HOLLA KITA KETEMU LAGI
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
◉▣◉
Happy Reading..
◉▣◉D
eringan dan getaran handphone terus terdengar jelas di atas nakas. Evan yang semula menutup matanya terpaksa terbuka lagi. Perlahan namun pasti, tangan laki laki remaja itu meraih dan mengangkat nya tanpa melihat siapa sang penelpon.
Evan menjauhkan ponsel dari telinga nya. Suara makian Riri dan Raka hampir saja merusak gendang telingga yang selama ini di jaganya.
"Van, lo kemana aja sih?." pekik Riri dan Raka bersamaan.
Evan menghembuskan nafas gusar, kembali mendekat kan ponsel hitam itu di telinga nya." Lo mikir ngak sih, ini udah malam dan lo telpon gue? Ada apa lagi ha?.
"Bunda sakit, demamnya tinggi dan dia ngak mau minum obat kalo lo ngak balik kesini. Gue mohon lo kesini ya? Gue takut Bunda bakalan kenapa napa kalau ngak minum obatnya. " Mohon Riri dengan suara pelan namun jelas.
Evan terdiam sejenak, belum berniat sama sekali untuk kembali kerumah neraka itu. Hatinya masih sesak mengingat perlakuan mereka semua. Lebih mempercayai Gio di banding kan dirinya. Mereka yang mengusir dan mereka sendiri yang meminta kembali. Ia harus apa sekarang?.
Setelah mempertimbangkan keputusan dan dampak yang akan terjadi Evan memutuskan untuk kembali. Sekaligus melihat gerak gerik Gio.
"Iya gue kesana, bilang sama Bunda 15 menit lagi gue sampai.
Evan meraih jaket kesayangannya tak lupa helm beserta tas ransel kecil di bawanya. Kemungkinan besar di sana baju bajunya Revan banyak yang tidak sesuai dengan seleranya.
Di depan lift Evan tidak sengaja berpas pasan dengan Buk Disna. Wanita cukup berumur dengan usia kandungan yang sudah kelihatan itu membuatnya iba. " Ibuk mau kemana bawa koper segala?"tanya Evan sopan dan menuntun Buk Disna memasuki lift.
Buk Disna mengusap pelan perut buncitnya. " Ibuk mau keluar dari apartemen ini, suami Ibuk udah beli runyah sederhana untuk ibuk dan calon anak ibuk. Sebenarnya Ibuk mau pamitan ke kamu tapi ngak sempat. Untung kita ketemu disini, kalau tidak Ibuk pasti merasa tidak enak.
Evan menekan tombol lift, melirik Buk Disna sebentar dan berpaling. " Ibuk itu terlalu baik sama penghuni apartemen ini, sampai sampai saya yang baru aja kenal saja udah berasa akrab sekali.
"Aura kamu sama seperti pemilik kamar sebelum nya hangat dan ramah serta mudah senyum." Jelas Buk Disna berbinar.
Tanpa sadar lift yang mereka naiki sudah sampai di lantai paling bawah, suami buk Disna sedikit berlari menghampiri istri tercintanya." Aduh buk, kan bapak udah suruh ibuk nunggu di sana, kenapa ibuk ngeyel?.
"Ngak papa pak, kan ada nak Revan yang bimbing ibuk sampai dengan selamat disini. " Suami Buk Disna membungkuk mengucapkan terima kasih berkali kali pada Evan.
"Ngak papa Pak, santai aja. Yang penting semuanya udah tenang, Oh iya Buk Disna saya juga mau pamitan dari sini hehe, Ibuk jaga baik baik ya kandungannya. Jangan sampai keguguran lagi. Oh iya pak jaga ibuknya ya. Saya keluar duluan. Assalamu'alaikum. "
Buk Disna menatap aneh Evan yang tengah berlari. "Emang ada ya pak? Manusia yang kepribadiannya sama persis?.
◉▣◉
Gio melempar bantal bulu kesayangannya ke tembok, tadi sebelum ia melangkah ke kamar, ia mendengar pembicaraan Riri dan Raka bahwa Revan akan kembali lagi ke rumah ini.
Ia harus bagaimana, bisa bisa rencananya gagal begitu saja. Rencana yang sudah lama di susun. Rencana yang sudah lama di rangkai bahkan sedikit lagi akan berhasil akan gagal begitu saja. Tapi sasaran utamanya kembali lagi dan itu akan mempersulit langkahnya.
Evan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tapi ada hal aneh yang terlihat melalui kaca spionnya. "Sialan, itu siapa sih? "Batin Evan kesal. Ia semakin mempercepat laju motornya.
Pembalap seperti Evan sangat mudah menyalip dan menikung lawannya. Saat di per belokkan mobil pick up sengaja berhenti mendadak, karna laju motor nya terbilang cepat, Evan tak bisa lagi mengentikan motornya. Akhirnya Evan terpental. Untung saja ia mengenakan helm kalau tidak sudah di pastikan kepalanya akan berdarah dan merembes kemana mana.
Evan mengangkat lengannya dengan posisi terlentang. Sedikit pusing tapi dia masih ada sedikit kesadaran. Pemilik mobil menelpon seseorang di sana. Memfoto Evan yang tengah terlentang dengan kepala yang sedikit pusing. Jangan lupakan punggung dan lengannya sobek akibar goresan aspal yang dingin itu.
" Semuannya sudah beres Tuan, saya rasa dia tidak akan bisa pulang malam ini. Dan saya pastikan kalau malam ini adalah malam terakhir dirinya bernafas.
"Bereskan dia ,kalau perlu kau habisi dia sekarang juga. " perintah orang di seberang sana.
Evan membulat kan matanya, ingin melawan tapi tubuhnya benar benar terasa remuk. " Arghh, apa gua beneran mati kali ini. "lirih Evan di sela sela nafasnya.
Sebelum pelaku itu mengangkat tubuh Evan, sirine polisi sudah terdengar jelas, taksi dan beberapa mobil polisi mendekati Evan. Di susul oleh seseorang yang amat di kenalinya.
"Axel?" lirihnya dan akhirnya tertelan dengan pandangan yang mulai memburam.
◉▣◉
Riri mondar mandir menghubungi Revan. Sambungannya benar benar telah terputus. Papanya menghela nafas panjang, memperhatikan Riri yang sedari tadi mondar mandir tidak jelas dan mengerutu kesal. " Nak, bagaimana dengan Revan, dia jadi kesini kan?"Riri mengeleng menyahuti " Ngak tau yah, handphone Revan udah ngak aktif lagi.
Alvaro menghela nafas pasrah " Yasudah lah nak, Kamu istirahat duluan aja, biar Ayah yang bujuk Bunda kamu.
Alvaro berjalan pelan meninggalkan Riri namun Alvaro kembali menghentikan langkah kakinya, meraih ponsel yang ada di saku celananya.
Dengan cepat Alvaro mengangkatnya. Karna tidak biasanya Axel menghubunginya selarut ini. Apalagi tadi Axel sudah izin untuk pulang besok pagi sehabis acara barbeque di rumah pacarnya.
"Yah, Revan kecelakaan. " lontar Axel datar, tidak khawatir ataupun menangis. Tapi berbeda dengan hatinya yang sudah dag dig dug luar dalam melihat kondisi Revan.
Alvaro menutup mulut nya dramatis" innalillahi, Kamu jagain Revan dulu ya di sana. Ayah sama yang lain bakalan nyusul. Share lok lokasinya okey!.
Riri menghampiri Sang Ayah yang tampak cemas. Menenangkan Ayahnya sebelum bercerita " Ada Apa Yah? Tenang dulu oke. Jangan gelisah gini. Ada apa yah?"Tanya Riri tenang namun tak ayal dia juga khawatir.
Setelah di rasa sudah tenang Alvaro menatap dalam putrinya" Revan kecelakaan Ri, kita harus kerumah sakit sekarang.
Raka yang mengambil Eskrim langsung melepaskan Eskrimnya, berlari menghampiri sang kembaran meminta penjelasan " Gimana ceritanya?.
"Ayah ngak tau Raka, sekarang kita kerumah sakit. Kasihan Revan.
" Bunda gimana Yah?"tanya Raka melirik Pintu kamar Bundanya yang terbuka lebar.
Riri menoleh pelan " Kita bawa Bunda sekalian Ya yah? Kondisi Bunda juga semakin memburuk.
Bella, Bunda dari Revan sudah pingsan tidak berdaya, hingga akhirnya mereka sepakat membawa Bella ke rumah sakit,sekaligus mastikan kondisi Revan.
Di kamarnya Gio tertawa pelan. " Ngak papa kali ini tu anak ngak mati, yang jelas gue puas liat dia sengsara kesakitan di sana. Tunggu permainan selanjutnya Revan.
JANGAN LUPA
VOTE & KOMEN CANTIK✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Evan (Telah Terbit)
Teen FictionPART SUDAH TIDAK LENGKAP (SUDAH DI TERBITKAN OLEH XANGGITA REACTION) Tentang Laki laki Brandal yang mengalami transmigrasi ke raga cowok cupu dan tidak bisa apa apa. Dan disini awal masalah baru di mulai