"Kau dimana sih, Nat?" tanya Elisa pada seseorang di handphone
nya. Di hadapannya ada hot chocolate yang mulai mendingin, juga sepotong tiramisu yang sudah dimakan setengah."Sebentar. Satu lampu merah lagi dan aku akan sampai disana."
"Aku sudah menunggu lebih dari satu jam, Nat. Yang benar saja..."
"Aduh, maaf sekali, Elisa sayang. Aku terlambat bangun. Kau tahu sendiri kan semalam aku pulang jam berapa."
"Jam 1. Dan omong-omong itu sudah pagi, Nat. Sampai kapan kau akan terus berpesta sampai pagi begitu?"
"Kan sudah ku bilang itu pesta eighteen birthdaynya Alexa. Dia senior juga diva di sekolah ku dan tentu banyak orang hadir di pestanya. Sebagai junior di sekolah, diundang oleh Alexa ke pestanya, tentu saja merupakan kehormatan untukku!"
"Astaga, Nat. Kau bahkan belum genap dua minggu menjadi murid disana. Dan sudah diundang ke pesta diva sekolah?"
"I'm great and I know it. Akuilah, kau punya teman yang sangat populer, my dear Elisa. Hahaha..."
"Jadikan aku salah satu penggemarmu, miss celebrity"
"Kau terdengar menggelikan, El. Hahaha... Oh ya, aku lupa bilang padamu! James datang ke pesta semalam! Dan kau harus tau betapa tampannya dia! Dia memakai kaus hitam yang sangat sexy! Kau tidak akan percaya, El!"
Elisa hanya memutar bola matanya dan menghela napas. Bosan dengan perkataan Natalie tentang James. Dan lagi, telinganya sakit mendengar jeritan sahabatnya itu. Elisa sampai menjauhkan handphone dari telinganya.
"Tidak perlu berteriak. Kau ingin aku tuli, ya? Lagipula dia itu sudah memiliki pacar, Natalie. Carilah laki-laki lajang. Jangan sekali-kali menganggu hubungan orang."
"Hahaha... Tenang saja. I'm not flirting with him, El. Kau tahu aku hanya mengaguminya. Sekedar cuci mata tidak apa-apa, kan? Lagipula pacar James sangat baik. Siapa perempuan gila yang tega mengganggu hubungan mereka? Sebenarnya, aku datang ke pesta Alexa hanya untuk membunuh rasa bosan."
"Baguslah kalau kau hanya mengagumi James. Nat, carilah hobi lain untuk membunuh rasa bosan mu yang tidak ada habisnya itu. Berpesta terus sampai pagi tidak bagus untuk kesehatanmu. Sudah berapa kali ku katakan. Tubuhmu itu perlu istirahat yang cukup, setidaknya 8 jam sehari. Kau kurang tidur akhir-akhir ini, Nat. Kantung matamu mengkhawatirkan."
"Maafkan aku, Ibu Dokter pribadiku. Hanya sekali itu saja, kok. Aku tidak ada jadwal pesta lagi. Setidaknya sampai Sabtu depan. Soal kantung mata, well, aku sudah berusaha menutupinya dengan concealer."
"Aku bertaruh kantung matamu tidak dapat tertutupi dengan concealer. Terserah kau sajalah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghentikan hobi berpestamu itu. Omong-omong, sudah sampai dimana kau?"
"Hahaha... Kau sedang berbicara dengan orang paling keras kepala, El. Aku sedang memarkir mobil. Wait a minute. Aku tutup dulu ya. Bye."
Elisa meletakkan handphonenya. Dia tersenyum dan menggelengkan kepala sedikit.
Berpikir betapa sahabatnya itu sangat merepotkan, sangat berbeda dengannya, tapi juga sangat ia sayangi. Sahabat suka-dukanya selama 8 tahun terakhir. Sahabat yang sudah menganggap satu sama lain sebagai saudara perempuan karena mereka berdua adalah anak tunggal. Ditambah lagi kedua orangtua mereka yang merupakan single parents.
Her best friend,
Her sister,
Her twins,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours or Theirs?
RomanceKebahagiaan kita atau kebahagiaan mereka? Milik kita atau milik mereka? Akankah kau menjadi egois dan memilih apa yang menjadi kebahagiaanmu? Atau memilih mengalah dan membiarkan mereka yang bahagia? Mana yang kau pilih? copyright©2015 by Maria Mi...