Setelah tragedi tadi pagi, Aldi langsung di bawah ke rumah sakit milik teman dekat Arthur yang juga bekerja menjadi dokter di rumah sakit miliknya.
Sedangkan di luar ruangan tempat Aldi tengah periksa terdapat sembilan orang yang tengah menunggu dokter keluar dan memberi klarifikasi mengenai kondisi Aldi.
Tapi terdapat satu orang yang hanya acuh, tak ada rasa khawatir sama-sekali di wajahnya hanya ada tekukan antara kedua alisnya. Siapa lagi kalau bukan Serena. Sedangkan di sebelah Serena terdapat Theo yang sedang menahan tawa serta rasa khawatirnya mengenai kondisi sang kakak.
Melihat adiknya a.k.a Serena yang masih dalam suasana hati yang buruk membuat Theo berinisiatif untuk mengelus kepala sang adik. Dari yang ia tau di saat seorang gadis sedang dalam suasana hati buruk mereka akan senang bila kakak laki-lakinya memberi kasih sayang tanpa di minta.
Sadarkah kau Theo, bahwa Serena adalah spesies anak tunggal yang artinya kasih sayang seorang kakak adalah hal paling asing (◍•ᴗ•◍).
Niatnya ingin mengelus kepala sang adik sebelum tangannya di tepis deluan oleh sang empu dan di beri tatapan garang.
Melihat penolakan yang secara terang-terangan di berikan oleh adiknya, Theo pun mengurungkan niatnya untuk berbuat hal lain. Takut nanti tangannya malah di pelintir dan berakhir ikut di periksa oleh dokter.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat atensi delapan orang di sana teralihkan menuju sosok yang keluar dari dalam ruangan pemeriksaan.
" Bagaimana keadaan anak saya? " Tanya Arthur kepada dokter yang memeriksa kondisi Aldi. Tetap formal walaupun teman sendiri yah pak.
" Biar saya jelaskan di dalam, dan yang ikut hanya keluarga yang bersangkutan " ucap jeon selaku dokter yang menangani Aldi.
Sesuai ucapan jeon tadi, jadi yang masuk hanya Arthur, Nadia, Theo, dan Serena. Sebenarnya Serena tadi nggak mau ikut tapi malah di seret sama Theo biar ikut masuk. Untuk lima orang di luar mereka memilih buat pulang setelah pamit, lagi pula ini juga memang bukan urusan mereka secara pribadi.
Sekarang terdapat enam orang di dalam ruangan perawatan tersebut, satu tengah tertidur di atas brankar rumah sakit, dokternya berdiri tepat di sebelah kiri pasien dan sisanya di sebelah kanan pasien. Kini kondisi Aldi seperti orang tidur berpeci tebal.
" Jadi pasien mengalami retakan kecil tapi lebar pada tempurung kepalanya , tepat di wilayah atas telinganya. Kalau boleh tau ini kepalanya begini karena berbenturan dengan apa? " Jelas sang dokter dan sekalian bertanya kepada keempat orang di depannya.
" Sendal heheh.." jawab Theo sembari cekikikan. Theo ingin tertawa rasanya sekarang, bahkan kakinya saja sudah lemes sedari melihat kondisi Aldi yang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.
" Sendal?" Ucap jeon, Arthur, dan Nadia secara bersamaan.
" Iya sendal, jadi penyebab Aldi begini karena kepalanya di sambar sendal " jelas Theo tapi masih membuat ketiga orang tadi memiliki ekspresi penuh tanda tanya.
" Singkatnya, Aldi kan ngomongin Serena di belakang, baru Serena sepertinya dengar dan gini deh " Theo sudah tak kuasa menahan tawanya,apalagi saat di hadapin dengan ekspresi cengo dari tiga orang di dekatnya .
Mendengar penjelasan dari Theo dengan segera Nadia sadar dari lamunannya, ah putrinya ternyata. Tapi ia yakin kesalahan yang di buat oleh Aldi pasti sangat fatal kalau sudah sampai sini.
" Rena " pangil Nadia dengan nada lembut lalu menatap ke arah sang anak.
" Dia sih, ngeselin. Udah kayak Janet juga banyak omong sekali " jelas Serena Dengan nada ketusnya. Lagi-lagi tekukan di jidatnya bertambah.
Entahlah, Arthur bingung sekarang. Tapi di lihat dari situasi ini sepertinya bisa jadi pelajaran buat anak tertuanya untuk tidak sembarang ngomong tentang seseorang yang jelas baru di kenal.
" Intinya retakan di kepala pasien akan segera membaik dalam kurun waktu minimal tiga Minggu lebih bila pasien tidak banyak gerak atau tidak terjadi benturan kedua pada tempat retakan. Paham anak-anak " jelas sang dokter sembari tersenyum lebar dan tidak lupa ada efek bunga-bunga di sekitar kepalanya.
" Ya " jawab Aldi.
" Eh, ngagetin aja nih anak " kaget Theo saat mendengar sahutan dari Aldi yang sepertinya baru bangun.
" Ok, kalau begitu saya permisi dulu. Bay " jeon pun keluar meninggalkan ruangan tersebut setelah berpamitan dengan keluarga pasien.
Setelah kepergian dokter jeon, suasana di dalam ruangan rawat menjadi sedikit canggung.
" Jadi ini mau di apa in? " tanya Serena kepada tiga orang di dekatnya sembari menunjuk Aldi yang masih dalam keadaan lemah.
" Tinggalin aja kali yah " saran Arthur dan langsung di hadiahi pukulan dari Nadia.
" Sembarangan kamu mas " ucap Nadia dengan mata melotot ke arah Arthur.
" Gini aja, rena kamu jaga Aldi disini dan Theo kamu juga di sini untuk jaga-jaga biar Serena nggak dorong Aldi dari tempat tidurnya. Gini-gini Rena anak pendendam soalnya. Jadi ingat dulu pas mobil tetangga di lindas karena mobilnya sering nabrak pagar rumah " ucap Nadia sembari tertawa kecil, ah masa lalu yang menyenangkan.
Arthur, Aldi dan Theo yang mendengar cerita dari Nadia di buat bergidik ngeri, lalu mereka alihkan pandangan mereka ke Serena yang langsung di balas tatapan tajam dengan hawa tak mengenakkan.
Ya setidaknya sekarang mereka harus mencatat dengan baik-baik di dalam otak mereka, untuk tidak membuat Serena marah kepada mereka.
Dan Aldi juga harus bersyukur kalau kepalanya cuma retak, kalau sampai di buat lepas kan beda cerita lagi.
" Kalau gitu bunda pergi dulu ya, ingat harus akur ok " pesan Nadia sembari memberikan anjungan tangan membentuk 👌 kepada ketiga anaknya sebelum keluar dari ruangan tersebut dan di ikuti oleh Arthur.
Setelah kepergian Arthur dan Nadia. Serena langsung berjalan menuju sofa yang ada di situ untuk duduk. Rasanya seluruh energinya di hisab habis karena meluapkan emosi negatifnya. Dan tak terasa mata Serena kiat memberat dan berakhir tertidur dengan posisi badan terlentang di atas sofa.
Aldi dan Theo yang melihat Serena tidur langsung menarik nafas dalam-dalam. Rasanya nafas mereka tertahan tadi sangking takutnya.
" Dari sini lo harus paham di, kalau adek kita itu sekali di pancing emosinya langsung nyawa taruhannya. " Peringat Theo kepada sang kakak, setidaknya ia masih peduli akan kelangsungan hidup kakaknya ini.
" Iya-iya, bawel banget lo " jawab Aldi ketus tapi tak ayal ia mengiyakan perkataan Theo tadi . Mengingat rasa sakit yang ia alami dari benturan antara sendal Serena dan kepalanya membuat ia jadi merinding. Kalau boleh jujur kepalanya itu rasanya mau lepas dari tempatnya.
" Kepalamu belum bisa di gerakkan kan? * Tanya Theo.
" Menurut anda? " Tanya Aldi kembali dan di balas dengan senyuman oleh Theo.
" Gue saranin lo cepetan baikan sama Serena, biar cedera di kepala lo cepat sembuh " saran Theo kepada Aldi.
" Iya " ketusnya.
Tanpa mereka berdua sadari, percakapan mereka di dengar Serena.
" Dasar "
KAMU SEDANG MEMBACA
Pala bapak kau!
Teen FictionSerena atau Rena yang sering di panggil Andi ini adalah salah satu dari ribuan manusia yang beruntung di dunia ini tapi baginya apa yang ia alami adalah suatu keapesan/ketidak beruntungan. " Arghh, puas kalian semua, huhuhuhu gini amat dah takdir h...