4

21 0 0
                                    

"Eh"
Gue pun berhenti, lalu nengok ke Fia "kenapa?"
"Hah?kenapa? Pea lo ini udah sampai rumah lo"
Gue nengok ke samping lalu, nyegir ke Fia "Hehehe maap"
"Iyadeh, gue pulang dulu yah. Bye"
"Tunggu!"
"Apa?"
"Gue, antar lo pulang"
"Nggak usah, ini udah dekat lagian, maaf yah"jawabnya langsung pergi.

Ariana pov*
Gue pun langsung nerusin perjalanan gue 5menit gue idah sampai di rumah. Saat gue buka pintu, Bi Minah jalan tergesa-gesa ke kamar kak Laras trus bawa baskom berisi air. Karena penasaran gue pun ke kamar Kak Laras, dan saat buka pintu pemandangan yang gue lihat adalah kak Laras yang terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Gue pun melangkah ke dalam kamar
"Bun, kak Laras kenapa? Tanyaku
Tak ada jawaban, gue hanya melirik sekilas ke bunda, dan gue melihat muka khawatie bunda. Yah, bunda memang sangat menyayangi Kak Laras dan Asyila yang notebanenya saudara gue dan gue? Haha nggak usah dibahas. Ada luka yang terbesit dihati gue, saat melihat raut wajah itu raut wajah bunda yang SANGAT khawatir. Gue pun memutar badan gue dan berlari ke kamar, mengganti pakaian lalu bergegas keluar rumah mencari kebebasan. Dimana, nggak ada yang membuat hati gue sakit, dan sesak.
Dan pelarian gue saat ini adalah taman. Tempat yang nggak akan ada yang nemuin gue karena memang gue jarang kesini tapi tunggu, emang ada yang akan nyari gue kalau gue nggak ada? Gue pun tertawa hambar, mengingat orang yang gue sayang, nggak peduli sama gue.

Test...test...test

Perlahan bulir bulir air jatuh dari mata gue, lalu mengalir dengan deras. Gue kembali memutar kejadian hari ini, mulai cerita dari Eza sampai bunda yang sangat khawatir dengan kak Laras. Kalian pasti berfikir apa gue nggak khawatir sama kak Laras? Gue sebenarnya khawatir, tapi ketika melihat raut wajah itu, ke-khawatiran gue lenyap dan berubah menjadi kecewa. Iyah, gue KECEWA.

"Nih" sambil menyodorkan sapu tangan
Gue akhirnya sadar, dan melihat syapa yang ngasih gue sapu tangan. Gue menyerngit heran "lo syapa?"tanya gue
"Gue Dikta Praditya,lo?"jawabnya
"Kenapa lo kesini?tanya gue ketus
"Ini tempat umum, jadi semua orang bisa kesini"jawabnya santai
"Lo belum jawab pertanyaab gue, nama lo syapa?"tanyanya lagi
"Emang penting?"jawab gue
"Iyalah"
"Ariana indah sofia, panggil aja Fia"
"Hmm,oke"
"Eh, tadi lo kenapa nangis?tanyanya
"Nggakpapa"
Dia hanya ber-oh ria

Beberapa menit kita menghabiskan waktu dengan bercerita, yah gue juga nggak tahu kenapa gue busa bicara, cerita bareng dia

"Lo mau nggak jadi sahabat gue?"tanya nya
"Sahabat?"tanya gue balik
"Iyah, tali kalau lo nggak mau, nggak apa kok"
Difikir-difikir dia baik, care, nggak jaim, dan nyambung "Hmm, Oke gue mau"
"Serius?" tanyanya tak percaya
"Santai kali, kayak lo nggak punya sahabat ajah"
"Hehehe, gue- " ucapannya terpotong karena gue langsung ngerocos
"Tapi ada mau nanya?"tanya gue
"Apa?jawab dia
"Kenapa harus gue?kenapa harus gue yanv lo tawarin jadi sahabat?kenapa nggak orang lain aja?kan masih ada orang yang lebih baik dari pada gue"
"Kenapa gue pilih lo? Gue jawab dlu peryataan lo yang bilang kalau gue kayak orang yang baru lunya sahabat, itu emang benar. Yah dari kecil nggak ada yang mau berteman sama gue, katanya gue jijik,anak haram, dan apalah. Gue baru ngerasain rasanya punya sahabat jadi maaf kalau gue norak. Dan sebelum dia melanjutkan ceritanya dia terdiam sebentar lalu melanjutkannya. Pertanyaan kedua lo, kenapa gue pilih lo? Karena gue tahu, lo kesepian dan gur juga kesepian lali, apa salahnya kalau kita saling melengkapi?Gue butuh lo dan lo juga butuh gue!"jawabnya
"Kenapa nggak ada yang mau sahabat sama lo?"tanya gue
"Seperti yang gue bilang tadi katanya gue jijik,anak haram"
Gue hanya ber-oh ria. Pasti kalian heran kenapa gue nggak marah marah i dia, atau apalah. Punya sahabat baru itukan gakpapa lebih banyak kenalan lebih baik, dan tentang masa lalunya gue yakin dia lebih terpuruk dari gue, lebih kesepian darii gue, dan pasti butuh banget yang namanya support apalagi dia nggak punya sahabat atau teman dekat. Trus sifat dia juga bagus, bagus banget malahan.
"Makasih yah udah mau jadi sahabat gue" ucap dia sambil tersenyum
"Iyah sama-sama, dan janji sama gue apapun yang terjadi lo nggak boleh nyerah, lo harus lawan masalah lo, dan lo jangan tinggalin gue" seru gue, sambil nangis
Ngucapin kata 'tinggal' ajah udah bikin dada gue sesak

Dikta pov*
"Makasih yah udah mau jadi sahabat gue" ucap gue sambil tersenyum
"Iyah sama-sama, dan hanji sama gue apapun yg terjadi lo nggak boleh nyerah, lo harus lawan masalah lo, dan lo jangan tinggalin gue" seru nya sambil meneteskan air mata.
"Iyah, gue berjanji nggak akan nyerah, nggak akan menyianyikan, nggak akan mengecewakan lo, dan gue akan jadiin lo prioritas hidup gue"
Fia hanya tersenyum.Dan nggak berapa lama suara batuk menggema di telinga gue, gue melirik Fia yang menutup mulutnya memakai sapu tangan yang kuberikan.
"Lo sakit?"tanyaku
"Enggak kok, batuk begini udah biasa. Dari kecil gue udah batuk batuk trus"
"Hahha lo kayak nenek nenek" sambil menjulurkan lidahnya
"Dasar"
"Hahha, ngambek"
"Syapa yang ngambek?" tanya dia di sela-sela batuknya
"Lo"

Dan nggak, sengaja gue melirik sapu tangan milik gue, dan gue kasih ke Fia. Dan sekarang sapu tangan itu.....

Ariana Indah SofiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang