"Tidak mungkin.... SAKURA!" tak bisa menahan diri, dia langsung memukul kaca di hadapnya sambil memanggil nama Sakura yang berbaring di balik kaca dengan banyak alat medis. Suara Naruto begitu keras sampai bergema di lorong.
Ibu Sakura (mebuki) terbelalak kaget saat melihat Naruto di depannya begitu panik. Naruto anak yang tak pernah menampilkan ekspresi berlebihan kini menjerit begitu kerasnya. Mebuki merasa beruntung anak nya begitu di cintai oleh pria sebaik Naruto.
Dokter yang tadi berdiri di samping mebuki panik dengan kejadian itu langsung memanggil beberapa security untuk menenangkan naruto. Kedua tangan nya sekarang sudah di pegang masing-masing oleh dua security yang tadi di panggil. Kalau saja ibu Sakura tak melarang kedua security ini pasti sudah mengusir Naruto dari dalam rumah sakit.
Menit sudah berganti Naruto sekarang sudah mulai tenang. Dan kedua security itu pun sudah melepaskan nya. Sadar akan tingkahnya yang tadi begitu kekanakan Naruto mengumpati dirinya sendiri. Matanya menatap sendu ibu kekasih nya, kakinya melangkah mendekati mebuki yang duduk tak jauh dari kaca dengan sosok Sakura tak bergerak sama sekali di dalam nya.
Duduk di sebelah mebuki. Lalu memeluknya untuk saling menguatkan. Disini mereka berdua yang sangat membutuhkan kekuatan. orang yang sangat berarti bagi mereka, orang yang begitu ceria, sekarang hanya bisa berbaring.
.
.
- Rumah sakit, Pukul 17.40.
Setelah mendengar keadaan Sakura dari dokter, Naruto sekarang sangat frustasi. Rambutnya acak-acakan karena dia remas berkali-kali.
"Cidera di kepala nya lumayan serius, dia juga kekurangan lumayan banyak darah. Disini kita hanya bisa menunggu keajaiban."
Bahkan dokter saja sudah angkat tangan.
"Nak sebaiknya kamu pulang saja dulu. Biar ibu yang menunggu Sakura disini." mebuki mengelus sayang punggung tegap milik Naruto.
"Tidak apa ibu. Biar aku yang disini. Ibu pulang saja dan istirahat. Besok aku baru akan pulang." jawab nya, dalam keadaan seperti ini naruto tak punya ke inginan untuk berada jauh dari kekasih nya.
"Tapi... Naru-"
"Sungguh tak apa! Aku sudah ijin pada ayah. Dan aku sudah mendapat ijin untuk tak pulang hari ini." potong Naruto.
"Tapi makan lah dulu."
"Aku akan makan setelah ini." jawabannya dengan senyum khasnya. Orang mana yang akan makan dalam keadaan seperti ini.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya mebuki menurut dan pulang.
.
.
.
- Rumah sakit, Pukul 21.00 malam.
"Kak aku hanya demam biasa! Tak perlu ke sini untuk mendapatkan obat. Kita bisa langsung ke apotek saja kan?!" Sasuke berusaha mengimbangi langkah nya dengan sang kakak. Sudah berkali-kali dia berteriak tapi kakanya sama sekali tak menoleh.
"Kak?! Dengarkan dulu!" Sasuke getir. Dia berteriak di aula rumah sakit. Sampai jadi pusat perhatian para pasien yang sedang mengantri. Dan akhirnya sang kakak menoleh.
"Kenapa kakak begitu keras kepala?"
"Sasuke aku hanya-"
"Aku mengerti! Aku tau kau khawatir, Tapi tidak begini. Setidaknya dengar kan aku!"
"Setelah di periksa kita akan langsung pulang kok, Jadi berhentilah berteriak. semua orang memperhatikan. Oke?" Sasuke tak bisa menolak lagi. Akhirnya menurut dan menuju ke ruang pemeriksaan.