[8] O

19 4 0
                                    

8. Masterchef Abal-Abal


Karena pekan depan sudah mulai UTS, Kinara dan kelompoknya harus segera menyelesaikan tugas membuat drama. Sulit sekali menentukan waktu untuk latihan, alhasil mereka latihan sendiri-sendiri di rumah. Semoga persiapan sudah benar-benar matang dan sesuai harapan. Karena keterbatasan waktu, hari ini mereka berkumpul di taman kota untuk langsung merekam adegannya.


"Pokoknya harus serius, kita nggak ada waktu lagi. Kalo bisa sekali take jadi." ucap Kinara.

"Yang nggak serius dicium Kevin." timpal Tasya membuat Edgar dan Rasya bergidik geli. Sedangkan, Kevin malah memajukan bibirnya seperti ingin mencium.

"Idih, bukan temen gue sumpah." ucap Rasya sembari memejamkan matanya, merasa malu dengan kelakuan Kevin.

Kinara membaca naskah yang ia pegang, "Oke, pertama scene Rasya ngobrol bareng Kevin."

"Take di depan kolam ikan situ aja, bagus kayaknya," Kinara memberi saran sembari berlari kecil menghampiri kolam ikan. "Nanti Kevin sama Rasya jalan dari sana, trus berhenti di depan kolam ikan ini."

Sembari memegang tripod, Edgar mengikuti arah teman-temannya pergi, khususnya Kinara. Karena kalau dirinya tak ada di dekat Kinara, gadis itu akan marah-marah.

"Habis dialog yang kedua, Tasya masuk bareng aku." lanjut Kinara sambil membolak-balik kertas naskah.

"Cepetan, panas." gumam Edgar sembari menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

Kinara melirik tajam ke arahnya, "Emang kamu doang?"

"Yaudah, cepetan makanya."




Kevin dan Rasya sudah pada posisinya masing-masing. Begitupun Kinara dan Tasya yang bersiap-siap muncul ketika dua pria itu berhenti di kolam ikan. Edgar dengan fokus merekam adegan teman-temannya, berusaha semaksimal mungkin, biar Kinara nggak ngomel.

Adegan pertama sukses. Kinara, Tasya, Kevin, dan Rasya menghela nafas lega. Mereka langsung mendekat ke arah Edgar untuk melihat hasilnya. Edgar pun memberikan kameranya kepada mereka.




"Mana?"




Loh?




Raut wajah Edgar berubah panik. Ia segera mengambil alih kameranya, memeriksa hasil rekaman dan memastikan semuanya ada. Tapi, hasilnya nihil. Hasil rekaman terakhir adalah video kaki tidak jelas yang mungkin tidak sengaja kepencet.

Edgar menggaruk tengkuknya, perlahan melirik teman-temannya dengan cengiran canggung. Semuanya menatap Edgar untuk meminta penjelasan.





"Sorry, nggak kerekam."





Melihat ekspresi teman-temannya yang seakan ingin menghabisinya saat itu juga, Edgar segera menyatukan kedua telapak tangannya.

"Sorry, gue lupa pencet tombolnya. Sekali lagi diulang, kali ini yakin pasti kerekam." ucap Edgar berusaha meyakinkan.

Teman-temannya menghela nafas kasar. Rasanya pasti kesel, mau marah tapi malah buang tenaga. Adegannya udah serius dan bagus banget padahal.

CHEMISTRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang