*ཻུ۪۪ ꦿꦶ06. If You .⃗✩

29 4 0
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"... aku gak butuh siapa-siapa. Aku cuma butuh kamu Na."

Ahkk. Gue mengacak rambut gue asal. Kata itu, selalu teringat dikepala gue.
Sedari tadi gue hanya melamun, akhir-akhir ini dia selalu menuhin kepala gue.

"Sendirian aja Al."

"Hoi Al."
Alvian menepuk bahu gue pelan, gue tersontak kaget. Bener-bener gak fokus karna dia. Kenapa dia. Kenapa harus dia yang gue fikirin.

"Lo ngapain sih?"
Alvian menarik kursi dan duduk disebelah gue.

"Gak ngapa-ngapain hehe."

"Lo ngelamunin siapa hm? Dipanggil diem terus."
Mana mungkin gue ngasih tau Alvian soal dia. Apa gue harus cerita sekarang? Engga. Dia belum pasti.

"Tuhkan ngelamun lagi. Mikirin apa sih?"

"Eh.. em, enggak. "
Alvian terus menatap gue. Dia sepertinya tau gue lagi mikirin sesuatu.

"Jangan boong, lo ada masalah?"

"Engga Al. Gue gak papa."
Gue hanya tersenyum tipis.
Alvian menarik kursinya lebih dekat lagi dari gue.
Dia menatap gue sekilas, pandangan matanya terlihat sangat serius.

"Hubungan kita lagi gak baik ya."
Ia berguman lirih, namun masih gue dengar.

"Gue juga gak tau, apa karna gue yang ga merhatiin lo lagi atau karna lo ada orang baru yang lebih asik."

Orang baru? Maksud dia apaan. Gue gak nyangka dia bakalan ngomong gini. Gue menatapnya intens. Dia mengalihkan pandangan matanya.

"Maksud lo apa Al?"

"Engga, sorry."
Gue hanya menghela nafas berat. Emang benar hubungan gue sama dia lagi gak baik.

"Lo lagi deket sama seseorang?"
Dia menatap gue.

"Engga ada."

"Jangan boong gue tau kok."

"Nanti aja, kalo gue jadi sama dia."
Gue tersenyum tipis. Gue cuman takut terlalu berharap sama dia. Gue takut terlalu larut sama perasaan gue sendiri.
Sedangkan dia? Gue gak tau dia gimana.

"Bener ya, kalo dia macem-macem kasih tau gue."
Alvian mengacak rambut gue asal. Gue hanya mengangguk.

Gue tau, gue belum bisa ninggalin Alvian. Tapi gue gak bisa terus-terusan sama dia. Gue pengen keluar dari zona ini. Gue tau gimana perasaan dia. Tapi diantara kita memang gak bisa buat bersatu.

~~~~~

"Hai manis."
Astaga. Gue kaget. Kaya setan aja nih anak udah nangkring di sini.
Siapa lagi kalo bukan tuh anak gak jelas. Udah kaya kunti aja ada dimana-mana.

"Lo ngapain kesini? Belum juga jam istirahat."

Ia melihat jam yang ada ditangannya.

"..1.. 2.. 3.. nah udah. Ayo."
Justin lagi-lagi menarik tangan gue paksa.

DóchasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang