Berhubung 🌸blooming days🌸 udah selesai, here is another NOMIN to entertain your days!
Semoga suka, enjoy!
🍑 aethrasthetic 🍑
Selama dua bulan sejak tahun ajar baru dimulai, Brian tidak merasakan euforia apapun. Mungkin belum, karena ada banyak masalah yang memenuhi kepala dan pikirannya dalam rentang waktu tersebut. Selain itu, selama dua minggu setelah kembali ke sekolah— yang mana merupakan sekolah yang berbeda dari sekolah lamanya— ia sendiri masih meraba-raba lingkungan pendidikannya yang baru itu. Apalagi, ia belum bisa keluar rumah selain pergi ke sekolah karena keluarganya masih disibukkan dengan kepindahan mereka.
"Ma, I'm fine, okay?" gumam Brian saat sang mama menahannya di dalam mobil, meminta maaf untuk yang kesekian kalinya karena kepindahan mereka ke kota Medan yang sama sekali bukan keinginan satu anggota keluarga pun.
Ibu rumah tangga yang juga merupakan wanita karir berusia pertengahan 40an itu menatap anaknya dengan sendu. Ia tahu, kepindahan mereka menjadi pukulan yang sangat berat bagi anak sulungnya itu. Brian memiliki kehidupan di kota lamanya. Sahabat, teman nongkrong, tim basket, bahkan anak-anak SMP yang beliau tutor. Sejak kepindahan mereka, seulas senyuman tipis bahkan belum ada menghiasi wajah manisnya.
"Nanti dijemput jam berapa?" tanya Mariska, ibunya Brian.
Brian melepas seatbelt-nya, "Brian pulang sendiri aja."
"Uang sakunya cukup? Kamu bawa cash, gak?" Mariska kembali bertanya sambil mengeluarkan dompetnya.
"Cukup, Ma. Bawa sedikit, untuk emergency."
Brian memegang kartu debit sang mama yang sengaja dibuat untuk Brian gunakan, sehingga Mariska masih bisa memantau pengeluaran sang anak. Ia belum memiliki rekening bank atas namanya sendiri selain rekening tabungan yang dikelola Mariska, karena Mariska merasa Brian masih terlalu muda untuk memilikinya.
Saldonya juga tidak banyak. Setidaknya cukup untuk uang saku Brian selama sebulan dan untuk keperluan mendadaknya. Mariska bukannya pelit. Itu hanya caranya mendidik anak, dengan mengajari mereka untuk menghargai setiap rupiah yang mereka miliki dan mereka gunakan.
"Hari ini Mama mau urus administrasi sekolahnya Bella, sekalian mau ke supermarket untuk belanja. Kamu mau nitip apa?" Mariska mencoba bertanya lagi, ingin agar Brian berbicara lebih banyak seperti sebelumnya.
Brian menggelengkan kepalanya, "Thanks, Ma. But I'm good."
Mariska menghela. Ia bisa melakukan sesi tanya-jawab itu sepanjang hari, tetapi Brian harus segera masuk ke halaman sekolah sebelum bel berbunyi dan gerbang ditutup rapat. Ia mengusak pelan rambut Brian, "Have fun, Sweetheart."
Brian menahan senyum yang meronta untuk dibebaskan. Selama dua minggu ia diantar-jemput oleh sang mama, selama itu pula Brian disuruh untuk bersenang-senang di sekolahnya. Maksudnya, ia harus apa selain belajar dan belajar di sekolah?
Bergabung dengan tim basket, kata alam bawah sadarnya, yang membuat Brian menjadi murung.
Brian turun dari mobil. Ia bukan tipe orang yang akan menunggu hingga mobil menghilang di pertigaan, perempatan, atau tikungan. Maka dari itu, ia membelakangi mobil sang mama dan langsung berjalan memasuki sekolah, beriringan dengan siswa lain yang baru sampai.
--
Bel berbunyi, menandakan dimulainya waktu istirahat. Brian menghela. Ia mengumpulkan buku serta peralatan tulisnya, lalu memasukkan semuanya ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sshhh! [NoMin - AU]
FanficWe must keep it secret! Sshhh! ⚠️⚠️ - B×B - Lokal - NOMIN - Highschool AU - SFW with a bit of spicies