. Seharusnya aku memotong sayapnya. Ah, ya!. Harus. Aku berhenti. Dia juga berhenti. Dia berteriak teriak penuh kemenangan. Mengira aku sudah menyerah. Belum. Tentu belum. 'Ini baru awal, peri jahat.' Pikirku. Aku langsung mengacungkan pedangku ke arahnya. Memberi tanda agar kami bertarung.
"Whaa hahaha haha." Dia malah mengeluarkan tawa jahatnya. Ish, itu suara yang mulai kubenci. Lalu matanya menatap tajam kearahku. Mengeluarkan pedang juga tapi bukan dari besi dan ukurannya lebih besar. Errr! Ouh, pedangnya bersuara. Hidup ternyata. Nyaliku hampir ciut. Tapi langsung ku nyalakan semangatku lagi. Aku yang memulai duel itu. Suara pedang benturan pedang terdengar. Dia hanya menghindar. Dia maju saat aku hampir mengenai kepalanya.
Awww,
dia berhasil mengenaiku. Tepat di tanganku. Menciptakan luka gores yang cukup dalam. Uh, rasanya perih, seperti terbakar. Pedang apaan itu. Ahh. Tanganku perih sekali rasanya. Pedangku langsung terjatuh, karena rasa perih ditanganku menyebabkan energiku habis dan tidak bisa memegang pedang dengan kokoh. Ah, menyebalkan. Masa aku kalah sama peri iblis itu. Heran, kenapa ada peri yang tampangnya jelek begitu bahkan mengerikan jika menatapnya. Padahalkan seharusnya peri itu cantik, baik, daannn tidak sombong. Ada ya makhluk seperti dia. Ish.
"Whaha ha whaaahaha whaaha." Dia mengeluarkan tawa jeleknya itu. Merasa bangga telah menggores tangan ku, pikirku.
"Sayang sekali ya. Ternyata kau tidak sekuat yang kami pikirkan. Memang benar kata tuan itu cuma dongeng. Kau tidak akan pernah bisa melakukannya. Never." Ucapan berupa ancaman ancaman keluar mulus dari mulutnya yang seperti ingin ku tampar. Aku mencoba mengambil pedangku lagi tapi gagal. Lukaku cukup parah sepertinya. 'Astaga bagaimana ini? Pikir... pikir...' gumamku dalam hati. Aku kembali mencoba sihirku. tidak bisa.
"Hahahaha... kau kalah!!" ucapnya bangga. dia semakin mendekat kepadaku. Tapi aku masih berfikir. Ya aku ingat, waktu itu.
Saat itu. Saat Grant mengajariku. Aku langsung mencoba meluapkan kekuatanku dengan rasa benci terhadap si peri jahat itu. Kekuatanku meletup letup dan membuat semua peluh keluar. Peri itu terlihat seolah mengejekku. Seolah ia mengatakan bahwa itu tidak akan bisa. Dia terus tertawa tawa. Kebencianku bertambah besar terhadapnya. Langit yang hitam mulai berubah keabuan bahkan ingin putih. Aku telay berubah dipenuhi kebencian terhadap si peri jahat itu. Ah, apakah sekarang aku yang jahat? Tidak! Ini harus diakhiri dengan kemenanganku. Ya harus.
★★★
Sudah di hapus sebagian. SORRY
KAMU SEDANG MEMBACA
FarAway
FantasySaat alam semesta berhenti, semua tak lagi sama. Bumi tak seperti biasa. Bumi hanya diam, begitu juga semesta. Bulan tak bergerak, begitu pula matahari yang tak bergeming dari tempatnya. Itu terjadi di dunia lain... Kekuatan, pengorbanan, pengkhia...