SICK DOCTOR III

4.4K 62 6
                                    

*Ding dong



Bunyi bell rumah berbunyi. Mata Arya ikut terbuka saat telinganya menangkap bunyi. Nampaknya Arya pingsan karena terlalu banyak menerima getaran vibrator hingga benda itu kehabisan daya. Dengan gerakan yang kaku ia mencoba bergerak. Ia menengok ke bawah dan mendapati vibrator yang bersarang dalam anusnya sudah tidak bergetar. “ngh…” ia mencoba mengangkat pinggulnya sambil memastikan bahwa alat itu sudah tidak berfungsi lagi. Rasa sesak masih terasa di dalam anusnya, membuat ia tidak nyaman.

*ceklek.

Pintu kamarnya terbuka, menunjukan Evelyn dan bersama seorang wanita lain. mata Arya sempat memicing sebelum akhirnya melotot saat tahu bahwa ada orang selain Evelyn dirumahnya saat ini, apalagi wanita itu ia kenal betul.

“hai dok, masih kenal Gina?” tanya Evelyn dengan suaranya yang sedikit mendesah.

“ng-ngapain dia disini Eve?” tanya Arya agak gugup.

“hai dok, masih inget saya yah ternyata. hahaha” kata Gina yang mulai mendekati Arya. Refleks tubuh Arya mundur perlahan-lahan meski tengah terikat. Ia bagai rusa yang terjebak di dalam kawanan serigala, menunggu ajal datang menjemput cepat atau lambat.

Dari tangan kiri Gina, ada sebuah pisau lipat yang terlihat mengkilap. Arya gugup dengan pisau ditangan Gina “hey… lepaskan pisau itu, Gin-Gina” kata Arya terbata-bata.

“hahaha… jadi nostalgia yah dok?” tanya Gina. Dada Arya naik turun, dibarengi debaran jantung yang makin cepat saja. Gina lalu menodongkan pisau itu ke leher Arya, membuat nafas Arya tertahan akibat sensasi ketakutan akan benda tajam itu.

“G-Gin… Gina” katanya terbata-bata.

“apa dok? Kenapa? Kenapa takut hah? Kemarin-kemarin dokter juga suka bermain pisau, sampai-sampai todong saya supaya bisa berhubungan dengan dokter” kata Gina menjelaskan.

“G-Gina, m… masalah itu, Do-Dokter minta maaf Gin… Sorry” kata Arya memohon.

“ah si dokter, pas saat itu saya di todong, memangnya dokter mendengarkan permohonan saya?” tanya Gina balik. Ia menatap Arya dengan tatapan penuh kebencian, bahkan Arya dapat merasakan aura yang tidak mengenakan dari Gina yang duduk disampingnya.

“G-Gina Gina Gina… please… jangan begitu, bap-AKKHHH” kata Arya yang berteriak karena pisau itu tiba-tiba berpindah ke penisnya.

“kalau saya potong masa depan bapak, mungkin saya bisa maafin bapak… ahahaha” kata Gina yang semakin menekan ujung pisau itu dipangkal penis nya. “hoohh… please Gin… hohh…” kata Arya memohon, matanya mulai berair saat mulutnya berusaha mengeluarkan kalimat-kalimat.

“haduh pak… saat bapak menodongkan pisau bedah ke leher saya, jujur saja jantung saya seperti mau berhenti…” kata Gina yang mulai memainkan pisau itu mengitari setiap lingkar penis Arya. Arya makin menangis saat pisau itu mulai naik ke kepala penisnya.

“apalagi saat bapak memaksa saya, sampai-sampai melecehkan saya… gimana pak rasanya? Enak?” tanya Gina yang sudah menggenggam penis Arya, bersiap-siap untuk memotong benda lonjong itu hingga terlepas dari tubuh Arya.

“mphh… please Gin… i-iya, nggak enak Gin… bapak nyesel Gin, please” kata Arya mengganti bahasanya ke bahasa yang informal terancam.

“hahaha… persis banget kayak gue yah pak? Nangis-nangis… canda pak, yakali cogan kayak bapak gue potong kontolnya” kata Gina yang langsung membuang pisau itu ke lantai.

“mph… h-ha? Maksudnya?” tanya Arya bingung.

“hihi… ngakak banget muka bapak, ehtapi enak juga sih bikin bapak kapok… lagian kalo sange ya ngomong aja, nggak perlu nyiduk gue kali pak… wong gue mau juga kok. hehehe” kata Gina dengan entengnya.

VICTIMS PREDATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang