Eunseo menghela nafas berat, ia melirik jam digital pada meja belajarnya, menunjukkan notasi angka sembilan lebih sepuluh menit, perempuan itu tengah mengerjakan tugas review sebuah buku. Sebenarnya Eunseo sangat ahli dalam hal membuat rangkuman tentang sisi positif, negatif, maupun hal-hal yang membuat buku tersebut bernilai baik dimata pembaca.
Hanya saja kali ini perempuan itu merasakan sebuah hal krusial dalam pikirannya, tentang kehadiran pemuda itu yang tak bisa ia tebak.
"Eunseo, ada orang."
"Astaga!" Eunseo menoleh cepat pada figur yang berdiri di ambang pintu kamar, "Ketuk dulu, lo mau buat gue kena serangan jantung?"
"Lo nya yang budeg, udah gue ketok berapa kali. Buruan turun sana."
"Siapa sih."
"Gak tau, pokonya dia kaya titan tinggi kaya tiang, kaya orang ragunan ngegedor pager."
Eunseo merotasikan matanya, "Jie lo kalo ada orang asing tuh tanya dulu namanya, jangan kebiasaan gitu." Si perempuan melewati adik yang berbeda satu tahun dengannya, "Yeu, lupa."
"Nyokap mana?" Adiknya tak menghiraukan, ia melengos pergi ke ruang TV. "Jie—"
"Tanya aja sendiri, males." Eunseo menghembuskan nafas kasar sebelum beralih langsung menuju pintu, matanya sontak melotot kala melihat figur tinggi seorang Kim Mingyu yang berdiri di depan rumah.
Gila. Mau apa dia?
"Ngapain lo ke sini? Tau dari mana lo rumah gue? Jangan-jangan lo nguntit gue?! Iyah 'kan?"
"Cerewet, cepet bukain pagernya atau lo mau gue manjat nih?"
Eunseo hampir berteriak saat Mingyu melakukan opsi ke dua, mau tak mau ia membuka pagar dengan perasaan kesal. Sementara si pelaku hanya nyengir dengan wajah tanpa dosa, "Kenapa? Buruan bilang tujuan lo dateng ke rumah gue."
"Gue tamu loh, masa gak diperlakukan dengan baik." Elak Mingyu berjalan menuju pintu rumah Eunseo, gadis tersebut mencekal pergelangan tangan Mingyu segera. "Gue gak mentolerir kedatangan lo ke sini Kim."
Mingyu menyugar surai, ia melirik tangannya dan tersenyum lebar. "Terus kenapa? Gue mau ketemu calon mertua."
What the fu—
"Lo udah cek ke rsj? Oh wait, apa lo mantan pasien di sana?" Eunseo menyilangkan kedua tangan di depan dada, memandang Mingyu dari atas hingga bawah. Jujur saja pemuda di depannya sungguh tampan, meskipun hanya dengan balutan hoodie berwarna cream dan celana jeans hitam. Sangat simpel.
Tapi Eunseo tidak tertarik.
"Ah ralat, tadi gue udah ketemu sama ibu lo itu."
"Hah? Apa?"
"Ibu lo, tadi gue ketemu dia pas mau jalan ke sini." Eunseo sedikit mempunyai trust issue terlebih dengan perkataan seorang laki-laki, apa lagi jika Kim Mingyu yang mengatakan itu. Tapi saat Mingyu kembali membuka suaranya yang ia tahu nama ibunya siapa, Eunseo langsung mempercayai itu.
"Jangan berdiri di situ, buruan masuk. Gue udah pesen pizza tadi."
Mingyu menyahut dari ambang pintu rumah, Eunseo melirik tajam pada pemuda itu. Sialan kekesalannya malah semakin mendidih, tapi yang bisa gadis itu lakukan hanyalah memendamnya.
"Siapa?"
Mingyu menaikkan alisnya dengan pertanyaan laki-laki yang hanya setinggi pundaknya, "Lo gak nyelingkuhin gue kan Eun?"
"Hell nah, sejak kapan gue pacaran sama anak sinting kaya lo?"
"Pacar lo?" Eunseo mendengkus mendengar pertanyaan adiknya kala mereka sampai di ruang tengah, "Bukan, fans gue." Ujarnya menatap Mingyu sinis, lantas duduk pada sofa ruang TV, Mingyu terus menatap pemuda di depannya dari atas ke bawah, sementara yang ditatap balas menatap Mingyu berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala Mengabu
Fanfiction" senyum milikmu memang selalu memiliki tempat dalam hatiku, tapi tak kumiliki raga dan jiwamu dalam duniaku. "