Malam itu adalah awal dari perubahan hidupku yang drastis.
"Ibu..ini ada dimana?" tanyaku menatap ibuku dengan bingung. Aku baru saja terbangun saat merasakan guncangan di sekitarku. Saat aku membuka mata, yang kulihat adalah kursi kereta kuda bersama ibu dan ayahku, bukan lagi di kamar tidurku yang penuh pernak pernik bintang di dalamnya. Aku sendiri terbangun dengan berada di pangkuan ibuku.
"Hussh..Tidurlah sayang" Ujar ibuku membelai kepalaku dengan lembut.
"Kita mau pergi kemana?" Tanyaku dengan mata setengah mengantuk, merasa nyaman dengan belaian tangannya.
"Nanti kamu juga akan tahu. Sekarang tidurlah lagi. Setelah sampai, ibu akan membangunkan mu kembali" Ujarnya pelan. Aku hanya mengangguk menurut dan kembali tertidur.
Samar samar aku mendengar kedua orangtuaku membicarakan sesuatu, mereka seperti mendebatkan sesuatu tapi rasa kantukku lebih menguasaiku saat ini. Kenapa? Kenapa suara mereka terdengar cemas? Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?
\[^0^]/\[^0^]/\[^0^]/\[^0^]/\[^0^]/
Aku terbangun saat ku dengar suara burung berkicau.
Aku menatap sekelilingku dengan kerutan yang jelas di keningku, mencoba mengenali tempat asing ini, tempat aku terbangun.
Sekelilingnya adalah tembok bercat putih lengkap dengan perabotan kamar tidur. Aku berada di kamar tidur yang asing, seperti baru, namun dengan bentuk yang aneh. Sekitanya adalah bundar yang luas, dengan satu jendela besar di depan tempatku duduk saat ini. Yang paling aneh dari semua itu adalah pintu yang berada beberapa meter dariku. Bukan pintu besar seperti kamar tidurku, melainkan pintu jeruji yang kokoh disana.
Menyadari tempat aneh ini, pikiranku berlari pada sosok yang membawaku kesini.
"Ibu? ayah?" Panggilku dengan perasaan takut luar biasa.
"Kalian ada dimana?" Ujarku dengan perlahan turun dari tempat tidur. Kepalaku sibuk menatap kanan dan kiri. Tanganku terkepal, menahan takut dan kepanikan yang bergejolak dalam dadaku.
Beberapa kali aku memanggil mereka namun tak ada jawaban. Mataku mulai terasa panas. Perlahan airmataku mulai mengalir.
"Ibu..ayah.. aku takut" Ujarku dengan suara menciut. Aku berjalan menuju pintu jeruji di depanku. Menatap ruang kosong disana. Apa aku benar benar sendiri di tempat asing ini?
Airmataku mengalir semakin deras. 'Apa aku ditinggalkan?'
Perasaanku benar benar hancur. Aku duduk meringkuk di sudut pintu, menangisi kesendirianku. 'Kenapa? Kenapa mereka meninggalkanku disini? Apa karena aku anak yang nakal? Apa aku telah membuat kesalahan besar?'
Aku terus saja menangis, ntah berapa lama sampai akhirnya aku mendengar suara perutku berbunyi keras. Rasa lapar membuat tangisanku mereda. Aku menatap sekelilingku, mencari sesuatu yang bisa dimakan.
Untungnya aku menemukan ada roti dan sup di atas meja lengkap dengan secangkir air disana. Aku akhirnya bangkit dari tempatku mendekati makanan di meja bundar itu.
Baunya harum, sayangnya supnya tidak lagi panas. Tapi, disituasi seperti ini aku tidak bisa mengeluh seperti yang biasa ku lakukan di rumah saat makanan yang disajikan tidak sesuai seleraku.
'Rumah. Aku rindu rumah' Batinku menatap makanan sederhana di depanku. Lagi lagi airmataku kembali mengalir. Dalam sekejap semua kehidupanku yang nyaman dan menyenangkan berubah menjadi mimpi terburuk yang pernah ku bayangkan.
Aku menarik kursi di depan meja, duduk dengan tenang kemudian mulai melahap makanan di depanku. Masih dengan airmata yang tak bisa kuhentikan.
Selesai dengan makananku aku kembali duduk meringkuk di tepi pintu, menantikan seseorang akan datang, berharap orang itu menjelaskan sesuatu tentang situasiku. Sekelebat pikiran buruk menguasaiku. Menerka nerka 'apakah aku akan berada disini selamanya?' dan ketakutanku semakin membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The girl who live in the tower
FantasyAlthea Clarence, si gadis menara yang tinggal di sebuah pulau kecil di tengah tengah laut, jauh dari kerajaan Alcazar. Dia diasingkan, dikurung di menara tertinggi oleh keluarganya sejak ia kecil. Dalam ingatannya, orangtuanya adalah orang paling ke...