Untuk segala angan yang termakan asa,
Untuk segala pahit yang semakin di rasa,
Untuk segala harap yang tak pernah menjadi tapi,
Dan untuk segala kenang yang semakin terkenang,Saya harap semua nya sedang baik-baik saja.
Perihal hati yang bergejolak termakan ego,
Semuanya semakin sulit untuk kamu temukan,
Dimana ia berada sekarang,
Dimana ia menjadi tempat berteduh saat hujan membasahi setiap paru-paru yang masuk ke inti jiwa.Saya harap kamu bukan untuk dicari,
Tapi sebagai tempat untuk selalu menetap,
Karena kelak jika waktu sudah terhenti,
Banyak hati yang saling membungkam,Tak ada yang dapat berbicara,
Mereka enggan tuk bertanya satu sama lain,
Jadi kali ini saya harap di setiap detak jantung yang masih terus terdengar,
Dan hati yang selalu berada pada inti di setiap jiwa,
Mohon agar selalu diingat bukan untuk saling melupa.Karena kita sama-sama memiliki bagian inti,
Yang perihal rasa mungkin tak bisa di rasa secara bersamaan.
Anggap saja pintu kemarin hanya sebuah jebakan,
Agar hadirmu bisa masuk secara terpaksa,Dan di ruang kosong itu anggap saja telah terisi oleh benturan.
Karena sejatinya aku hanya ingin baik-baik saja,
Bukan hanya terlihat bahagia.Karena aku bukan sementara yang kamu sewa,
Sebab aku tak punya tenggat waktu untuk rumah bagi kamu,
Semuanya akan undur diri jika rumah itu sudah terisi.Karena manusia itu dinamis,
Sedangkan rumah itu harus statis,
Kedua nya harus saling menyeimbangkan,Perasaan bahkan hati bisa saja berubah sepersekian detik,
Tak ada yang dapat menduga-duga,
Yang ada manusia hanya selalu salah sangka.
Terkadang pemikiran manusia suka salah tangkap.Mungkin,
Saya yang terbuang,
Seakan menjadi hina yang kau tinggalkan,
Hancur saya seorang,
Kau rakit bahagia dengan orang,
Baiklah
Berdarah-darah saya seret,
Hati ini pergi,
Tidak mengapa,
Saya hanya sedang sekarat,
Buka mati ditempat,
pergilah,
setiap langkah mu,
saya doakan agar kau ingat selalu kejamnya dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Luka beserta, Hamparan asa
Short Storyberharap agar batin-ku, dan batin-mu saling mendengar.