Prolog ; kasih sayang.

386 32 1
                                    




Tak ada cahaya. Matahari bersembunyi entah di mana, diganti oleh banyak awan berwarna abu gelap. Pertanda bahwa hujan akan segera turun, semua pejalan kaki mulai berlari kecil untuk mencari tempat berteduh atau segera menemukan transportasi umum. Lagipula siapa sih yang ingin terkena guyuran hujan yang begitu deras?

“ADUH!”

“MEOW!”

Seorang perempuan terjatuh. Tasnya langsung terlepas dari tangannya, barangnya berserakan. Masih mengaduh kesakitan dan berusaha bangkit berdiri serta membereskan barangnya, ia melihat bahwa lututnya terluka.

“Aduh, kucing siapa sih? Udah tau buru-buru, lo jalan nyelonong nyebrang gitu aja. Duh kucing hitam pula, pantes bawa sial," omelnya lalu meninggalkan kucing kecil yang sempat tertendang itu di dekat lubang air.

Tentu saja tidak ada reaksi dari sang kucing. Langit semakin redup dan bunyi guntur mulai terdengar, membuat sang kucing terkejut dan mulai berlari kecil, mencari tempat berteduh.

Menemukan taman bermain kanak-kanak, dengan seluncuran yang lebar juga tinggi. Si kucing kecil mulai berlari dan meneduhkan diri di sana agar bulu-bulunya tetap terjaga. Sepertinya akan hujan angin yang begitu deras. Tak lama kemudian, hujan mulai membasahi tanah. Si kucing mulai semakin meringkuk, berusaha menghangatkan diri.

“Aduh, nih perosotan gak tinggi banget ternyata.”

Sosok lelaki mengaduh dan memegang kepalanya yang habis terbentur perosotan. Mendengus sambil menatap hujan yang semakin deras.

Kapan ya? Batinnya.

Kapan ya kira-kira ia bisa meneduh di tempat lain, rumah misalnya?

Ia rindu.

Ia rindu hangatnya kasih sayang.

let's meet in the next life ー sunwoo, ericTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang