Cerita 1

5K 141 7
                                    

Hanya percakapan antara dua orang yang sedang senggang.

"Hei, mau dengar satu cerita?"

"Cerita? Tentang apa?"

"Tentang hujan yang bertemu pelanginya."

"Hmm kedengarannya menarik, coba ceritakan."

"Begini...

Seperti yang kau tau, ada sebuah café disalah satu sudut jalan yang cukup ramai. Pemilik café itu adalah seorang pria yang sangat sangat menyukai hujan. Para pegawai dan pelanggan setia café itu menyebutnya pria hujan, karena kebiasaannya yang suka memandangi hujan seorang diri. Setiap saat ketika hujan mulai turun maka pria itu akan langsung menghentikan kegiatannya meracik kopi ataupun kegiatannya yang lain dan langsung mengambil tempat di depan kaca jendela di sudut café, tempat khusus yang memang sengaja dikosongkan untuknya.

Pria hujan itu akan menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di depan kaca jendela sambil menatap dan menghitung tiap tetes hujan sampai hujan berhenti. Bagi sebagian orang mungkin kegiatan itu terdengar sangat membosankan dan membuang-buang waktu, tetapi pria itu tidak pernah mau ambil pusing dengan pendapat orang lain tentang kebiasaannya yang satu itu. Ia akan tetap melakukannya selama yang ia inginkan.

Pria itu sangat mencintai hujan. Ia menyukai gumpalan pekat awan yang mengantarkan sang hujan. Ia menyukai tiap tetes hujan yang satu per satu menempel di kaca jendelanya. Ia juga menyukai suara yang ditimbulkan sang hujan ketika mendarat jatuh ke bumi. Semua hal yang berkaitan dengan hujan akan selalu membuatnya merasa nyaman dan tenang. Hujan memberinya waktu untuk berfikir lebih jernih tentang kenangan masa lalu maupun tentang impian masa depan.

Hujan mengajarkannya untuk selalu bersyukur. Baginya hujan merupakan suatu nikmat, suatu anugerah tersendiri. Hujan bisa diibaratkan seperti kenangan. Keping kenangan yang juga patut disyukurinya hingga mengantarkannya menjadi seperti saat ini. Hujan juga bisa diibaratkan sebagai kesempatan. Sebuah kesempatan yang selalu bisa datang tanpa harus diprediksi, selalu mengalir dan akan berhenti tanpa disadari, namun akan datang kembali dikemudian hari.

Ah, sepertinya sudah cukup untuk membicarakan pribadi si pria hujan dengan kebiasaannya dan kecintaannya pada hujan. Aku akan menceritakan satu kejadian menarik yang sedikit mengubah si pria hujan. Sebuah kejadian menarik yang akan selalu dikenang si pria hujan bersama tiap tetes hujan kesukaannya.

Kala itu adalah musim penghujan dipenghujung bulan November. Si pria hujan mulai bepikir bahwa dirinya telah menemukan suatu keajaiban. Ia mulai menyadari bahwa ada satu hal lagi yang tidak kalah indah daripada hujan yang selalu dilihatnya di kaca jendela. Sebuah lengkung yang membuat hatinya menghangat dan berdesir ketika menatapnya. Sebuah lengkung yang ditemani bias-bias hangat cahaya mentari. Sebuah lengkung yang memunculkan lengkung berlawanan yang tak kalah indah, tak kalah bercahaya dari lengkung pertama yang ia lihat.

Ya, pria itu melihat lengkung pelangi di tengah langit kelabu yang masih menggantung. Lengkung pelangi yang membawa serta sang cahaya bersamanya. Lengkung pelangi yang memberi warna pada langit kelabunya. Dan disaat yang bersamaan pria itu juga menemukan satu hal lagi yang begitu menarik perhatiannya.

Ada seorang gadis yang duduk di depan mejanya di sudut café, yang sedang memandang langit dari kaca jendela dengan lengkung senyum di bibirnya. Lengkung senyum yang dimiliki gadis itu mengingatkan si pria hujan pada lengkung pelangi yang baru saja dilihatnya. Lengkung senyum itu begitu bercahaya dan memberikan warna cerah dalam pandangan si pria hujan. Si pria hujan menyukai senyum yang baru pertama kali dilihatnya itu seperti ia mulai menyukai lengkung pelangi yang baru kali ini disadarinya. Keduanya sama-sama indah dan sama-sama membuat hatinya menghangat.

Pria itu pun memutuskan untuk menamainya gadis pelangi.

Entah suatu kebetulan atau memang sudah rancangan takdir, di hari lainnya si pria hujan kembali dipertemukan dengan si gadis pelangi dalam situasi yang sama. Disaat hujan, di depan kaca jendela yang sama. Si pria hujan menghabiskan waktunya dengan menghitung tetes hujan dan si gadis pelangi setia menunggu hujan menghentikan tetes airnya.

Awalnya pria hujan mengira bahwa gadis itu menyukai hujan sama seperti dirinya. Namun nyatanya tidak demikian. Gadis itu terlihat tidak begitu bersemangat saat menatap hujan di luar sana. Namun ekspresi wajahnya sedikit demi sedikit berubah ceria saat hujan sudah hampir berhenti, mirip seperti langit yang perlahan-lahan berubah cerah. Dan ketika lengkung pelangi muncul, gadis itu akan terus menerus tersenyum sambil menatap langit dari jendela.

Gadis pelangi. Entah mengapa nama yang diberikan oleh pria hujan ternyata sangatlah cocok untuk gadis itu. Gadis pelangi ternyata memang sangat sangat menyukai lengkung pelangi. Karena si gadis pelangi menyukai bias-bias kebahagiaan yang didapatnya dari tiap lengkung warna pelangi yang berbeda-beda."

"Bagaimana pria hujan itu mengetahuinya? Maksudku mengetahui bahwa si gadis pelangi tenyata menyukai pelangi?"

"Apa kau mulai penasaran? Ah, tapi sepertinya kita harus menunda cerita ini sebentar."

"Hei lanjutkan ceritamu. Atau paling tidak, jawab dulu pertanyaanku."

"Kita lanjutkan nanti, setelah ini. Kau tau kan ada yang harus kulakukan terlebih dulu."

"Heii...kenapa kau suka sekali membuatku penasaran."

"Sttt diamlah dan nikmati saja rasa penasaranmu."

"Ck, kau ini."

***

Haii... aku lagi iseng bikin cerita baru lagi nih. *lambailambaitangan*

Ada yang pernah baca "Hujan" di April's Journal bikinan aku ga? Ini tuh idenya ngambil dari situ hehe :D

Cerita yang ini isinya full obrolan antara dua orang, jadi sama sekali ga ada narasi. Semoga ga bikin bingung yaa

-a.r.a

Cerita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang