Bonus Chapter - Hari yang Sama

294 37 10
                                    

Pertemuan kedua lelaki muda itu ternyata begitu sederhana. Menjadikan sebuah kejutan bagi keduanya. Membuat Haegar bagai bisu untuk sekedar sampaikan perasaannya.

Di tengah hari yang terik, dua pemuda itu lebih memilih jelajahi Bandung di atas kencana beroda duanya. Selepas pertemuan canggung di dalam cafe, Rejanu pinta saling menyesuaikan diri sembari berjelajah. Menapaki kota Bandung yang ternyata baru ia kenali setiap sudutnya, dengan sang lelaki manis sebagai peta arah. Menumpangi sepeda motor kesayangan Haegar --sedang Rejanu menaiki angkutan umum untuk bisa sampai di cafe tersebut.

"Kota Bandung indah ya, karena ada kamu" begitu kiranya dialog yang Rejanu ingat dari film Dilan yang sering teman-temannya bincangkan. Meski jujur saja, Rejanu belum pernah menonton film itu secara menyeluruh. Sudah banyak orang perkenalkan alur kisahnya, jadi mungkin sudah cukup bagi Rejanu menyimpulkan isi film tersebut.

Di balik kaca spion yang pantulkan wajah keduanya, Rejanu lihat wajah malu-malu si lelaki di belakangnya. Karena sebelumnya, ia baru saja menarik kedua tangan Haegar dan membawanya untuk melingkari tubuhnya --memeluk Rejanu.

"Arvi" di tengah ramainya jalan HOS Tjokroaminoto, Rejanu memulai percakapan.

Dan Haegar hanya berdeham sebagai jawaban.

"Gimana harinya?"

Kening Haegar sedikit mengkerut, Haegar merasa asing. Bukan Eja sekali yang menanyakan pertanyaan retoris seperti itu padanya.

"Ya... baik" meski aneh, Haegar tetap menjawab sekenanya.

Namun yang ia dengar malah tawa kecil dari lelaki yang duduk di depannya tersebut.

"Maksudnya hari kamu waktu aku cuekin seharian"

Dan dengan itu, Haegar kembali mengingat hari-hari kemarin saat dirinya terus diabaikan oleh sang kekasih. Wajahnya memberenggut kesal, dan hal tersebut nyatanya tidak lepas dari pandangan Rejanu di balik kaca spion.

"Aku masih kesel ya. Apa-apaan kamu ini cuekin aku lama-lama, ngga ada bilang apa-apa ke aku. Kirain aku punya salah sama kamu terus kamu kesel jadinya diemin aku"

Dan akhirnya tawa Rejanu pecah. Sembari terus ia tatap wajah sebal Haegar dari balik spion. Lelaki itu mendumal dengan mata yang terus mengedar memperhatikan sekelilingnya, juga dengan raut wajah yang terlihat begitu menggemaskan di pandangan Rejanu.

"Maaf deh ya, kemarin aku beneran sibuk. Ngga sibuk banget si, tapi emang lagi ngga pengen chat kamu aja"

Setelahnya Rejanu rasakan pukulan kecil pada punggungnya. Haegar semakin dibuat cemberut dengan kedua tangan yang saat ini menyilang di dada.

"Ngga pengen.. ngga pengen. Kamu teh ngga mau sayangin aku lagi gitu?"

Alih-alih menjawab pertanyaan menuntut tersebut, Rejanu masih saja terus dibuat tertawa saat melihat kepala Haegar mulai menyembul di samping kirinya. Dirinya terang-terangan menatap Rejanu dengan galak.

Merasa tawa Rejanu tak berkesudahan membuat alis Haegar menukik geram. "Iiihhh kamu jangan ketawa wae. Berisik tau"

"Iya iya udahan. Itu mukanya biasa aja dong"

Rejanu bawa tangan kirinya menyentuh paha Haegar. Sesekali menepuknya pelan sebagai upaya menenangkan si manis.

Keduanya kembali diam. Rejanu yang fokus melajukan motornya lebih cepat dan Haegar yang sibuk mengabsen apa-apa saja yang telah mereka lewati.

Di sekitar wilayah pintu masuk Paris Van Java, Haegar lihat seorang bocah perempuan yang membawa sekotak dagangan-- cangcimen dalam dekapannya.

Kemudian Haegar tepuk-tepuk pelan bahu Rejanu. "Kela kela"

Virtual ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang