Tiga hari lagi.
Ya, tiga hari lagi Vegas benar-benar melaksanakan apa yang sudah diucapkannya tempo hari. Mempercepat acara pernikahannya dengan Pete yang jika mengikuti jadwal awal maka seharusnya dilaksanakan empat bulan lagi. Pete sendiri tidak peduli kapanpun dirinya akan sah menjadi pendamping pewaris keluarga kedua saat ini. Toh, bukan dia yang akan menghabiskan uang bukan? Hahaha.
Di sisi lain ada Porsche dan Kinn yang tengah duduk santai di sebuah sofa yang tersedia di aula rumah sambil mengobrol dengan Pete. Sesekali terdengar tawa diantara ketiganya setiap kali melihat perubahan ekspresi Vegas yang tidak menentu. Terkadang kesal karena ada bagian dekorasi yang kurang enak dipandang, tetapi bisa juga berubah menunjukkan rasa bangganya pada penata ruang yang berhasil mempercantik aula tanpa harus diberi arahan lagi.
Ditengah obrolan tersebut, Pete mendapatkan telepon masuk dari kedua orang tuanya yang saat ini sedang menetap di negara lain. Ia pamit pergi untuk menjawab dan meminta agar Porsche ataupun Kinn memberitahukannya nanti jika ditanya oleh Vegas. Yang dimintai tolong pun mengangguk paham sambil tersenyum.
Di luar aula, Pete memulai obrolan dengan kedua orang tuanya. Ia nampak begitu bahagia saat bisa mendengar suara ocehan sang ibu dan sapaan dari sang ayah tercinta. Tak lama kemudian air mata menetes dari kedua mata Pete yang merasa sedih atas berita buruk yang disampaikan padanya. Ibu mengatakan kalau mereka tidak bisa datang ke acara pernikahan Pete dan Vegas karena nenek sedang tidak bisa ditinggal karena sakit.
"Kalau begitu, bisakah kami datang ke sana dan mengadakan acara untuk calon cucu kalian?" tanya Pete hati-hati.
[Astaga, Pete! Apa kamu sudah gila? Perutmu sudah berisi?]
Suara pekikan ibunya dari seberang sana membuat pengang telinga Pete. Bahkan, bodyguard yang berjaga pun sampai menoleh karena bisa mendengar suaranya yang memang seperti menggunakan speaker super besar.
"Ibu, pelankan suaramu. Astaga," ujar Pete dengan nada bicara yang kentara cukup lesu.
[Sudah pasti kamu harus datang ke tempat kami, Pete. Ya Tuhan, anak ini benar-benar kurang ajar.]
Pete hanya bisa menunduk sambil memainkan ujung baju kemeja yang dipakainya dan saat hendak menjawab lagi, sambungan telepon tiba-tiba saja sudah diputus sepihak. Helaan napas berat dan panjang terdengar yang menunjukkan betapa lelahnya Pete berpikir tentang bagaimana caranya nanti bicara saat bertemu kedua orangtuanya untuk membahas soal bayi dalam perutnya tersebut.
Tidak mau semakin stress karena memikirkan satu hal, tidak mau membahayakan calon anaknya dan Vegas juga, Pete pun memilih untuk kembali masuk ke dalam aula dan langsung memeluk Vegas yang ternyata juga sedang mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon.
Meskipun agak terkejut, Vegas tetap melanjutkan dan menuntaskan obrolannya terlebih dahulu karena terlalu penting untuk dipotong. Selesai dengan urusannya, Vegas langsung mengembalikan ponselnya ke dalam saku celana dan membalas pelukan Pete. Ia tersenyum lantas mencium kening Pete yang nampak sedikit basah oleh keringat.
"Ada apa, sayang?" tanya Vegas.
"Orang tuaku," Pete menghela napas jenuh, "mereka tidak bisa datang karena Nenek sedang sakit."
"Tidak apa-apa, biar kita saja yang datang ke sana sekaligus men--"
"Aku sudah bilang begitu tadi, tapi malah dimarahi karena aku juga meminta dibuatkan acara untuk perayaan hadirnya cucu pertama mereka di dalam perutku ini." Pete memotong dengan cepat agar Vegas memahami suasana hatinya saat ini.
"Sudah, jangan dipikirkan. Biar nanti aku yang bicara pada mereka." Vegas mencium kening dan kedua pipi Pete untuk memberikan rasa tenang.
Keduanya kembali berpelukan sebelum melepaskan satu sama lain karena suara Kinn yang menginterupsi hingga mengalihkan atensi. Pete tersenyum dan Vegas hanya memasang ekspresi wajah dingin seperti biasanya setiap kali berhadapan dengan Kinn. Mereka tidak bertengkar, tetapi memang selalu begitu sejak masih kecil.
Porsche yang sudah mendengar semuanya pun hanya bisa menasehati Pete agar bisa mengerti perasaan kedua orang tua yang memang selalu ingin anak-anaknya bahagia meskipun terkadang ada juga orang tua yang egois untuk itu. Nasehat itu singkat, tetapi bisa dicerna dengan baik oleh Pete yang memang cerdas sejak lahir.
"Aku tahu seperti apa orang tuamu itu, Pete. Mereka hanya terkejut saja," ujar Porsche dengan nada bicara yang begitu lembut.
"Ayah dan Ibumu perlahan namun pasti akan mengerti dan menerima keputusanmu menyerahkan diri pada Vegas sebelum menikah." Kinn menambahkan.
"Sialan!" Vegas dan Pete sama-sama melirik Kinn yang ternyata sedang berusaha menahan tawa.
Sebab merasa ikut kesal, Porsche pun mencubit lengan atas Kinn untuk isyarat bahwa dirinya mengatakan kalau ucapan sang suami sudah keterlaluan. Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Porsche saat ini membuat Kinn terdiam sejenak dan kembali menahan tawa yang hampir meledak.
Selalu saja ada pertengkaran yang terjadi saat bertemu satu sama lain. Vegas dan Kinn yang terbiasa serta tidak pernah bosan punya hubungan Tom and Jerry seperti itu sejak kecil, tetapi justru Porsche dan Pete yang lelah. Lagi-lagi keduanya hanya bisa berharap dan terus berharap kalau ada saatnya kekuarga utama dan kedua bisa berjalan berdampingan tanpa harus dihiasi oleh bumbu perselisihan.
Paling-paling cara terakhir dan terbaik yang bisa Pete atau Porsche lakukan adalah memisahkan pasangan mereka ke ruangan yang berbeda. Ujungnya mereka juga yang lelah mengomel sampai tenggorokan kering. Memang bagus kalau bersikap tegas, tetapi nyatanya baik Vegas maupun Kinn hanya menyesal sebentar dan mengulanginya di kemudian hari.
Selesai mengomel, Pete pasti memilih untuk pergi tidur dan mengabaikan Vegas yang masih saja merayunya dengan permintaan maaf. Meskipun sudah ratusan bahkan ribuan kali Pete berkata bahwa ia tidak butuh maaf, tetapi hanya ingin Vegas berubah lebih dewasa serta tidak lagi gegabah.
"Pete, maafkan aku," lirih Vegas untuk yang kesekian kalinya.
"Meminta maaf tanpa perubahan sikap itu sama saja dengan manipulatif."
Mendengar jawaban tersebut, Vegas pun terdiam dan menyembunyikan wajah di tengkuk Pete yang tidur membelakanginya. Lidahnya terasa kelu untuk kembali mengucapkan kata maaf.
"Meski tidak untuk orang lain, setidaknya lakukanlah untukku. Berhenti bertengkar dengan Kinn hanya karena masalah sepele dan atur emosimu setiap kali menghadapi Macau dan P'Tankhun, itu saja cukup."
"Pete ...." Vegas berujar lirih, agak gemetar.
"Selamat malam." Pete memejamkan matanya dan enggan berbalik badan menghadap Vegas.
Sejujurnya, saat ini Pete tengah kalut karena masalah kehamilan, ibu yang marah, nenek yang sedang sakit, dan ditambah lagi dengan sikap Vegas yang sang sulit atau bahkan kemungkinan terburuknya adalah tidak akan pernah bisa berubah sampai nyawa lepas dari raganya.
Hah ... dasar Vegas!
°×°°°°°×°
22/05/15
Las Vegas banyak Pete
KAMU SEDANG MEMBACA
Vegas X Pete Fanfiction [✓]
FanfictionPete memilih untuk tetap mencintai Vegas dengan tidak mau peduli pada risiko dan kemungkinan terburuk apapun yang akan terjadi ke depannya. Yang ia ketahui hanyalah tentang bagaimana seharusnya menempatkan diri agar pantas bersanding dengan sang kek...