◉Transmigrasi ◉

14.5K 1.2K 101
                                    

Jangan lupa vote+ komen

Happy Reading guys.

Dua remaja laki laki menekuk kepalanya. Menatap dalam seseorang yang badannya penuh dengan alat alat medis. Di dalam hati terdalamnya Ia menangis, menahan rasa bersalah yang benar benar menghantuinya.

Di sudut ruangan, Pasangan dewasa itu tampak menguatkan satu sama lain. Dokter baru saja keluar dari ruangan tersebut sehabis mengatakan" Anak kalian mengalami koma, berdo'a saja karna tidak ada yang tahu kapan ia akan bangun.

Reyhan mengangkat kepalanya, ia merasa tangan sang adek bergerak perlahan. " Bun, tangan Adek gerak!"pekik Reyhan dan melangkah mendekati brankar.

"Anak Bunda" parau wanita itu pelan.

Mata tampan dan bibir pucat itu perlahan terbuka, berusaha menerima berbagai cahaya yang baru saja masuk. Retina matanya menatap kepala kepala yang mendekat di sekeliling brankar nya.

"Eughh" lenguhnya.

"Alhamdulillah, kamu bener bener bangun nak!"

Axel menekan bel darurat berkali kali. Tak lama dokter yang menanganinya masuk ke dalam ruangan tergesa gesa. " Beri saya sedikit tempat"titah dokter tersebut.

"Apa alat di wajahmu mengganggu mu? Kedipkan mata dua kali jika kamu mendengar saya.

Evan mengerjabkan mata nya perlahan, jujur saat ini untuk berbicara dan bertanya apa yang terjadi saja sangat sulit karna benda menyebalkan ini.

Perlahan dokter tersebut membuka satu persatu alat yang memang tidak di butuhkan. Perasaan Evan jauh lebih lega dari sebelumnya. Tapi tiba- tiba wanita di depannya memeluknya dengan sangat erat dan mulai terisak.

Evan bingung harus melakukan apa, selain itu ia mencerna apa yang terjadi dan siapa mereka. " Eh, eh Tante siapa? Main peluk peluk aja. Saya masih suka gadis tante ngak doyan janda.

Semua manusia di ruangan itu terdiam, mencerna semua ucapan Evan barusan. " Nak kamu ngak papa kan?"

"Saya sehat, Kalian yang tidak sehat. Aneh sok kenal" jawab Evan ketus.

Reyhan memegang pelipis sang Adek"Dok, Adek saya kenapa bisa begini dok" Dengan segera Evan menepis kasar tangan Reyhan.

"Apaan sih lu, Sok asik banget. Mana sok kenal lagi" Bentak Evan kasar.

"Gue Abang lo, Kalo lo lupa" tekan Axel dengan datarnya.

Evan tertawa aneh memegang kepalanya" Helow!. Gua anak tunggal kaya raya anjir kapan gua punya Kakak modelan kayak elo! Ngak banget deh. Dan gua tampan dan heh"

"Sejak kapan wajah gue berjerawat anjir" batin Evan meraba pipinya.

"Kaca mana kaca" Bunda Evan menyerahkan ponselnya menyuruh Evan berkaca. " Whattt, si burik ini siapa? Mana wajah tampan gue Anjir! Tega ya kalian Oplas muka gue kayak gini awas kalian" Evan hendak bangkit tapi kepalanya terasa pening dan berakhir pingsan.

Dokter Bima kembali memasangkan alat alat itu pada Evan"Anak saya kenapa dok!"Sela Bunda Evan.

"Anak kalian mengalami Amnesia yang cukup parah, tapi kalian tenang saja terkadang penyakit itu bisa sembuh dengan Sendirinya, tapi jangan telalu di paksa.

Transmigrasi Evan  (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang