Merasa jenuh sendiri di rumah, ingin ke rumah Callista, akan tetapi jelas di jam seperti ini dia mengantarkan anaknya pergi ke sekolah. Selintas Nicholas teringat alamat rumah Karmela yang di beritahukan pada dua hari lalu, saat dia datang keruamhnya. Beranjak Nicholas dari kursi depan rumah, menuju kamar- nya, membuka laci, mencari selembar kertas yang isinya tercatat sebuah alamat rumah Karmela berada. Menghapal isi dari catatan tersebut dengan pasti, tak lama kemudian Nicholas langsung bergegas mengganti pakaiannya dengan rapi. Dari atas hingga pakaian bawah yang begitu panjang berpadu seluruhnya berwarna putih polos, persiapan yang begitu di yakininya sudah penuh, kini saatnya dirinya menunggangi kendaraan sport roda dua yang terparkir di depan rumah.
Terhenti Nicholas mengendarai motor di depan gerbang berwarna hitam, sesuai dengan alamat rumah milik Karmela yang di hafal- nya tadi sebelum pergi. Akhirnya Nicholas dapat lega hati, saat apa yang di cari akhirnya dapat juga, saat Karmela menampakan dirinya menyambut dia dengan senyum yang ramah, mempersilahkan Nicholas untuk masuk ke dalam rumahnya. Tanpa rasa sungkan Nicholas dengan segera menerima tawaran yang di berikan oleh seorang wanita yang begitu cantik seperti Karmela.
Tak lama Nicholas duduk sendiri di sofa yang lembut, ruang tamu, seketika Karmela kembali membawakan secangkir kopi hangat. "Mari di minum kopi- nya ...." Karmela menyodorkan cangkir berisi kopi hangat di hadapan Nicholas, di atas meja terletak dengan sopan.
Melempar senyum Nicholas padanya yang telah menjamu- nya dengan penuh antusias membuatkan kopi hangat, sebagai tanda terimakasih Nicholas padanya. "tidak saya sangka bahwa anda adalah orang yang begitu baik, dan ramah terhadap tamu."
"Sudah tugas saya, sebagai tuan rumah untuk menjamu tamu- nya. Apalagi, sudah tradisi kita orang Indonesia menganggap tamu yang datang kerumah itu sebagai seorang raja yang harus di layani." Balas Karmela memberikan masukan pada Nicholas agar tak salah paham. "Ini baru pertama kali, lho, saya mendapatkan tamu yang datang di pagi buta seperti ini dengan pakaian yang sangat rapi. Memang ada apa anda datang jam tujuh pagi, kemari, Nicholas?"
Di buat bingung seketika Nicholas ingin memberi jawaban, perihal dirinya sendiri, pun, tanpa memiliki tujuan pergi kemari. Tidak ingin terlihat kaku Nicholas yang masih belum bisa menjawab, sesaat meneguk kopi sembari mencari akal agar Karmela tak berpikir aneh-aneh padanya yang datang tiba-tiba, seperti seorang client yang ingin menjumpai partner- nya untuk sesuatu hal mensejahterakan suatu usaha yang akan di jalankan bersama.
Sesudah melontarkan pertanyaan, tak enak hati rasanya Karmela pada Nicholas yang hanya terdiam saja dengan wajah datarnya, seakan-akan ada yang salah dari pertanyaan yang di ajukan. "Boleh- kah saya bertanya pada anda tentang suatu hal yang berkaitan tentang diri anda?" coba Karmela, mengalihkan topik agar suasana menjadi lebih baik.
"Tanya- lah, jika anda ingin bertanya ... dengan jujur saya akan menjawab."
"Anda itu sudah punya pacar atau belum, sih?"
Mengernyit dahi Nicholas, menyoroti bola mata Karmela. Menggeleng kepala Nicholas untuk memberi pernyataan yang sesungguh-nya.
"Sungguh, pria setampan anda belum punya pacar?" wajah heran Karmela terurai jelas, sedikit di buat terkejut melihat respons dari lawan bicaranya. Mengingat kalimat tadi yang terlepas begitu saja, membuat Karmela tersipu, sadar dengan siapa dia berbicara.
"M--aksud saya, apa anda tidak berniat untuk mencari pasangan hidup seperti orang pada umumnya?" lanjut Karmella agak gugup memberi pertanyaan sekali lagi agar dirinya tetap terlihat seperti biasa - biasa saja.
"Menurut saya, mencari pasangan hidup bukanlah hal yang main-main, jadi sudah saya tentukan sendiri kapan waktunya." Balas Nicholas dengan santai, nada yang begitu datar terlontarkan. Melirik mata Nicholas di ke setiap sudut ruangan. "Ini rumah milik anda sendiri atau punya orang tua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary hot love
RomanceSaat selesai bertugas, Kaemon mengajak istrinya tercinta-Callista, serta anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar - Khaifur. Sesampainya di kampung halaman, Nadir yang dulunya akrab sekali dengan keluarga Kaidyn, menyambut ramah kedatangan k...