🦛 Tips Pertama
Cara menghidupkan dialog yang pertama adalah tidak membuat dialog yang bertele-tele. Wahh, maksudnya bagaimana? Misalnya seperti ini, “Rasanya tenggorokkanku begitu kering bagai pasir di pantai" atau “Kulitku mulai menghitam karena terik matahari yang begitu panas” atau begini “Ais! Rasanya aku ingin menenggelamkan tubuhku di laut itu!”
Coba bayangkan, apa ada orang yang berdialog seperti itu? Rasanya tidak ada.
Namun coba bandingkan dengan ini:
“Cuaca begitu panas, rasanya aku ingin berenang bebas di pantai” atau “Aku menatap kedua lenganku secara bergantian” boleh juga begini “Sial! Kulitku menghitam dan sekarang aku merasa haus.”
Terasa lebih hidup, bukan? Lebih kurang seperti itu contohnya!
🦛 Tips Kedua
Cara menghidupkan dialog kedua adalah seringlah menonton film, drama, atau bahkan membaca novel. Pahamilah bagaimana mereka menampilkan dialog mereka.
Dalam novel seringkali kita melihat kata-kata seperti ini: ujarnya, katanya, ucapnya, dan lain-lain. Itu tidak masalah! Pembaca tak masalah jika penulis menampilkan kalimat seperti itu!
Namun bolehlah sesekali diselingi dengan bisiknya, tambahnya, pekiknya, teriaknya, bantahnya, jelasnya, dan lain-lain. Dengan menggunakan beberapa variasi kata penjelas tadi, kemungkinan cerita kamu akan menjadi lebih asyik, lho!
🦛 Tips Ketiga
Cara menghidupkan dialog dalam novel yang ketiga adalah jika tokoh sedang berdialog, bisa dikatakan jika terdapat dua tokoh, betul? Nah, buatlah pendapat mereka bertolak belakang, maksudnya seperti ini, buatlah tokoh pertama kalian tidak menyetujui perkataan tokoh kedua, atau sebaliknya. Singkatnya jangan membuat mereka sepakat. Mengapa? Karena jika tokoh saling sepakat rasanya seperti datar-datar saja, bukan?
Misalnya seperti ini:
“Airin, maafin gue. Kesalahan gue emang nggak patut buat dimaafin ….” Hito berucap dengan pandangan tertuju pada ujung sepatunya.
“Iya, Hito, nggak papa ….”
Terkesan datar-datar saja bukan? Namun bandingkan jika seperti ini.
“Airin, maafin gue. Kesalahan gue emang nggak patut buat dimaafin ….” Hito berucap dengan pandangan tertuju pada ujung sepatunya.
“Kenapa gue harus maafin lo, Hito? Kalo emang lo nggak suka sama gue, nggak seharusnya lo ngelempar telur busuk dan bikin gue malu satu sekolahan! Lo nggak punya hati tau nggak!” pekik Airin, dadanya naik turun menahan gejolak amarahnya.
“Gue tau, Airin … maafin gue ….”
“Gue nggak sudi maafin lo, Hito!”
Bagaimana, terasa lebih hidup bukan? Kira-kira seperti itu contohnya, ya!
🦛 Tips Keempat
Cara selanjutnya untuk membuat dialog cerita terkesan hidup adalah tidak semua dialog harus dijawab dengan langsung. Tidak semua tokoh saat berbicara harus dijawab dengan langsung.
Contohnya seperti ini:
“Kenapa gue harus maafin lo, Hito? Kalo emang lo nggak suka sama gue, nggak seharusnya lo ngelempar telur busuk dan bikin gue malu satu sekolahan! Lo nggak punya hati tau nggak!” pekik Airin, dadanya naik turun menahan gejolak amarahnya.
Hito terdiam, pasokkan oksigennya menipis begitu mendengar perkataan dari Airin. Hito menarik napasnya dalam-dalam, tangannya meremas ujung seragamnya kemudian Hito berkata, “Gue tau, Airin … maafin gue ….”
Airin tertawa, ia mencoba menyelami bola mata Hito seolah mencari perasaan bersalah dari dalam diri pemuda itu. Airin lagi-lagi tersenyum sinis kemudian berkata, “Gue nggak sudi maafin lo, Hito!”
Bagaimana, terasa lebih hidup dan nyata bukan?
🦛 Tips Kelima
Cara menghidupkan dialog cerita yang terakhir adalah setelah kalian menulis dialog, coba bacalah dialog kalian dengan bersuara, tapi jangan keras-keras, ya! Tujuannya agar kalian bisa merasakan bagaimana tokoh kalian berbicara dalam cerita, selain itu agar rasa nyata dialog lebih ngena dan terasa sampai ke hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi Kepenulisan
Rastgeleingin menulis, tapi belum tahu apapun? kamu bisa baca ini! semoga membantu💗💗 -Dari berbagai sumber🦋🦋 #2 di materi #1 di puebi