Valerie mengangguk kecil, “Udah ndy.”
Sandy menggeleng protes. Ia melirik Valerie dari spion, “Sandy not Ndy.”
Kini motor milik Sandy bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya. Ditemani suasana sore juga bisingnya kendaraan, dan angin semilir yang menambah kesan sunset yang memang sebentar lagi akan terlihat. Hanya menunggu 1 setengah jam lagi.
•••
Sandy keluar dari minimarket dengan dua kaleng minuman di genggamannya, ia memberikan satu pada Valerie. Namun, gadis itu mengangkat tangannya seperti memberi intruksi ‘tunggu’Sandy membuka minumannya, meneguk perlahan lalu menatap Valerie, “nelpon siapa?”
“ah, enggak. makasih ya,” ujar Valerie tersenyum mengambil minuman yang ia pesan.
Tatapannya beralih kembali pada ponsel, ia sudah tiga kali menelpon Melody. Sepertinya gadis itu tengah sibuk sekarang, padahal ada yang mau ia bicarakan nanti malam.
Valerie menyimpan kembali ponsel nya ke dalam saku jaketnya, ia kemudian membuka minuman yang ia pegang meneguknya beberapa kali hingga habis.
Sandy hanya tersenyum memperhatikan gadis itu, sepertinya rencana awalnya berubah.
“Kenapa?”
“Engga, ayok rute kita masih panjang.” Sandy Senyum naik ke motornya, ia memakai helm lalu memberikan helm satu lagi pada Valerie. Gadis itu menggeleng pelan melihat tingkah sandy yang sangat excited itu.
Valerie menyamankan posisi duduknya ia lalu berusaha mendekatkan wajahnya, karna takut Sandy tidak mendengar karna memakai helm. “Kita, mau kemana lagi?”
“mau ke toko buku?” tanya sandy, membuat Valerie mengangguk antusias di belakang. Ia lalu tersenyum saat melihat itu di kaca, lalu mulai melajukan motornya ke arah tujuan.
••••
Melody berdehem pelan berusaha mencairkan suasana yang membuat udara di sekitarnya menipis. Alister melihatnya lalu menghela napas perlahan, ia kemudian mengangkat tangan dengan refleks, Melody menyentuh tangannya seolah mereka melakukan tos.Alister menggeleng pelan, lalu menoyor Melody. “Gue mau mesen, bukan ngajak lo tos.”
“Eh kirain, itu bentuk kamu mau akrab ama orang lain.”
Alister tersenyum geli, membuat Melody tersipu. Kenapa dengan tatapannya saja membuat Melody serasa menjadi wanita paling cantik?
Alay memang tapi itu benar, kadang kala ia merasa aneh kenapa dia mencintai Alister yang sangat beda dengan tipenya dulu. Dulu dia sangat suka pria manis yang selalu keren, ia tidak menyangka bahwa pria cerdas dan selalu irit bicara jauh lebih menggoda.
Alister ini bukan tipe cowok kaku yang ketus dan selalu menghina orang. Bukan cowok dingin yang tidak bisa di ajak becanda, atau cowok yang selalu berusaha tidak berhubungan dengan cewek manapun. Alister itu sederhana, dia berbicara sekenanya. Ia bisa berbaur dengan orang lain dan bercanda. Namun, ia tidak suka jika ia sedang belajar dan seseorang merecokinya. Menurutnya itu mengganggu konsentrasi, makanya setiap belajar ia mematikan ponselnya dan mengabaikan seluruh pesan temannya.
Tapi kadang, Alister ini ngeselin dan bikin naik darah sangking fokusnya dia belajar, pernah Alrescha nyungsep depan dia, dan dia ga sadar. Ia tau nya, pas Alrescha balik dalam keadaan kening luka.
“Kenapa senyum-senyum?”
“Eh, engga hehehe,” gadis itu menyengir sembari menggelengkan kepalanya.
Tak lama, ponselnya berdering. Nama Valerie terlihat di sana, ia segera mengangkatnya. Gadis itu bertanya ia di mana, dan apakah ada Alrescha.
“Gak, ada gue lagi ama Alister ....” Melody berusaha mengecilkan volumenya agar Alister tidak mendengar percakapan mereka.
Alister menoleh, “kenapa?”
“Eh engga, lagi telponan sama Valerie.”
Alister mengangguk kecil menanggapi itu, ia melanjutkan makannya, sambil memutar lagu kesukaannya.
[Yaudah deh, ga mau ganggu ahaha, bye.]
“Ye, diem lo!”
Sambungan di matikan sepihak oleh Valerie membuat Melody ingin mencekiknya sekarang juga. Ia lalu bersunggut kesal, sambil meminun Milkshake nya. Namun, Melody terdiam sebentar tadi ia mendengar tawa renyah seorang pria, tapi bukan Alrescha. Karna, tadi saja gadis itu bertanya tentang Alrescha.
“Kira-kira bakal perang dunia gak, ya?” monolog Melody tertawa kecil membayangkan Alrescha akan mengamuk, ia tau betul pria itu sangat posesif dengan sahabatnya.
•••
Pukul 19.30 pm, motor Sandy memasuki pekarangan rumah Valerie. Ia memarkirkan motornya pas di depan rumah, karna gadis itu yang meminta. Ia melepaskan helm nya, lalu turun sambil menepuk pelan roknya.Bugh!
“Sandy!”
Valerie menutup mulutnya shock, saat Alrescha tiba-tiba menerjang pria blasteran itu. Sandy berusaha menangkis dan tidak melawan membuat Alrescha semakin geram dan membabi buta.
“Bro tenang dulu, gue akh!”
“Diem lo bangke, ga usah sok akrab ama gue!” maki Alrescha emosi, sambil melayangkan tinjuannya.
“Alrescha Nero, stop!” Valerie menahan tangan pria itu, tapi tidak mempan. Pria itu masih memukul Sandy.
Dan tepat saat itu Alister datang dan langsung menyeret Alrescha, ia terus menatap Sandy yang kini meringis sambil emosi. Melody sudah tau begini akhirnya, untung dia datang dengan Aslister walau terlambat. Sandy sudah bonyok duluan.
“Lo, ga papa?”
“Valerie kok lo belain dia!?”
Valerie menatap tajam Alrescha, “lalu, gue belain lo yang tiba-tiba nyerang kek orang gila?”
“Gue ngelakuin itu karna lo, dia itu punya maksud Valerie. Dia musuh gue!” Alrescha naik pitam hingga membentak Valerie, gadis itu terkesiap apalagi saat Alrescha mengehentak tangan Alister yang menahannya.
Pria itu menaiki motornya, lalu pergi dengan perasaan berkecamuk. Valerie ingin mengejarnya, tapi tangan Sandy menahan gadis itu.
“Maaf Valerie, gue ga maksud gitu. Awalnya ia, tapi setelah kita makan gue emang niat temanan ama lo,” lirih Sandy mendapat tatapan sinis dari Alister.
Valerie mengangguk kecil, “Gue bakal berusaha bujuk dia, maaf sekali lagi.” Ia menyuruh Alister membantu membawa Sandy kerumahnya, agar di obati. Alister menurut saja.
Saat membopong Sandy, Pria yang menjadi incaran Melody itu berbisik pelan, “pinter juga lo cari alasan.”
Namun, Sandy hanya diam ia terlalu lelah untuk berbicara. Bibirnya kelu dan kaku, pukulan Alrescha tidak main-main. Satu lagi, yang ia ucapkan kejujuran.
Sandy di duduk kan di sofa, beberapa menit kemudian Valerie datang membawa air hangat dan obat-obatan. Sandy meraih benda itu membuat Valerie menatapnya.
“Gue aja, nanti salah paham lagi cowok lo.”
“Dia cuman sahabat gue,” bantah Valerie. “Dia cuman khawatir aja karna kalian musuh.”
Sandy yang melihat itu tertawa kecil, gadis itu polos sekali. Padahal terlihat jelas di mata Alrescha, pria itu cemburu padanya. Sangat cemburu.
•
•
•
Bersambung...
Hai haiiii uwaa udah lama banget yaa kalian kangen aku gaaa 😔😔😔
Maaf ya buntu ide, banyak kesibukan jugaa😭
Terus lupa update terus maaf yaaa😭😭 moga seneng deh bacanya 💭🎀
Jangan lupa vote and komen yaa biar aku ga males nulis ceritanya😡💓
Share juga ke temen-temen kalian yyaaa
Chapter ini tanpa kehebohan anak Adiwangsa dan bestienya Valerie dulu ahaha
Wattpad: savagelly_cips16
Instagram: Savagelly_wp
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrescha
Teen FictionAlrescha Nero Ardiaz. Cowo ganteng ketua Adiwangsa, ribut kalo udah bareng temen. Sering ngeledekin Vale, wajah andalan nomor satu buat bikin cewek kelepek-klepek. Ga suka di bohongin, tapi kadang boongin orang. Bisa judes dan ga berakhlak sekalian...