"Aku mau punya anak kembar lima. Cowok semua," ucap Leon dalam keheningan. Pria itu tampak tersenyum sembari membayangkan ada lima anak laki-laki yang mirip dengannya. Aish, Leon mau jadi bapak muda!
Lavina menatap Leon horor setelah mendengar ucapan enteng itu. Anak lima? Yang benar saja! Dikira melahirkan tidak sakit apa! Lavina langsung bergidik ngeri setelah membayangkan.
"Kamu yang hamil?" ketus Lavina. Ya kali hamil kembar lima. Sebesar apa itu perutnya nanti.
"Mana bisa, kamu yang hamil. Gak sabar pengen lihat kamu hamil," kekeh Leon sembari mengelus perut lemak syantik Lavina. Bahkan mencubitnya karena gemas.
"Pengen banget jadi bapak," sindir Lavina.
"Iya dong, biar nanti anak gede, kita masih muda," sahut Leon.
Leon menatap Lavina sambil tersenyum. Saat ini Leon sedang meletakkan kepalanya di pangkuan Lavina. Tangan istrinya dengan lembut mengelus rambutnya. Leon suka dengan sikap Lavina seperti ini.
Berawal dari musuh menjadi suami dan istri.
Mana tahu kalau takdir akan seperti ini.
Menikah muda bukan keinginanya, tapi hebatnya saat disuruh menikah dengan Lavina sebagai pengganti pengantin pria, ia mau-mau aja.
Kalau dipikir-pikir, kenapa Leon mau-mau aja ya? Sebenarnya bisa 'kan menolak dengan tegas. Apalagi mengingat dirinya tak suka dipaksa. Tapi, kenapa malah ia seperti suka rela mengiyakan.
"Vin?" panggil Leon pelan.
"Kenapa?" Lavina menunduk dan menatap Leon.
"Kamu bahagia gak sih, nikah sama aku?" tanya Leon.
Lavina terdiam sejenak. Apakah selama ini ia bahagia atau malah sengsara? Namun dipikir-pikir lagi, Leon bertanggung jawab sekali sebagai suami. Tidak pernah main tangan juga. Apalagi ia juga sudah jatuh cinta dengan Leon. Apalah bisa dikatakan ia tak bahagia?
"Kenapa tanya kayak gitu?"
"Tanya aja, pengen dengar jawaban kamu."
"Aku— bahagia," lirih Lavina tapi masih di dengar oleh Leon.
Leon tersenyum semringah. "Beneran?"
"Iya. Kalo kamu?" tanya balik Lavina. Lavina menunggu Jawaban dari Leon.
"Kalo gak bahagia, ngapain aku ndusel-ndusel kamu."
Senyum Lavina terbit, jadi mereka sama-sama bahagia, 'kan.
"Menurutmu, dalam rumah tangga, apakah cinta juga perlu?" tanya Lavina lagi tapi sedikit gugup. Lavina ingin mendengar jawaban Leon mengenai hal itu.
"Cinta?" beo Leon lalu terdiam.
Sekian lama terdiam, Leon pun berucap, "Bukankah paling utama kesetiaan dan kepercayaan?"
"Jadi cinta gak diperlukan?" Lavina menaikkan alisnya setelah mendengar jawaban Leon. Bukankah cinta juga ada didasari dalam rumah tangga?
"Menurutku, cinta bukan jaminan bertahannya dalam hubungan. Bagiku, setia dan kepercayaan paling utama. Cinta bisa hilang, bukan? Jika kita memilih setia dan percaya, bukankah makna itu sangat besar dari cinta itu sendiri?"
"Aku gak tau." Hanya itu jawaban dari Lavina.
Karena nyatanya, mereka belum mengerti makna cinta itu seperti apa. Hanya kenyamanan yang mereka rasakan, dan tak bisa langsung dikatakan sebuah kata CINTA.
****
"Mas, yakin gak bawa pakaian?"
"Iya, gak usah bawa. Pakaian kamu di sana ada, 'kan?" Lavina tentu saja mengangguk. Pindah di sini, tak semua Lavina bawa. Banyak pakaian yang ditinggalkan di rumah orang tuanya. Begitu juga dengan Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐄𝐧𝐞𝐦𝐲 ( 𝐄𝐍𝐃)
RomanceDitinggal oleh mempelai pria tepat di hari pernikahan memang sangat menyakitkan. Apalagi ketika pria itu kabur bersama perempuan lain. Namun tidak untuk Lavina Puspita. Ia malah bersorak gembira kala tak jadi menikah lewat perjodohan itu. Malahan, L...