*ཻུ۪۪ ꦿꦶ18. Gone .⃗✩

19 1 0
                                    

Syena masih terduduk di balkon kampus sambil memegangi kertas yang dibawanya sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syena masih terduduk di balkon kampus sambil memegangi kertas yang dibawanya sedari tadi. Ia hanya menatapnya berkali-kali membolak-balikkan kertas itu.

"Huh. Gue gak akan nyangka Alvian ngambil itu. Apa gue ikutan ya, Ah tapi banyak hal yang ganggu pikiran gue." Syena terlihat sangat frustasi dengan apa yang didalam pikirannya. Ia sangat ingin pergi, tetapi disisi lain ada alasan kenapa dia gak berani pergi.

"Hei Na." Teriak seseorang dari kejauhan. Ia berbalik masih terlihat dari kejauhan, buru-buru Syena menyembunyikan kertas yang dibawanya.

"E-eh Justin. Ada apa?" Syena tergagap berharap Justin gak melihat apa yang ia bawa.

"Aku yang harusnya nanya. Ngapain disini? sendirian lagi, dingin gini." Justin kemudian duduk disebelahnya

"Em..Gak papa kok, tadi panas jadinya kesini." Syena tersenyum canggung

"Huft.. Kamu masih gak nyangka sama Alvian ya Na?"
Justin juga sempat kaget bagaimana pertemuan makan malam kemarin tiba-tiba Alvian memberitahu kalau dia ikut pertukaran pelajar. Justin sangat yakin hal itu sekarang membuat Syena tidak nyaman.

"Kamu boleh pergi kok Na. Pergi sama Alvian Na, jadi aku gak akan khawatir karena ada yang jagain kamu." Justin meyakinkan Syena. Sebenenrnya hal itu cukup membuat Syena tenang karena Justin mengizinkan, tetapi tidak untuk Justin dalam pikirannya berkutik akan hal-hal buruk terjadi.

"Kamu jadi ikut bunda balik?"
Syena mengalihkan. Dia sangat ingin pergi tetapi ada hal yang sangat menganggunya. Walaupun sebenarnya Justin mengiyakan, Syena tidak tau bagaimana jika benar-benar pergi.

"Buat apa, disana gak ada tempat buat aku. Aku bakalan disini terus Na." Kalimat itu membuat Syena semakin yakin kalau Justin benar-benar tidak akan pergi. Syena berfikir betapa sulitnya Justin akan bertahan sendirian.

"Aku juga gak ikut pertukaran pelajar kok, aku gak lolos. Hehe." Ucap Syena berbohong. Entah apa yang membuat Syena mengambil keputusan itu. Padahal jika saja ia jujur, mungkin kesempatan itu akan berpihak padanya.

"Na? Kamu serius? Gak papa Na, mungkin ini yang terbaik buat kamu. Pasti suatu saat kamu akan bisa kesana." Justin memeluk Syena sesaat. Entah kenapa dada Syena terasa sakit, ia berharap Justin akan mencoba untuk membatunya agar Syena bisa lolos. Tetapi perkataan Justin seakan tidak merelakan Syena untuk pergi. Justin tidak benar-benar mendukungnya.

"Iya." Jawab Syena lirih

"Jangan nangis lagi ya. Gak semua yang Nana anggep itu indah akan berjalan dengan indah juga, dari sini Tuhan punya rencana lain."

Semakin tak kuasa Syena menangis, dalam hatinya sangat ingin disemangati untuk mencoba lagi. Tetapi harapan itu seakan pupus. Jika saja saat ini ia bersama Alvian bukan kalimat itu yang akan didengarnya andai saja Syena tidak lolos. Melainkan bagaimana caranya mencari kesempatan dari kampus lain. Solusi yang dia inginkan bukan hanya kalimat semangat.

DóchasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang