tw // scar , self - harm , suicidal thoughts , anxiety , a little car accidentEric memakai topi hoodienya sebelum ia resmi masuk ke gedung sekolahnya. Lengan hoodie yang sudah panjang, masih ia tarik untuk mentupi pergelangan tangannya. Rasanya malu jika seseorang melihat pergelangan tangannya.
Mempercepat langkah kakinya juga menundukkan kepalanya, karena beberapa murid mulai melihat ke arahnya. Eric takut ia menjadi bahan obrolan lagi, ia takut dan gelisah. Tak lama kemudian ia sampai pada kelasnya. Baru saja ia menginjakkan kakinya, semua pasang mata langsung melihat ke arah Eric, membuat lelaki itu semakin menunduk ke bawah dan segera berjalan menuju bangkunya.
Duduk dan meletakkan tasnya, segera melipat tangannya dijadikan sebagai bantal untuk menghindari tatapan pasang mata penghuni kelas ini. Tapi baru saja Eric memejamkan matanya, ia merasakan bahwa tangannya ditoel atau disentuh. Membuat Eric mendongak dan mendapati Jihoon tersenyum menatapnya, mau tidak mau Eric jadi tersenyum kecil.
"Pr sejarah udah?" tanya Jihoon sambil membalikkan kursinya untuk menghadap Eric.
Posisi bangku Jihoon berada di depan Eric, jadi mau tidak mau Jihoon harus memutar bangkunya.
"Udah." jawab Eric dengan suara parau. "Tapi gak tau pada bener atau gak," lanjutnya.
"Alah gak masalah yang penting mah keisi." tukas Jihoon cepat lalu menerima buku tugas milik Eric dan segera menyalinnya.
Eric bersyukur. Ia masih mempunyai teman walau itu hanya Jihoon, ia bersyukur. Karena Jihoon menerima segala kurangnya dia dan peduli kepadanya. Walau Eric selalu menutup diri.
Mata Eric mulai menatap jendela di samping bangkunya, menatap cerahnya langit dan berandai.
Seandainya hidupnya secerah langit hari ini.
////
"Eric, kenapa pakai jaket saat kelas saya?"
Eric tersentak. Ia terkejut saat mendapat teguran dari guru bahasa indonesia yang tengah mengajar di kelasnya saat ini.
Lagi-lagi.
Semua pandangan menatap pada Eric. Eric tidak suka ini. Rasanya sesak jika semua orang menatapnya.
"Eric." tegur gurunya sekali lagi.
"Eh iya saya, Bu." jawab Eric tergagap. Lidahnya kelu bingung harus menjawab apa, ia sebenarnya juga tidak sakit ataupun merasa demam.
Eric hanya ingin menutupi lukanya.
Duh, ia harus beralasan apa?
"Eric sedikit mual, Bu. Kedinginan juga."
Itu bukan Eric yang menjawab. Melainkan Jihoon. Membuat Eric mendelik menatap teman satu-satunya. Setengah bingung, setengah berterimakasih juga karena sudah dibantu dengan alasan berbohong seperti itu.
"Benar, Eric?" tanya gurunya sekali lagi terhadapnya setelah mendengar jawaban dari Jihoon.
Eric mengangguk. "Iya bu, benar."
Sang guru mengangguk, lalu segera melanjutkan materi yang sempat terhenti tadi.
Eric harus berterima kasih nanti ke Jihoon.
////
"Jihoon." panggil Eric setelah jam pulang sekolah.
Jihoon menoleh ke belakang. "Oit, kenapa?" sahutnya lalu kembali membereskan bukunya, dimasukkannya ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
let's meet in the next life ー sunwoo, eric
FantasyDianugerahi dapat melihat sisa usia makhluk hidup termasuk usianya sendiri yang ternyata berusia panjang membuat Eric muak, karena ia begitu benci hidupnya. Sampai, kucing hitam itu menyelamatkan hidupnya. Alih-alih ingin memelihara, Eric ingin kuci...