Perjumpaan kemarin telah selesai.
Sekarang aku tahu,
Bahwa kita sama sama saling menjadi perasa,
Menjadi obat yang semestinya bukan pada tempatnya.Sangat sangat keliru.
Ternyata kemarin tindakan kita itu salah.
Langkah kita memang sama sama mau mengarah ke depan,
Tapi nyata nya itu hanya sebuah angan yang sebetulnya tidak harus dibenarkan.Harusnya kemarin bukan menunggu yang aku cari.
Kita masih sama sama berdiri ditempat yang sama.
Masih memandang raut wajah yang penuh dengan tangis.Sayup sayup,
Serta degup kita ternyata tidak lagi searah.
Aku meminta mu tuk kembali,
Tapi kamu menginginkan ku tuk pulang.Mana sebetulnya yang mesti diluruskan?
Siapa sebetulnya yang salah?
Aku?
Atau kamu?Menjadi bayang bayang mu,
Yang selalu mengikuti arahmu.
Kamu selalu terus bertanya,
Kemana hatimu yang katanya telah rapuh itu?
Coba perlihatkan padaku.Apakah aku harus mematahkan sebagaian hati beserta nadi ku, Agar kamu bisa mengetahui nya?
Kamu bilang hati tidak punya tulang agar bisa dikatakan patah.
Sayangnya hati hanyalah sebagai jaringan penawar,
Dan racun yang selalu bingung untuk mencari obat penyembuh.Mungkin semuanya terasa tidak pernah sampai padamu Tuan, Sedekat apapun kau kembali mencoba untuk menyambungkan lagi,
Bahwa hati ini jika salah letak maka bisa saja menjadi retak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Luka beserta, Hamparan asa
Short Storyberharap agar batin-ku, dan batin-mu saling mendengar.