Juni kali ini disambut dengan hujan dan badai. Bahkan pagi ku mulai dengan bermalas-malasan diatas kasur tipis nan jorok, sudah sebulan tidak kuganti sarungnya. Iya Mei kali ini sangat tidak menarik untuk mahasiswa semester akhir ini yang mengambil cuti dengan alasan yang tidak jelas. Aku tetap harus bangkit, lantai dua ruko tempat aku bermalam tergenang air hasil hujan semalaman diselimuti badai. Tetapi ke-mager-an ini tak terbendung lagi, apalagi rutinitasku scroll tik tok sampai 5 menit usai terbangun belum terlakasanakan. Aduh Tuhan, ada apa ini, kenapa aku semalas ini. Jangankan untuk kuliah di Jerman, bangkit dari tidur saja sangat berat rasanya. Kenapa Tuhan ?
Genangan air pun memaksaku bangkit untuk memulai hari yang sangan tidak menarik ini. Tapi pagi ini kelihatan lebih cerah dibandingkan kemari dan kemarin-nya lagi. Wah sebelum listrik mati seperti biasa, aku mau nonton youtube sebantar. Penasaran dengan kelucuan terbaru si Njan anaknya sule yang terus tranding di Youtube. Gak terasa 30 menit dalam hidup sipemalas ini habis juga hanya untuk tertawa sebentar. Selanjutnya apa dil ? Ngopi enak kali ya...
Gunting dan kopi sasetan sudah di tangan. Aku menuju kompor gas untuk mendidihkan air. Enak juga suasana hujan gini ngopi sama nyemilin kue kiloan yang kubeli minggu lalu. Ya, ini sarapanku. Mewah bukan ? Sesuaikan saja sama budget pengangguran. hehe
Sudah dua bulan menganggur, padahal sebelumnya sempat merasakan gajian diatas UMR. Inilah hidup dan memilih. Hidup ya harus memilih. Bertahan atau pergi. Hanya dua pilihan. Lama juga ya aku mikir untuk produktif lagi. Iya, lama, lama untuk sadar kalau kamu itu berharga. Berharga untuk orang-orang tertentu. Belajar sadar itu butuh waktu, tenaga, pikiran dan perasaan. Banyak yang harus dikorbankan. Buktinya harus jadi pengangguran dulu, kuliah terbengkalai dulu, kehilangan kepercayaan diri dulu, kehilangan masa produktif dulu, berkorban untuk membahagiakan orang yang salah dulu, banyak deh pokoknya.
Iya, hidup harus memilih. Nah, sekarang aku memilih menyendiri. Tenggelam dalam kesepian. Karena interaksi dengan sosial membuatku semakin kehilangan diriku. Memang sangat membingungkan. Hidup sebangan generasi sandwich di era disrupsi dan kekurangan kasih sayang. Lengkap kan aksesoris kehidupan aku ? Iya setiap hari kehausan walau banyak air, karena dibesarkan dengan kekurangan kasih sayang. Kenapa ini terjadi Tuhan ? Kenapa aku yang Kau pilih ? Jawabannya ada di tulisan-tulisanku berikutnya ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap untuk Abang
قصص عامةKisah generasi sandwich yang belajar terbang dengan satu sayap