—PROLOG—
.
.
.Langit Kerajaan Barat yang selalu cerah membuat aktivitas di negara itu menjadi lebih hidup. Rakyat dari sebuah kerajaan yang cukup makmur itu melakukan aktivitas seperti biasa dengan semangat tinggi untuk menambah pundi-pundi kekayaan. Dan yang tak luput dari perhatian adalah lingkungan istana Kerajaan Barat yang belakangan ini sangat sibuk.
Istana saat ini sedang mempersiapkan ulang tahun Putra Mahkota mereka yang ke-25. Putra Mahkota Zee Pruk Panich adalah putra tunggal Raja dan Ratu Kerajaan Barat yang seharusnya sudah akan naik tahta di usianya yang ke-25 tahun. Putra Mahkota Zee adalah seorang pria yang sangat tampan dan cakap dalam mengerjakaan semua hal yang dikerjakannya, namun ia adalah sosok yang berhati dingin. Wajahnya tidak pernah tersenyum dan menunjukkan kesan yang tidak ramah. Walaupun begitu, banyak orang yang menyukainya karena ia bisa diandalkan dalam setiap pekerjaannya.
"Yang Mulia Putra Mahkota, Raja memerintahkan Yang Mulia untuk menghadap ke Istana Raja sekarang juga." Ucapan sekretaris Raja kemudian menghentikan kegiatan Zee yang sedang sibuk dengan beberapa kertas dokumen yang harus ia periksa. Ia memeriksa beberapa dokumen pajak yang menurutnya cukup tidak masuk akal dan akan memerintahkan beberapa deputi untuk memperbaiki pajak sewa lahan mereka yang ia nilai cukup tinggi dan menyiksa petani-petani kecil. Saat ini banyak deputi yang senang bermain curang dan Zee cukup kewalahan menangani mereka.
"Katakan pada Yang Mulia, aku akan ke sana lima belas menit lagi. Pekerjaanku sedikit lagi selesai."
"Baik, Yang Mulia."
Sekretaris tersebut kemudian meninggalkan Zee yang kali ini semakin sibuk memeriksa satu per satu. Sepertinya memeriksa dokumen saja tidak cukup, ia juga harus mengunjungi satu per satu lahan milik para deputi itu. Sebuah pekerjaan melelahkan untuk seorang Putra Mahkota namun seperti perintah Raja, ia harus mengenal negaranya sendiri sebelum ia menjadi Raja yang bijaksana.
Lima belas menit kemudian, Zee sudah berada di Istana bagian tengah, tempat Raja dan Ratu tinggal. Ia selalu takjub dengan dekorasi yang dipilih ibunya karena memberikan kesan yang sederhana namun elegan. Zee selalu menyukai Istana Raja dan Ratu. Karena hal itulah yang membuatnya menjadi bersemangat untuk secepatnya naik tahta.
"Yang Mulia Raja dan Ratu, Putra Mahkota memberi hormat pada Yang Mulia," ucap Zee sambil membungkukkan badan kepada kedua orang tuanya.
"Putra Mahkota, kenapa kamu semakin kurus? Apakah terlalu sibuk bekerja?" Tanya Ratu khawatir. Putra Mahkota memang seorang yang workaholic sehingga membuat kedua orang tuanya cemas. Terutama mencemaskan percintaan anak tunggal mereka.
"Tidak apa-apa Yang Mulia Ratu. Hanya sedikit masalah pajak tidak berpengaruh apa-apa pada kondisi fisik hamba," jawabnya. Putra Mahkota memang memiliki wajah serta hati yang dingin, namun ia memiliki etiket yang sangat baik dan sopan. Semua orang menjadikan Putra Mahkota mereka sebagai role model dalam kelas etiket ataupun sopan santun di Kerajaan Barat.
"Yang Mulia, jangan lupa makan walaupun perkerjaanmu cukup sibuk."
Zee mengangguk.
"Ada apakah gerangan Yang Mulia Raja dan Ratu memanggil hamba?"
"Putra Mahkota, minggu depan kamu akan berusia 25 tahun dan sudah saatnya untuk mu naik tahta. Kamu akan menggantikan posisiku sebagai Raja namun yang aku dan Ratu khawatirkan adalah kamu belum memiliki pasangan. Seperti yang kamu ketahui, syarat utama untuk memerintah di kerajaan ini adalah memiliki pasangan."
Zee tertegun. Dia tahu, Raja dan Ratu pasti akan membahas topik ini. Topik yang sangat ia hindari. Bahkan Zee selalu menemukan alasan untuk menghindari berbagai macam pesta dansa karena ia tidak pernah tertarik untuk mencari pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Monarch (Buku 1) - ZeeNunew
FanficDalam 25 tahun hidupnya, Putra Mahkota Kerajaan Barat-Zee Pruk Panich-tidak menyangka bahwa syaratnya untuk naik tahta adalah hal yang paling tidak ia inginkan di dunia. Bersahabat dengan Putra Mahkota Kerajaan Utara membuat Nunew Chawarin harus di...