Maritza, perempuan dengan hijab pashminanya sedang memakai sepatu sneakers dengan tergesa gesa.
duk duk duk
yes! akhirnya maritza berhasil menapakkan kaki hingga tangga terakhir. Sebagai anak yang baik maritza pun segera menyalimi mama ina yang sedang di dapur.
"Ma iza berangkat dulu ya, ayah mana?" Pamit maritza sekaligus bertanya kepada sang mama tercintanya.
"Ada, lagi ngasih makan ikan kayaknya" jawab sang mama maritza pun akhirnya segera menuju taman berisi ikan yang dimana ayahnya berada.
"Yah iza mau pamit, sama minta uang saku" mintanya to the point. Umar pun menjulurkan tangan serta uang merah bergambar Soekarno.
"Makasi yah" ucapnya kemudian tak lama setelah itu maritza mengeluarkan sepeda gunungnya. Hari ini maritza akan e tempat untuk mengisi acara.
"Grettt" terdengar cukup menyakitkan, namun bisa di dengar oleh maritza yang masih belum jauh dari ayahnya berada.
------------------------
Maritza menyusuri tangga demi tangga untuk menuju ke tempat kamarnya, setelah mengambil buku materi dan juga buku jurnal, ia dan teman temannya segera menuju ke tempat halaqah, because kak alma sudah koar koar di toa.
Klingg
Bunyi itu berasal dari benda yang berfungi untuk absen, yaitu check lock. Maritza menunggu gilirannya untuk memencet tombol itu dan segera duduk dengan manis.
Tidak ada percakapan apapun, teman teman yang lain juga begitu. Ada yang membuka buku, ada juga yang ngelamun sambil menunggu ustadzah yang akan mengajar.
Itulah yang diajarkan para ustadzah ustadzah di sana, agar bisa menghargai waktu dan sabar menunggu.
Selesai dengan taklim fiqih, kemudian waktunya break sekitar 30 menit sampai pukul 09.30. lumayan lama, ya itulah keenakannya, waktu itu bisa maritza gunakan untuk memikirkan pendapat untuk diajukan kepada para ustadzah, sebagai tim kreatif.
Tok tok tok
"Assalamualaikum, kak iza di panggil ustadzah maha, udah pada ngumpul katanya" maritza yang awalnya hanya bengong menghadap ke buku langsung tersadar oleh suara kak Putri Adnan.
"Iya, saya kesana sekarang" maritza segera bangkit dari tempat tidurnya, dan segera menuju ke halaman belakang rumah ustadzah. Untuk mendiskusikan acara yang akan diselenggarakan.
Ditengah tengah rapat ustadzah maha memberi ruang untuk berpendapat, mengajukan ide, dan diakhiri dengan tugas tugas yang akan dilakukan.
Maritza pun tak segan segan untuk izin bicara, maritza mengajukan idenya ini.
Maritza ingin acara ini dibuka untuk umum dari kalangan anak anak, remaja, maupun ibu ibu.2 tahun yang lalu acara maulid ini hanya diselenggarakan untuk kawasan komplek saja. Karena adanya covid 19, berhubung semuanya sudah membaik di tahun 2023 maritza ingin mengajukan pendapat ini.
Begitulah intinya.
Hingga waktu dhuhur pun tiba, semua santri wajib ke musholla/perpustakaan yang akan digunakan untuk shalat berjamaah. Imamnya kali ini kak Qowariro.Kegiatan itu berjalan sampai pukul 16.00. setelah itu waktu bebas, ada yang membersihkan diri, ada yang telfonan dengan keluarga, ada juga yang main game.
Waktu ini maritza gunakan untuk menelfon mama nya saja, ingin izin untuk tinggal di pesantren saat ini.
....
Seminggu telah berlalu dengan acara yang sangat menyenangkan di acara maulid nabi. Maritza pun bersiap siap untuk segara pulang dengan badan yang sudah sangat sangat lengket.
Setibanya di rumah nanti maritza berencana untuk langsung membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian bergegas untuk bersiap siap melanjutkan sekolah nya untuk esok pagi.
Ya, maritza bukan anak SMA maupun kuliah, melainkan masih menduduki di bangku sekolah menengah pertama yaitu SMP. lebih tepatnya MTs.
"besok sekolah ta kamu?" tiba tiba sang ayah bertanya kepada maritza, sontak maritza langsung menoleh kemudian menjawab "iya" jawab maritza singkat.
Tak mau terlalu berlarut dalam percakapan yang terlalu dalam maritza memutuskan begitu saja untuk masuk kedalam kamarnya.
Setibanya dikamar maritza membuka jendela kamar memutuskan untuk memandangi bulan dengan penuh harapan.
Oh bolehkah dia berharap kepada bulan? Melainkan bukan kepada sang pencipta? Oh maafkan lah maritza.
"merit" sapa seseorang dari bawah yang tak lain dan tak bukan adalah temannya yaitu Tara seseorang yang selalu ia tunggu untuk menunggu sapaannya.
Tara adalah seorang laki laki yang selalu ramah menyapanya, selalu friendly kepadanya serta kadang kadang pun dia pernah mendengarkan ceritanya.
Apakah maritza suka kepadanya?
waw jika ia benar benar menyukainya ia akan bersiap siap dengan segala kenyataan yang ada."Haloo" jawab maritza tak kalah kencang dengan sapaan dari temannya.
Sudah itu saja yang maritza harapkan dari tadi? Tidak maritza tidak berharap itu saja. Tapi untuk sekian kali ini mungkin harapannya akan tidak terkabulkan lagi.
