Bab 3 [PEMBALASAN]

5 1 0
                                    

POV GALAKSI

"Aduh cepetan dong Gal ini udah mau dimulai acaranya" Fahri terus mengoceh sepanjang hari, aku yang tengah bersiap jadi terburu-buru

"Santai aja kenapa si namanya juga CEO wajar lah terlambat" sahutku santai

"Wajar? Justu lo tuh contoh terbesar pegawai!" Fahri makin nyolot

"Iya udah udah ini berisik ayo berangkat" ajakku meredam amarahnya

Sepanjang perjalanan aku menghafal kata-kata yang akan kuucapkan saat dinyatakan sebagai presdir baru.

"Aduh Ri gue pengen ke toilet deh" ucapku tak tahan

"Aduh ribet deh udah mau masuk ruangan juga" Fahri masih menggerutu

"Yaudah sana jangan lama" ucapnya

Akupun kemudian berlari kecil mencari toilet

"Ini toiletnya dimana si" gumamku sambil menahan juniorku

Aku kemudian melihat sebuah toilet baru saja mau masuk tapi ada seorang perempuan yang keluar dari toilet dan perempuan itu adalah

"Lo ngapain disini? Ini kan toilet cewek!" Ocehnya

Dia terlihat terkejut melihatku tapi tanpa basa basi dia malah memarahiku??? Dasar wanita tidak berperasaan!

"Tapi kan gue diluar!" Aku tak mau kalah balik memarahinya

Empat tahun tak bertemu tak ada basa basi sedikitpun darinya dasar Arin tak berperasaan!

"Pergi atau gue teriakin mesum!" Ancamnya

Dasar gadis aneh, dia seperti tak aneh melihat mantan pacarnya yang ternyata kini notabenenya aku adalah presdir ditempat dia bekerja, nanya kabar atau adegan sedih pun gaada!

"Mana ada yang berani sama gue! Gue kan presdir" tantangku sedikit menyombongkan diri

Setidaknya tanyakan kabarku sebelum mengoceh, kau bahkan tidak meneleponku selama empat tahun terakhir ini Rin!!!!

"Gue berani! Biar semua orang tau lo presdir baru mesum!"

Bener-bener ya ni cewek, orang tuh ketemu mantan ada adegan sedih atau romantis gitu apalagi kalo dipikir-pikir hubungan kita bukan hubungan yang singkat, kita berkencan selama enam tahun, apa enam tahun itu tak cukup membuat hatinya bergetar saat melihatku lagi????

"Oh lo itu pegawai di perusahaan gue ya? Bagus kalo gitu, ikut gue!" Aku menarik lengannya membawanya ke sebuah ruangan kosong

"Apaansi, lepas" Arin menghempaskan lengannya dari genggamanku

"Gue kira gue harus nyari lo tapi ternyata lo datang sendiri" Aku tersenyum sinis

"Ngapain lo nyari gue? Belum moveon??" Sindirnya

Ya! Aku rasa aku belum bisa melupakannya empat tahun terakhir ini, bahkan dia yang tak pernah mengabariku kabarpun membuatku kesal, perasaanku padanya masih sama.

"Hah? Lo kali yang belum moveon secara kan gue ganteng seorang CEO, lo pasti nyeselkan mutusin gue?" tanyaku mengalihkan

"Hah? Nyesel? Ga tuh! Gue malah bersyukur" a
Arin semakin tak mau kalah

Benarkah jika perasaannya bisa berubah dalam waktu empat tahun? Secepat itu?

"Lo tuh ya bener-bener" aku melototinya

"Apa? Apa? Beraninya sama cewek!"

"Lo bener ben-"

"Galaksi!" Aku dan Arin segera menoleh ke sumber suara

My Ex My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang