*
*
*
Xiao Zhan terbangun dari tidurnya. Tangannya terangkat lalu menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Ia berdehem kecil saat merasa sakit di bagian tenggorokannya. Helaan nafas pelan terhembus dari mulutnya saat menyadari kalau dirinya mengalami demam.
"Ini pasti karena aku menangis terlalu lama," lirihnya pelan seraya beranjak dari baringannya. Sejenak ia menatap bayangan wajahnya yang sembab di kaca rias.
Tatapannya beralih pada cincin yang tersemat di jari manisnya. Jari mungilnya memutar-mutar benda berkilau itu dengan pikiran yang tertuju pada sang pemberi.
"Seharusnya aku tidak berharap lebih padanya..., Dia pasti hanya menganggap diriku saudara." Ucap Xiao Zhan dengan suara yang sedikit tercekat. Matanya mulai memanas menandakan air asin itu akan kembali mengalir.
"Ini terasa menyesakkan," lirihnya seraya menyentuh dadanya dengan kepala tertunduk. Ia kembali terisak dalam tundukannya.
Di luar pintu kamar Xiao Zhan, tampak Laisha berdiri diam. Tangannya yang tadinya akan mengetuk pintu terhenti begitu saja setelah mendengar suara lirih putra angkatnya.
Ia mengurungkan niatnya yang hendak membangunkan sang putra dan memilih meninggalkan Xiao Zhan sendirian. Ia yakin saat ini Xiao Zhan sedang membutuhkan waktu sendiri.
Laisha kembali ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Ia memanggang beberapa roti lalu menaruhnya di piring masing-masing.
Tak lama Yibo keluar dengan sebuah dasi di tangan pria tampan itu. Ia melangkah menuju ruang makan saat mendengar suara berisik dari arah sana.
"Zhan Zhan, pasangkan dasi untukku." Ucapnya karena mengira Xiao Zhan yang menyiapkan sarapan. Namun langkahnya terhenti saat mendapati Laisha menatap malas dirinya.
"Pasang sendiri, adikmu masih harus membersihkan diri." Ujar Laisha dengan nada ketus sambil duduk di kursi.
"Tidak, aku akan menunggu sampai Zhan Zhan selesai mandi." Ucapnya kemudian melangkah menuju kamar Xiao Zhan.
"Zhan Zhan, pasangkan...," Yibo membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ucapannya terhenti saat mendapati Xiao Zhan berdiri membelakanginya dengan tubuh setengah telanjang.
Xiao Zhan yang sedang berganti pakaian langsung menoleh dengan raut kaget. Kemeja putih di tangannya ia gunakan untuk menutup dadanya. "Se... Sedang apa kau di sini?!" Xiao Zhan berucap masih dengan raut terkejut.
Ia kembali membelakangi Yibo lalu mengenakan kemejanya dengan tergesa. Rasanya tidak nyaman ketika pria tampan itu melihat tubuhnya setelah 15 tahun lamanya. Ia mulai menolak mandi bersama Yibo sejak menyadari perasaannya pada pria tampan itu.
"A... Aah itu, aku ingin memintamu memasangkan dasi untukku." Ucap Yibo sambil sedikit mengangkat dasi di tangannya.
"Maafkan aku karena masuk tanpa mengetuk pintu dulu," ujarnya dengan nada yang terdengar canggung.
Xiao Zhan berbalik dengan gerakan kaku setelah selesai mengancing kemejanya. "Ah begitu," ucapnya pelan karena merasa gugup. Terlebih ketika teringat kejadian tadi malam membuatnya merasa canggung berada di dekat Yibo.
Namun sepertinya ia harus berusaha mengabaikannya mengingat mereka tinggal di tempat yang sama bahkan dengan kamar yang bersebelahan.
"Kalau kau tidak mau, aku akan meminta mama yang memasangnya." Suasana canggung yang berada di antara dirinya dan Xiao Zhan membuatnya sedikit tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just friends? Really? (End)
Random"Kau adalah bagian dari hidupku. Permintaan mu seperti perintah mutlak yang tak akan pernah bisa kutolak. Bahkan saat kau berkata ingin menjalin hubungan dengan orang lain, aku harus menurutinya." "Semua kulakukan karena aku ingin kau menjadikan ku...