03 | he won't tell

716 110 38
                                    


cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. Cosmopolitan Korea


Ruang metal sempit tertutup itu hanya diisi oleh Mingyu seorang. Tubuhnya bersandar ke dinding berlapis cermin. Matanya fokus pada layar kecil di atas pintu yang menunjukkan angka lantai di mana ia berada, terus berganti ke angka lebih kecil.

Tidak seperti kandidat lain yang memilih untuk tinggal lebih lama di ruangan untuk berbincang dengan Tetua, ia sengaja meninggalkan ruangan rapat paling pertama. Lagipula ketentuan dan syarat sebagai kandidat dalam pemilihan Alpha Utama sudah didengarkan baik-baik. Tatapan sengit dari beberapa orang di sana bukanlah sesuatu yang bisa dia maklumi dalam waktu lama.

Pengumuman kandidat pemilihan Alpha Utama yang berakhir beberapa jam lalu masih meninggalkan kesan kuat pada semua yang hadir dalam pertemuan. Apalagi jika bukan karena lolosnya Mingyu sebagai salah satu kandidat.

Bukan rahasia jika Mingyu merupakan salah satu anggota dengan kontribusi terendah. Bahkan Mingyu secara terang-terangan menyatakan keengganannya dalam mengikuti setiap kegiatan klan.

Karena itu, pandangan menusuk dan menilai dari seluruh peserta Pertemuan ikut mengiringi hingga dia ke luar ruangan. Mereka semua sama sekali tidak berusaha mengontrol ekspresi mereka hingga Mingyu tak perlu bersusah payah menebak apa yang ada di pikiran mereka tentangnya.

Pintu elevator terbuka di lantai tujuh, memperlihatkan seorang pria setengah baya berdiri menunggu. Mingyu langsung membungkuk begitu mengenali pria tersebut, ikut masuk ke dalam elevator.

Kim Sangjoong, kerabat jauh dari keluarga ayahnya. Pertemuan pertama mereka terjadi beratus-ratus tahun lalu, saat Mingyu kecil tersesat di hotel dan Kim Sangjoong lah yang menemaninya kembali ke ruang pertemuan. Di dalam memorinya, pria berwajah ramah yang memberinya permen mint saat itu adalah orang paling baik dari sekian orang yang pernah ditemuinya. Dan kesan itu belum juga luntur oleh waktu.

"Astaga," ucap pria itu, bersamaan dengan pintu elevator tertutup. "Bukankah ini si kandidat termuda?"

Mingyu hanya tersenyum mendengar gurauannya. Kim Sangjoong selalu berbicara dengan suara keras dan lepas, tapi berkesan jenaka. Dibanding seluruh keluarganya, Kim Sangjoong seperti adonan yang dicetak salah, sangat berbeda dengan saudara-saudaranya. Jarang serius dan terlalu sering bercanda. Namun justru itu yang membuat Kim Sangjoong layaknya udara baru dalam pengap dan kakunya klan Kim.

Sama seperti Mingyu, Kim Sangjoong juga tidak memegang peranan penting maupun berkontribusi banyak dalam kegiatan klan. Pria itu jarang terlihat dalam pertemuan. Jika datang, dia memilih untuk duduk di kursi tepi. Bahkan di pertemuan barusan pun, Kim Sangjoong tidak ikut duduk di kursi utama. Kim Sangjoong merupakan salah satu dari sedikit lycan yang dianggap sebagai pembangkang, sama seperti dirinya.

Karena itu, meskipun dia masih termasuk lycan aristokrat dan memiliki kerabat dengan jabatan tinggi dalam klan, Kim Sangjoong tak pernah lolos dalam pemilihan Alpha Utama. Atau dialah yang memilih untuk tidak berpartisipasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uneven OddsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang