# 4

93 11 1
                                    

"Te.. ri..ma ka..sih."

Seyoung menjulurkan tangan merapikan rambut tuan Shinwoong yang mulai memutih dan menipis setelah mengaitkan kancing teratas piyama pria itu.

Ia menarik nafas dalam dan terduduk diam. Kali ini ia menatap langsung tepat pada kedua manik mata pria dihadapannya.

"Tidak perlu berterima kasih. Ini sudah menjadi tugas saya sebagai dokter yang menangani Anda."

Salah satu ujung bibir pria itu berkedut. Sekilas tampak membentuk sebuah senyuman. Meski tak terlihat jelas akibat otot-otot wajah yang melemah hingga tak bisa lagi menunjukkan ekspresi yang diinginkan dengan jelas, tapi Seyoung bisa merasakan usaha yang dibuatnya.

"Ka..u tumbuh deng..an baik." Pria itu menelan ludah. Bicaranya sudah tak lagi selancar saat ia pertama kali tiba di sanatorium bahkan sampai seminggu yang lalu sebelum ia terjatuh di kamar mandi. Ia terus menunda untuk mengatakan apa yang ada di kepala dan hatinya dan ia menyesalinya kini. Tapi bukankah hidupnya memang penuh dengan penyesalan. "Teri..ma kas..sih."

Seyoung menelan ludah. Tiba-tiba ia merasa kerongkongannya sangat kering. Sama halnya denga kedua matanya hingga terasa perih.

"Lee..See..Young, put..tri ku-" Air mata mengalir membasahi kedua pipi pria itu, "ji..ka aku ma..sih bo..leh me..manggil..mu be..gi..tu." Kali ini ujung jemarinya bergerak ingin menjangkau wajah Seyoung tapi tak ada perubahan gerak. Tubuhnya pria itu sudah tak bisa lagi bergerak, bahkan untuk menggerakkan tangan dan kakinya. Ia sudah seperti mayat hidup saja.

"Teri..ma ka..sih. Dan ju..ga ma..af."

Seyoung memutar kedua bola matanya. Sampai saat ini tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Apa yang kau lakukan disini, Tuan!"

Sebuah teriakan dari arah pintu membuat Seyoung mengerjapkan matanya berulangkali sebelum menoleh ke sumber suara berasal. Tatapan matanya berpaku pada sosok Junho yang berdiri di ambang pintu dan seorang perawat berjalan masuk setelah menatap tajam kearah pria yang sepertinya menghalanginya untuk masuk.

"Dokter Lee... mengapa masih disini? Kau harus bersiap-siap, acara sebentar lagi akan mulai." Perawat yang menyerbu masuk berdiri disamping Seyoung yang kini telah berdiri dengan kikuk. "Kau melakukan ini semua?"

"Ehm..." Seyoung mengangguk-angguk dan kembali menoleh kearah pintu untuk mendapati sosok Junho telah menghilang.

"Bukankah ini adalah tugas para perawat yang bertugas. Apa ini? Kau bahkan mengganti kateter yang baru dan mengganti piyama pasien ini?" Perawat tadi menatap Seyoung dengan perasaan tak enak.

"Memangnya kenapa? Memang dokter hanya boleh memeriksa dan memberi obat saja?" Seyoung memasang wajah cemberut yang dibuat-buat. "Haaah... aku akan bersiap untuk acara. Bisa kau tolong cek luka pada punggung dan bokong tuan Shinwoong, karena terlalu lama berbaring ruamnya telah berubah menjadi luka."

"Baik, Dok."

"Ah... dan jangan lupa bawa tuan Shinwoong keluar kamar untuk mendapatkan sinar matahari." Seyoung menatap pria itu dan mengangguk kecil, "Kalau begitu saya permisi." Ia berjalan keluar kamar tanpa menunggu sepatah kata yang tampaknya akan keluar dari mulut pria itu jika ia berniat menunggu lebih lama.

. . .

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PHOTOGRAPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang