Qianzy POV
Dua hari yang lalu.
Tepat saat Miko demam tinggi dan sempat dilarikan ke rumah sakit, disaat itu juga aku mengetahui seberapa berharganya gadis kecil itu di mata seorang Vendy Arlanda. Wajah yang selalu dominan arogan itu bahkan bisa menjadi sangat cemas dengan sebuah kepanikan besar. Bibirnya ikut kelu hanya untuk sekedar mengucapkan sepatah kalimat.
Saat itu, aku hanya melihat sosok yang jauh dari kata baik-baik saja. Lelaki yang selalu setia menemani tangan gadis kecil itu sampai menuju ke ruang UGD. Alas kakinya bahkan tak terpakai dengan baik, dan rambutnya acak-acakan akibat ulahnya sendiri. Lelaki itu rapuh, jika menyangkut orang yang disayanginya.
"Kau sebaiknya makan dulu."
Lagi, gelengan kepala dengan pandangan terlampau semu diberikannya. Lelaki itu tampak hanya memandang lantai rumah sakit dengan tangan yang mengepal. Sedari tadi pandangannya tetap menjaga bilik ruangan bertuliskan UGD itu dengan pandangan sedih.
Aku sama sedihnya, namun aku masih dapat membedakan ruang nyata dan kesedihan. Di dalam sana belum tentu Miko akan baik-baik saja. Sebaliknya aku juga tidak bisa berbuat banyak kecuali melafalkan doa kepada Tuhan agar adikku sembuh dan kembali cerita.
Cukup dengan penderitaan yang dialami gadis kecil itu sedari dulu. Berikan dia masa depan yang cerah dan hidup yang bahagia. Doa itu terus aku panjatkan.
Dengan sadar, aku meraih tangan lelaki itu dan menyematkan jari-jari ku diantara jarinya. Matanya beralih menatap ku seolah bertanya, 'kenapa?'
"Percaya pada dokter, mereka bakal nolongin Miko."
Wajah padam nan lemah itu semakin terlihat, "gue gak tau bakal apa kalau seandainya mereka gagal, Zy."
"Lo gak boleh pesimis! Didalam sana Miko juga ikut berjuang," ujarku.
Senyuman tipis terlihat mengembang di pipinya. Namun, lesung manis itu kini tak terlihat lagi lantaran sang empu yang tenggelam dalam kegelisahan.
Dari jarak beberapa meter, ibun datang seraya membawa satu tas ukuran besar yang diduga pakaian milik Miko. Wanita paruh baya itu juga sama paniknya, dan juga terlihat sangat kelelahan. Aku berdiri dan menghampirinya. Mengambil alih beban tersebut dan menyuruhnya duduk dengan tenang.
Pandangan ku beralih kembali pada ruang Miko. Banyak orang yang menyayangi gadis itu dengan tulus, jadi tolong bertahanlah.
. . .
"Cepetan bang! Kaki gue udah pegel nih."
Zoya mengibaskan tangannya beberapa kali ke udara, sementara menunggu Samuel berbegas memperbaiki motornya yang mogok akibat ban bocor. Dua anak manusia itu berniat menyusul Zy kerumah sakit untuk melihat keadaan Miko. Namun, motor Samuel berulah.
"Lo gak liat gue lagi benerinnya? Diam dulu gak usah ngoceh kalau gak bisa bantu," balas Samuel.
Zoya berdecak, gadis itu hanya berdiri dengan dua tangan disilangkan. Panasnya siang hari di kota Jakarta membuat gadis itu beberapa kali mengumpat lelah. "Tau kaya gini mending gue bareng mobil Jack sama yang lain aja tadi," keluhnya.
"Yaudah gue juga gak pernah tawarin lo tumpangan, lo sendiri yang minta nebeng bareng gue kan?" balas Sam lagi.
Damn!
Zoya diam, gadis itu mengelihkan pandangannya dari Samuel yang sekarang menatapnya sambil tersenyum mengejek.
Sementara disatu sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAISHKA
Teen Fiction"Cinta dan obsesi itu beda jauh, Zy" Tentang rasa yang sulit dimengerti, bagaimana cara semesta mempertemukan dan bagaimana cara takdir menyampaikan. NCT lokal