[1] H

30 3 0
                                    

1. A Dare

Kinara berdiri di sebelah motor Edgar sembari memeluk goodie bag-nya. Edgar duduk di atas motor, menunggu gadis itu naik di jok belakang motornya, kemudian menghela nafas.

"Ayo, naik!"

Kinara mengerucutkan bibirnya, sembari menggeleng. "Kenapa nggak di sekolah aja ngerjainnya?"

"Emang kenapa, sih?" tanya Edgar balik.

"Ya, sekarang aku tanya, kenapa harus di rumah kamu?"

"Sekarang gue juga tanya, kenapa nggak mau di rumah gue?"

Kinara menghela nafas jengah, "Please, Edgar. Nggak usah mempersulit. Tinggal kerjain di sekolah kan langsung beres. Kalo di rumah kamu tuh ngulur-ngulur waktu juga."

"Gue maunya di rumah." Edgar masih pada pendiriannya. Masalahnya, kalau teman-temannya tahu seorang Edgar tiba-tiba rajin, apalagi belajarnya bareng Kinara, si anak baik-baik. Pasti dia bakal diledekin di tongkrongan. Hancur reputasinya. Makanya, Edgar memilih untuk ngerjain di rumahnya.

"Yaudah, aku nggak mau ngajarin kamu."

"Yaudah, gue bilang Pak Hendra kalo lo nggak jalanin perintah." Kinara terdiam. Ia memejamkan matanya, berusaha menahan emosi. Edgar pun tersenyum miring, merasa menang.

"Jadi, mau naik apa enggak, Nyonya Kinara?"

Kinara menatap Edgar dengan tatapan ragu. Edgar tuh nggak meyakinkan. Nggak ada jaminan dirinya bakal aman kalau naik motor bareng Edgar. Kinara pun buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku rok-nya.

"Aku naik ojol aja, deh. Kamu sharelock aja." ucapnya.

Edgar mendengus, "Nggak yakin sama gue?"

Kinara menatap Edgar, "Kenapa harus yakin?" tanyanya balik membuat Edgar tertawa pelan. "Kamu tuh nggak ada tampang meyakinkan sama sekali."

Edgar memutar bola matanya jengah, "Gue juga sayang nyawa. Kalo lo celaka, otomatis gue juga celaka, ya gue nggak mau lah."

"Katanya sayang nyawa, kok masih suka balapan liar." gumam Kinara.

"Hah?"

Kinara cepat-cepat menggeleng. "Trus jadinya gimana, nih?"

"Lah, lo maunya gimana?"



"Yaudah,"

"Tapi, jangan ngebut. Kalo ngebut, aku teriakin biar orang-orang nuduh kamu penculik." lanjutnya.

Edgar tertawa, "Penculik kok pake seragam SMA."

"Ada tau, aku pernah nonton. Dia nyamar gitu," balas Kinara. "Nih, jadi tuh awalnya si cowok—"

Edgar menempelkan jari telunjuk di bibir Kinara. Lagian Kinara malah story telling, waktunya nggak tepat.

"Katanya jangan ngulur-ngulur waktu. Kalo lo cerita, pasti jadi lama." ucap Edgar. Kinara memajukan bibirnya kesal.

"Naik, cepetan!"

Hening.

Edgar menoleh, memandang Kinara yang masih berdiri tegak di samping motornya.

"Apa lagi, sih?" Edgar berdecak sebal. "Masih nggak percaya?"

"Bukan," Kinara menggeleng. "Helm buat aku nggak ada ya?"

"Kan naik motor harus pake helm. Masa kamu doang yang pake." lanjutnya.

***

"Bukan gitu, Edgar!"

CHEMISTRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang