BAB 1

549 45 1
                                    


Handaru tidak pernah suka menolong orang dengan cuma-cuma, apa lagi sampai membuatnya datang jauh-jauh ke tempat asing begini. Namun sayangnya, orang yang sangat merepotkannya itu adalah Jenner yang merupakan tetangga kosan sekaligus katingnya di kampus walaupun mereka berbeda jurusan. Handaru anak Ilmu Komunikasi, dan Jenner anak Arsitektur. Jika bukan karena alasan yang sudah disebutkan. Handaru jelas tak akan pernah menginjakkan kakinya ke tempat ini. Karena dua puluh menit dari sekarang dia harus masuk kelas jika tak ingin diusir oleh dosennya yang selalu datang tepat waktu itu. Dan rumornya akan ada kuis dadakan hari ini. Getaran yang tanpa henti berasal dari dalam saku celananya membuat Handaru sangat buru-buru. Ia harus memberikan maket ini pada sang empu atau tamatlah sudah nasib mereka berdua.

Butuh perjuangan yang sangat besar bagi Handaru untuk menembus kerumunan anak Arsitektur yang jalan terburu-buru hendak masuk kelas. Sementara itu, tepat di depannya ada seorang pemuda bersurai hitam legam sibuk melihat ke arah arloji dengan tangan kanan memegangi maket dengan hati-hati. Handaru dan pemuda itu sama-sama terburu-buru hingga keduanya tidak saling menyadari  kehadiran satu sama lain dan berakhirlah saling menubruk dengan cukup kencang hingga mampu membuat Handaru terguncang. Maket di tangan pemuda tersebut dan maket di tangan Handaru pun sama-sama terlepas, beruntungnya Handaru berhasil menyelamatkan maket milik Jenner, tapi tidak dengan maket milik pemuda itu yang tanpa sengaja ditabraknya. Akibatnya, ada beberapa bagian maket milik pemuda itu yang patah ataupun terlepas dari posisinya. 

Handaru terkejut, begitu pula dengan si pemuda yang jauh lebih terkejut dari Handaru. Wajah pemuda itu seketika berubah drastis. Raut putus asa, amarah, dan lelah berpadu menjadi satu. Kejadian itu membuat Handaru merasa amat sangat bersalah.

"Sorry," balas Handaru sebelum melarikan diri dari hadapan pemuda itu.

Dari arah belakangnya terdengar rintihan putus asa. "Maket gua," ujar pemuda itu lunglai lemah tak berdaya. Pasalnya, dia sampai harus masuk rumah sakit hanya untuk menyelesaikan maketnya yang dibuatnya dengan sepenuh hati itu walau harus berurai air mata andai Handaru mengetahuinya.

Saat jam istirahat, setelah kelas pertama usai, Handaru terus saja merasa gelisah memikirkan kejadian di gedung Arsitektur tadi. Bahkan di saat mengerjakan kuis pun, dia tidak bisa fokus. Pemuda itu terus saja memikirkan nasib si taruna yang ditabraknya dengan tidak sengaja pagi tadi. Bagaimana nasib nilainya? bagaimana nasib maketnya? Dan bagaimana kesehatan mentalnya? Jiwa si pemuda tadi pasti terguncang hebat jika reaksinya saja berlebihan seperti itu. Seperti seorang manusia yang dipaksa menyerahkan nyawanya pada malaikat maut.

Jika dianalisis dari rautnya yang langsung berubah drastis, kemungkinan besar taruna itu mengalami frustasi berat, ditambah lagi dengan wajah lusuh kurang tidurnya yang membuat Handaru merasa amat sangat bersalah.

"Kamu kenapa, sih, jam segini mukanya udah lusuh begitu?"

Handaru menoleh ke sumber suara sembari memainkan jari jemarinya. Raut kegelisahan terpatri jelas lewat air mukanya. "Bi, kamu tau kan tadi pagi aku habis nganterin maket bang Jenner ke Fakultasnya?"

Orang yang merupakan lawan bicaranya mengangguk paham. "Terus?"

"Karena tadi aku buru-buru karena kita ada kuis dadakan, jadi aku nabrak orang yang bawa maket juga. Aku sih berhasil nyelametin maket punyanya bang Jenner, tapi sayangnya orang itu enggak. Maketnya jadi rusak, dan kayaknya kerusakan maketnya parah banget."

"Terus?"

"Kok malah terus, sih, Bi? Ya, aku merasa bersalah sama dia. Mana habis minta maaf aku langsung pergi gitu aja lagi, soalnya aku takut diamuk sama dia."

"Ya terus, kamunya mau gimana?"

"Minta maaf, ya walaupun aku tau maafnya aku juga nggak bisa bikin maket dia utuh lagi, sih, tapi seenggaknya bisa bikin rasa bersalah aku ke dia sedikit berkurang," jelas Handaru masih dengan wajah cemasnya, dan Bella hanya tertawa melihat raut pacarnya tersebut.

Dan Suatu HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang