Albus menatap Althea.
Althea memberikan senyumnya. "Ini keputusan terbaik, Albus"
"Bagaimana bisa kau memutuskannya seperti ini. Apa kau ingin hidup selamanya dalam menara? Kau tidak takut akan mati sendirian disini tanpa seorangpun turut beduka dengan kepergianmu? Pikirkan lagi Althea. Kita bisa menemukan jawabannya" Ujar Albus.
Althea menggeleng lemah. Pada akhirnya ini adalah pilihan terbaik untuknya. Althea memutuskan untuk kembali ke menara, menjalani sisa hidupnya disana.
'Mungkin ayah dan ibu benar, tinggal dalam menara itu adalah pilihan terbaik'
Dia tidak bisa jika harus melihat setiap yang disentuhnya menjadi mati. Mungkin pertama hanya pada tumbuhan, tapi bagaimana dengan seterusnya. Kekuatannya bisa saja semakin mengerikan.
"Tidak Albus. Orangtuaku memang benar. Lebih baik untukku terus hidup di menara tanpa menyakiti siapapun. Melihat tanaman itu menjadi debu di depan mataku membuatku sangat ketakutan" Jawabnya.
Albus terdiam. Merasa frustasi. Mereka baru saling mengenal dua hari, tapi Albus begitu terikat dengan gadis di depannya ini.
Saat ini mereka telah kembali ke menara. Beberapa jam yang lalu, di dalam hutan Althea mengatakan ingin ke menara tanpa mengatakan alasannya. Albus pikir, Althea mungkin memiliki petunjuk tentang kekuatannya disana jadi ia menurut. Tapi ternyata, Althea kembali hanya untuk menjadi tahanan menara lagi.
Althea mendekati Albus. Dia mendekap wajahnya. "Jangan menatapku dengan sedih begitu. Kau tahu kita masih bisa bertemu meski aku berada di menara ini"
Aku tertunduk. "Pada akhirnya kau kembali ke titik awal" Ujarnya lalu mengangkat wajahnya menatap Althea. "Pada akhirnya tidak ada yang berubah"
"Ada" Ujar Althea. "Banyak yang berubah Albus. Tidakkah kau melihatnya? Aku bertemu denganmu, seperti sebuah keajaiban, aku akhirnya berhasil keluar dari menara" Althea kemudian tertawa pelan. "Para pelayanku bahkan tidak tahu kalau aku sudah keluar dari sini dan sampai sekarang mereka belum kembali. Dann...." Althea memandang lurus manik mata Albus. "Aku akhirnya mengetahui tentang kekuatanku dan alasan mengapa aku harus diasingkan. Jika dulu aku merasa menara ini adalah penjara terkutuk kini aku bisa menerimanya sebagai rumahku. Disinilah seharusnya aku tinggal" seulas senyum tercetak di bibirnya.
Albus menghela napas. "Kau yakin tidak akan berubah pikiran?"
Althea mengangguk.
"Baiklah" Albus kemudian berjalan mundur, melepaskan wajahnya dari dekapan Althea. "Kurasa ini adalah perpisahan" Ujarnya.
Althea lagi lagi mengangguk. "Terima kasih"
"Tapi bukan berarti kita tidak akan bertemu lagi" Ujar Albus membalas senyum Althea. "Aku akan sering berkunjung. Jadi sebaiknya, kau harus memberitahukan orangtuamu tentang kita"
Seketika wajah Althea memerah. "Apa maksudmu?!"
"Sebelum itu, mari kita perbaiki perkenalan kita" Ujar Albus.
"Kenapa harus diperbaiki?"
"Bukankah aku belum memberitahu nama lengkapku? Kau juga begitu kan" Jawab Albus yang membuat Althea terdiam.
Albus mengulurkan tangannya. "Salam kenal nona, saya Albus Aegis de Chester, master dari wizard tower dan bangsawan dari kediaman duke De Chester"
Althea tertawa pelan. Dengan sedikit membungkuk dan menarik sedikit gaun lusuhnya ia menerima uluran tangan itu, seperti salam perkenalan yang biada dilakukan oleh nona nona muda aristokrat di pesta dansa kerajaan Alcazar. "Salam tuan, saya Althea Clarence de Archie, putri bangsawan dari kediaman Marquis Arhie"
Albus kemudian menarik dekat tangan Althea dan mencium punggung tangannya. "Suatu kehormatan dapat berkenalan dengan Anda, nona Archie"
THE END
![](https://img.wattpad.com/cover/311427769-288-k908264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The girl who live in the tower
FantasyAlthea Clarence, si gadis menara yang tinggal di sebuah pulau kecil di tengah tengah laut, jauh dari kerajaan Alcazar. Dia diasingkan, dikurung di menara tertinggi oleh keluarganya sejak ia kecil. Dalam ingatannya, orangtuanya adalah orang paling ke...