SICK DOCTOR I

7.9K 71 5
                                    

Eve sedang berbelanja disebuah toko swalayan. Langkahnya santai sembari ia meneteng beberapa barang yang ia kumpulkan.

“hm… baiklah, aku hanya perlu…” ia melihat ke dalam list di hpnya. “… ah, lada dan garam.” ia menengok ke arah papan petunjuk untuk menemukan letak garam di jual.

Tempat itu berdiri dalam sebuah gedung yang luas, dengan rak-rak yang terletak berjejer rapih dan simetris.

Eve mulai mencari rak yang menyimpan garam dan lada, ia yakin garam dan lada berada distuatu tempat di rak-rak berisi bumbu dapur, sehingga ia mencari rak yang bertuliskan bumbu dapur.

Setidaknya butuh waktu sekitar 40 detik bagi Eve untuk menemukan rak berisi bumbu dapur. Ia langsung mencari dengan teliti di setiap titik-titik dalam rak itu. Matanya memindai rak itu atas ke bawah, kiri ke kanan, tiap sisi ia cari demi bisa menemukan bahan-bahan terakhir sebelum ia pergi untuk membayar semua belanjaannya.

“dapat…” gumam Eve setelah menemukan deretan plastik berisi garam putih. Garam itu terletak agak tinggi di atas rak tingkat ke 4 sehingga ia harus sedikit menempelkan tubuhnya ke rak itu, dan berusaha menggapai garam yang ia incar.

“”eh… ayolah… kemari kau, kantong kecil” ucap Eve ketika ia sedang berusaha menggapai deretan bungkus garam. Ia hampir menggapai garam itu hingga ia merasakan sesuatu di bagian belakangnya, lebih tepatnya di bokongnya. Ada sebuah tonjolan keras yang menempel di sela-sela pantatnya. Punggungnya merasakan ada suhu yang hangat, dibalur oleh kain yang ia terka adalah kain kemeja lenan. Ia membalikan kepalanya dan menengok ke arah belakang.

“op… kamu perlu ini?”sapa pria yang berdiri terlalu dekat dengan Eve. Eve nampak tidak suka dengan kehadiran dari pria itu. Ia memegang kantong berisi garam itu dengan sebuah senyum di bibirnya. Pria itu kelihatan seperti pria ramah.

“hmm…” balas Evelyn ketus. Ia mengambil kasar bungkusan garam itu lalu pergi.

Eve dihadang oleh pria yang tadi ketika ia akan pergi ke kasir. Tubuhnya terguncang akibat badan pria besar itu, dan tanpa Evelyn sadari, dompet kecilnya terjatuh ke lantai.

“hey Evelyn, long time no see…” sapa pria itu basa basi.

Evelyn hanya menatap datar pria itu lalu melaluinya begitu saja.

Pria itu melihat dompet Evelyn, mengambil dompet itu lalu bergegas mengejar Evelyn yang sudah berdiri di kasir dan menurunkan semua belanjaannya di troli.

Ada sedikit ekspresi yang tidak wajar yang muncul dari wajah pria itu. Seperti ada rencana yang ia sedang susun dalam pikirannya, dan hanya ia yang tahu rencana itu.

Pria itu menghampiri Evelyn, lalu memberikan dompetnya yang terjatuh.

Mata Evelynn terbuka lebar melihat dompetnya yang kini tengah digenggam pria itu. Ia sempat mengecek ke dalam tasnya untuk melihat apakah itu benar merupakan dompetnya, dan memang benar dompetnya tidak ada dalam tasnya.

“masih ceroboh seperti dahulu…” katanya.

Evelyn yang tidak suka membalas: “kamu mungkin hanya mengenal sedikit tentang ku sekarang… Arya” jawabnya.

Pria bernama Arya itu tersenyum. “hah, seperti itukah? Kalau begitu mungkin aku harus berkenalan lagi denganmu, kencan mungkin? Makan siang?”

Evelyn hanya menatap sebentar si Arya, lalu mengeluarkan kartunya untuk melakukan transaksi pembayaran di kasir. Ia pergi tanpa menengok ke arah Arya, berterima kasihpun tidak. Kasir saja bisa merasakan suasana canggung antara mereka berdua.

VICTIMS PREDATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang