#3

70 12 1
                                    

Seyoung menyesap kopi dari gelas kertas di tangannya. Kepalanya berdenyut nyeri akibat ia yang hanya bisa memejamkan mata beberapa jam saja selama dua tiga hari ini. Belum lagi perkataan pria yang memperkenalkan diri dengan nama Lee Junho itu mengaku bukan anak dari ayahnya masih terus mengganggu pikirannya. Ia sungguh merasa tertipu sekaligus bodoh. Dan kini pria itu tiba-tiba tidak menampakkan batang hidungnya sejak malam itu.

"Namaku Lee Junho dan aku sama sekali bukan anak dari pasien kamar 202 Tuan Lee Shinwoong."

"Haiss!!" Seyoung meremas gelas kertas yang telah kosong dan melemparkannya masuk ke dalam tempat pembuangan sampah sambil lalu.

Hoam... Seyoung mengerjapkan kedua mata saat tak bisa lagi menahan mulutnya untuk terbuka lebar. Aku butuh tidur. Hoam... kembali ia menguap lebar.

"Dokter Lee." Seorang perawat berlari ke arahnya dengan wajah khawatir.

"Hm... ada apa? Aku mau ke ruang istirahat, mau tidur setengah jam." Sambar Seyoung saat perawat itu berhenti di depannya sambail mengatur nafas.

"Pasien kamar 202 terjatuh di kamar mandi dan saat ini sedang menjalani penanganan. Dokter diminta untuk segera_" Belum sempat perawat tadi menyelesaikan perkataannya, Seyoung sudah melesat pergi meninggalkan perawat tadi yang mau tak mau kembali berlari mengajarnya.

"Dokter Lee."

"Uh- bagaimana, huh- kondisinya, huh...?" Tanya Seyoung sambil mengatur nafas tersengal-sengal yang langsung digiring oleh Direktur Deok Hwa menjauhi kamar dimana saat ini Tuan Shinwoong dirawat.

?" Tanya Seyoung sambil mengatur nafas tersengal-sengal yang langsung digiring oleh Direktur Deok Hwa menjauhi kamar dimana saat ini Tuan Shinwoong dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Luka memarnya telah ditangani. Untungnya tidak ada keretakan ataupun patah tulang." Jelas singkat Direktur Deok Hwa yang terkadang masih menangani beberapa pasien saat diperlukan.

Seyoung mengusap wajahnya kasar. Seketika rasa kantuknya lenyap entah kemana meski denyut nyeri pada kepalanya tak juga berhenti, tapi ia masih bisa menahannya.

"Kau pasti sudah memperkirakannya?" Lanjut Direktur Deok Hwa, "Ini hanya masalah waktu saja sampai ia dalam kondisi saat ini atau bahkan lebih."

"Haah..." Seyoung membuang nafas. Kini ia sudah bisa menguasai diri dan kembali fokus. "Aku tahu. Gejalanya sudah berkembang hingga tahap kesulitan berjalan dan melakukan aktivitas yang memerlukan kerja otak dan otot hanya dalam 2 minggu. Setelah ia sadar, aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisi jantung dan organ fital lainnya." Ia menggigit bibir bawahnya tampak berpikir keras.

Direktur Deok Hwa mengangguk dan tersenyum lembut, "Aku tahu kau bisa diandalkan, Seyoung-ah. Aku tak pernah salah menilai seseorang. Dan aku bangga pada mu." Ia lantas menepuk lengan Seyoung meninggalkan gadis itu yang hanya menunduk tak merespon apa pun.

. . .

Haengbokhae. - 01.01.2021

Junho membaca tulisan tangan dibelakang foto seukuran postcard dan membaliknya untuk menemukan seraut wajah bahagia seperti tertulis disana. Seorang wanita cantik paruh baya tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang putih, sampai-sampai kedua mata bulat yang tidak diwariskan kepadanya itu hampir menghilang saking lebarnya.

PHOTOGRAPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang