Bagian 11

84 12 0
                                    

Hae? Akhirnya aku bisa update. Maaf kelamaan karena aku lagi sibuk UAS ^^. Gomen gomen.
Happy Reading my Reader and my Sider ({}) ❤

★★★

Tatapanku lurus kedepan melihat sasaran merah berjarak 10 meter dariku. Aku menarik benda di tangan kananku sekuat yang kubisa. Napas kuatur perlahan untuk menjaga fokusku.

Satu tarikan napas...

Dua tarikan napas...

Aku melepas anak panah di tangan kananku dari busurnya.

Ah, tidak pas! Hampir kena ke sasaran merah di depan sana.

"Itu sudah bagus Kay!" Suara dari belakangku terdengar menyemangatiku.

"Tapi belum pas Ley. Lihat! Sedikit melenceng dari sasaran merahnya," ucapku pada Arley.

Hari ini kami berlatih memanah. Kau tau kan, Arley, sahabatku ini pintar sekali memanah dan hal-hal lainnya. Aku ditawari memanah olehnya saat jam pelajaran berakhir. Ya, awalnya aku tidak berminat memanah. Bukan karena aku takut hitam karena paparan sinar matahari, lagi pula di sinikan tidak ada matahari. Aku hanya malas saja berlatih hal seperti itu, menurutku sia-sia. Karena menurutku, kekuatan kita juga bisa melumpuhkan lawan dan cara ini lebih baik daripada memanah.

Tapi Arley dengan sejuta rayuannya memohon agar aku menemaninya berlatih. Setelah rayuan yang membosankan itu, aku langsung mengiyakan saja perkataannya, karena aku malas mendengar rayuan tidak pentingnya itu. Tadinya, aku hanya diam, karena aku ke tempat memanah hanya untuk menemani Arley. Tapi, aku bosan hanya menunggu sambil melihat aksi Arley memanah. Jadi, aku mencoba belajar memanah dari Arley. Dan ini membuatku geram karena tidak pernah kena sasaran. Tapi kata Arley ini sudah bagus untuk ukuran pemula.

"Aku ingin beristirahat. Kau lanjutkan saja jika masih ingin berlatih." Arley berjalan ke bangku terdekat. Aku meneruskan kegiatan berlatihku ini. Tapi, lagi-lagi belum kena. Aish, aku seperti ingin menggigit saja anak panah ini. Membosankan.

"Huftt... , aku tak berhasil kena sasaran Ley. Ini membosankan." Aku mendudukkan diriku disebelah Arley yang tengah meminum airnya.

"Sini!" Aku langsung menarik botol minum yang sedang diminumnya. Aku lelah, dan sangat membutuhkan air. Aku minum sambil memasang muka masamku. Bosan.

"Woyy!!" Suara Arley membuat semua air yang belum tertelan kembali keluar melewati mulutku,dan lebih parah ada sedikit air yang keluar dari hidung. Arley tertawa terbahak bahak disampingku, sedangkan aku masih terbatuk-batuk karena ulahnya.

"Makanya jangan asal ngambil punya orang. Lagi asik-asik minum langsung ditarik, bajunya basah nih." Muka Arley campur aduk, antara marah, sebal, senang, puas dan apalah itu. Tapi kasihan juga dia, karena kebosananku bajunya jadi basah kuyup begitu terkena air minum yang kutarik tadi.

"Uhuk-uhuk, tapi gak begini juga geh Ley! Huft... tambah bosen kan." Mukaku sudah berubah menjadi mode ngambek. Arley jika melihatku ngambek begini pasti dia sebal karena aku susah dibujuknya.

"Ya udah deh, kita jangan latihan. Pulang aja yuk? Atau kita mau kemana?" Bujuk Arley dengan tampangnya yang dibuat buat dan membuatku tersenyum singkat.

"Jangan pulang. Di rumah mungkin ibuku tidak ada saat ini. Aku nanti jadi tambah bosan jika tak ada ibu, karena tak ada yang membuatkanku makanan." Aku berpikir jika sendirian di rumah saja. Tanpa makanan dan tanpa ibu. Itu tidak mengasikkan, karena tidak ada yang menjadi lawan bicara. Walaupun aku sering sekali bertengkar dengan ibuku.

FarAway Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang